webnovel

Bagian 9

Aileen memandang dari jauh ikut terkejut, "(Apakah dia seorang Vampir?" Aileen masih ragu dan menggeleng. "(… tidak. Tidak mungkin.)"

Eunwoo menghentikan langkahnya tepat dekat tangga yang baru saja ia turuni. Berbalik dan menatap Avan.

"Aku tidak ingin melakukannya." bantah Eunwoo dari bawah Aula.

Avan menaikan sebelah alisnya dan berujar, "Benarkah? Apa kau ingin aku melenyapkan mereka semua dari pada kau melenyapkan satu diantara mereka?"

Eunwoo diam terpaku. Avan benar licik, itulah mengapa seluruh murid takut padanya. Terlebih sekolah SMA Vampir hanya satu miliknya.

"Mulailah. Lakukan tugasmu sebagai wakil ceo. Aku hanya menyuruhmu membunuh karena kesalahan mereka. Mereka yang memulainya maka mereka yang harus mengakhirinya. Seperti aturan Moon Light." Avan kembali menatap seluruh murid yang cukup jauh darinya.

"Mereka sudah mengetahui hukuman yang akan mereka dapatkan jika melanggar. Namun, mereka tetap melakukannya. Maka terimalah. Mudah bukan?"

Eunwoo masih terdiam dan berpikir.

"(Aku tidak pernah berpikir menjadi wakil ceo akan melakukan tugas seperti ini. Jika identitasku harus terbongkar sekarang, maka baiklah. Ayo akhiri ini!Aku juga sudah lelah dengan kehidupan palsu ini!)"

Eunwoo cepat berbalik dan berjalan dengan tegas. Hingga ia sampai tepat dihadapan para siswi. Menatap bergantian kaum Vampir di depan nya dan memastikan pilihannya.Eunwoo kembali melangkah dan mendekati Vampir yang telah ia pilih. Perlahan Eunwoo meraih bahu siswi itu dan mendekatkan kepalanya. Avan tersenyum dari kejauhan sambil memperhatikan Eunwoo.

Sementara Aileen menatap tak percaya. Kini dengan ide gilanya, Aileen berlari secepat mungkin ke arah vampir yang juga bersama Eunwoo. Tak butuh waktu lama Aileen sampai di sisi kiri siswi itu dan dengan cepat menancapkan taringnya. Siswi itu membulatkan matanya, berusaha untuk menggeliat. Namun nihil, kini ia melemah dengan seiring Aileen menghisap cepat darahnya.

Eunwoo terkejut melihat Aileen muncul secara tiba-tiba. Menatap Aileen dari sisi kanan dan memperhatikan Aileen yang begitu cepatnya menghisap darah siswi itu.

"(Apa yang dia lakukan? Dia… menyelamatkanku,)" kata Eunwoo dalam hati seiring ia menatap Aileen.

Aileen menyadari tatapan Eunwoo dan ikut menatapnya dari balik kepala siswi itu. Hingga mata mereka bertemu.

"(Semua karenamu. Aku tidak bisa berhenti,)" ucap Aileen dalam hati seiring menatap Eunwoo.

Detik berikutnya siswi itu terjatuh dan membuatnya terlepas dari gigi taring Aileen. Aileen menatap tak percaya atas apa yang telah ia lakukan. Ia tersungkur ke lantai dan menunduk karena syok. Seluruh murud menatap tak percaya dan terkejut atas apa yang mereka lihat. Eunwoo diam terpaku dan menatap Aileen.

Avan kini turun dari Aula dan berjalan dengan cepat. Kini ia sudah berdiri di sebelah Eunwoo dan menatap Aileen dengan penuh amarah. Darahnya mendidih hingga Naik ke wajahnya.

"Apa yang baru saja kau lakukan, hah?! Apa kau ingin mati?! Beraninya kau melakukannya di hadapanku tanpa perintah!" teriak Avan seiring wajahnya yang memerah penuh amarah.

"(Aileen kau benar-benar berakhir. Kau benar-benar akan tamat!)" gumam Aileen dalam hati seiring duduknya dan berusaha menyembunyikan wajahnya. Ia terus menunduk dan syok atas apa yang telah ia lakukan.

"M-mm-maafkan aku. A-aku tidak," Aileen berusaha menjelaskan namun terhenti seiring Eunwoo yang menutupinya dan berpindah di hadapan Avan. Melirik Aileen sekali lalu tersenyum.

Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu!

"Bukankah sudah selesai. Tugasku membunuhnya sudah terlaksana. Meskipun aku tidak melakukannya secara langsung. Tapi tidak ada peraturan bukan?" ucap Eunwoo seiring senyumnya, berusaha meyakinkan Avan dengan segala ucapannya.

Avan terkejut mendengar ucapan Eunwoo dan menyela, "Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Meskipun tidak ada peraturan. Tapi dia sudah lancang tanpa perintah."

Eunwoo maju selangkah lebih dekat dengan Avan dan bergumam pelan, "Tenanglah. Bukankah tujuan utamamu hanya ingin membunuh di antara mereka sebagai hukuman? Dan bukankah ini sama saja? Dengan begitu aku tidak perlu capek-capek turun tangan. Jadi, jangan salahkan dia."

Avan terdiam dan berpikir. Sementara Eunwoo merasa takut setelah menyadari ucapannya,

"(Apa aku baru saja melawannya? Bagaiman jika dia,)"

Avan tersenyum dan berbalik, "Baiklah. Anggap saja dia beruntung. Lain kali, aku tidak akan memaafkannya." ucap Avan lalu memerintah seluruh siswa pergi. "Pergilah kalian semua dan urus mayat ini." perintah Avan. Seluruh murid pergi dengan terburu-buru dan beberapa membawa wayat Vampir. Eunwoo menghela napas lega dan tersenyum setelah berhasil meyakinkan Avan.

Avan kembali berbalik pada Eunwoo, "Ayo ikuti aku. Aku ingin bicara padamu sebelum pelajaran ke dua di mulai." ucap Avan seiring berjalan meninggalkan Aula. Eunwoo mengangguk dan menunduk melihat Aileen sesaat sambil tersenyum.

"(Terima kasih.)" kata Eunwoo dalam hati dan berjalan menyusul Avan.

Aileen perlahan berdiri setelah Avan dan Eunwoo pergi hingga aula kosong. Ia berjalan dengan sedikit oleng dengan perasaan yang masih syok.

"Apa yang kau pikirkan, Aileen? Beruntung aku tidak di bunuh olehnya. Tapi... Untunglah. Semua baik-baik saja. Dan... Aku berhasil menyelamatkannya."

Di halaman belakang, mereka duduk berdampingan di atas kursi tembok yang melingkari pohon besar.

Eunwoo tengah sibuk dengan pemikirannya dan bingung.

"(Aku sempat putus asa sebelumnya. Tapi, mengingat gadis itu menyelamatkanku membuatku sadar. Bahwa aku harus melanjutkan hudup ini hingga akhir. Aku tidak boleh egois. Aku masih memiliki ibu yang mengkhawatirkanku, aku tidak bisa membayangkan seperti apa dirinya nanti jika mengetahui aku mati.)" Eunwoo bingung dan memiringkan sedikit kepalanya.

"(…Tapi aku masih belum mengerti mengapa dia melakukan hal itu. Dan... Wajahnya terlihat familiar,)"

Avan telah siap dengan telfon genggamnya dan melirik Eunwoo yang tengah melamun. Tak ingin menunggu lama, Avan menyadarkannya.

"Apa kau sudah selesai?"

Eunwoo tersadar dan berbalik, "Ah, maaf. Apa kau sudah selesai dengan telfonmu?"

"Menurutmu?"

"Baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan? Jika tentang kejadian tadi, bukankah sudah selesai?" tanya Eunwoo sedikit canggung.

Avan menghela napas kasar, "Hhh.. Apa kau  sedang berpikir untuk berhenti menjadi wakil ceo?" tanya avan.

Eunwoo bingung. Menaikan sebelah alisnya dan berpikir.

"(Apa dia mengizinkanku berhenti menjadi wakil ceo?

Bagus! Aku juga tidak ingin kejadian seperti tadi terulang. Lebih baik aku berusaha melindungi diriku sendiri dan berhenti mengandalkan jabatan darinya. Lagi pula dengan jabatannya aku tidak cukup aman. Baiklah, aku harus memastikannya!)"

"Apa maksudmu?"

Avan kembali menghela napas kasar, "Jangan berpikir kau akan berhenti! Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan sebelumnya? Dengan kejadian seperti tadi membuat dirimu terlihat lemah di mata semua siswa sekarang. Jika kau berhenti menjadi wakil ceo maka dengan mudahnya mereka menagkapmu saat kau lepas dari sisiku." Avan memalingkan wajahnya dan membuat senyum kecil di bibirnya.

Eunwoo terdiam dan mencerna perkataan Avan.

"(Benar! Jika aku berhenti menjadi wakil ceo maka dengan mudah mereka mendekatiku. Tapi jika aku tetap menjadi wakil ceo meskipun mereka ragu mendekat jika bersama Avan. Tetap saja aku dalam bahaya suatu saat nanti seperti kejadian sebelumnya. Yang mana yang harus kupilih? Mati saat ini atau nanti yang aku tidak tahu kapan?)"

Hoy! Avan menyadarkan lamunan Eunwoo. Eunwoo kembali tersadar dan tertawa.

"Hahaha... Apa maksudmu? Berhenti? Tentu saja tidak. Aku lebih suka mati nan, maksudku aku lebih suka hidup menjadi wakil ceo dan aman di dekatmu."

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan mengubah aturan Moon Light yang hanya tertuju padaku. Dan aku akan memberitahunya nanti setelah aku membagikan tugas denganmu. Oke?"

(Membagi tugas?

Sekarang aku benar-benar dalam bahaya!)

Eunwoo tersenyum dan mengangguk.

***

Jam pelajaran ke dua akhirnya di mulai. Seluruh murid kembali belajar seperti biasa.

"Bagaimana ini? Apa kau masih ingin mendekati pria bersama Avan itu?" bisik salah satu siswi pada temannya yang duduk di pojok belakang, cukup jauh dari letak Eunwoo dan Avan duduk.

"Entahlah. Lihat saja nanti," jawab siswi itu dengan senyuman tipis terlukis di wajahnya sambil menatap punggung Eunwoo.