webnovel

Bagian 10

Aileen merutuki nasibnya setelah melawan rasa traumannya. Mengingat kejadian sebelumnya saat ia menancapkan taringnya dan menghisap habis darah vampir itu membuatnya kesal. Hingga ia tidak memperhatikan guru di depan yang sedang menjelaskan.

"Aaaah, ini membuatku gila!" tanpa sadar Aileen berteriak.

Guru yang tengah belajar berbalik menatap Aileen karena terkejut.

"Ada apa berteriak? Kamu tidak suka pelajaran saya?!"

Para siswa yang juga menatap Aileen berbisik namun jelas terdengar.

Ada apa dengannya?

Apa dia ingin membunuh lagi?

Berisik! Pergilah dari kelas ini.

Aileen berpura-pura tidak mendengar perkataan buruk tentangnya dan segera meminta maaf pada Guru di depan.

"Maaf, pak. Bukan seperti itu. Sa-saya,"

"Sudah. Pelajaran saya tutup. Jangan lupa kerjakan PR yang saya berikan, jika tidak, bersiaplah untuk mendapat hukuman tak terduga." kata Guru sambil menatap semua murid dan lekas membereskan buku yang berantakan di mejanya.

"Sepertinya aku pernah mendengar ucapan itu?" Guru itu bergumam bingung.

Siswa yang memperhatikan guru tersebut tersenyum. Sebenarnya perkataan itu hampir sama dengan ucapan Avan saat di aula di hari pertama.

****

Tak berbeda di kelas sebelah. Guru menghentikan pelajaran yang ia berikan hari ini sebelum bell berbunyi atas permintaan Avan sebelumnya. Guru itu menoleh pada Avan sambil tersenyum, mempersilahkan Avan untuk maju.

Sementara para murid bergembira, karena bersiap untuk pulang setelah guru di depan mengakhiri pelajaran lebih cepat. Mereka mengemasi barang-barang di atas meja dan beberapa dari mereka sudah siap dan hendak melangkah keluar.

Avan tersenyum dan mengalihkan pandangannya dari guru yang memandangnya. Ia lekas berdiri dan menghentikan siswa yang hendak keluar.

"Keluarlah jika kau tidak ingin kembali!" kata Avan tegas.

Siswa itu terhenti dan mencerna perkataan yang baru ia dengar. Ia berbalik dan mendapati Avan tengah memandangnya. Menunduk sebentar dan berlari kembali ke kursinya. Diikuti oleh murid lainnya, kembali duduk dengan tenang.

Avan berjalan ke depan. Menatap seluruh murid bergantian dan tersenyum kecil.

"Baiklah. Langsung pada intinya, karena kalian sekelas denganku maka kalian akan mengetahuinya lebih dulu."

Avan mengangkat gulungan kertas di tangannya yang bertujuan menunjukan pada seluruh murid.

"Ini adalah peraturan baru Moon Light. Hari ini aku akan menempelnya di mading. Jadi, bersiaplah untuk itu. Dan beritahu yang lainnya, karna aku sedang malas untuk membuat pengumuman."

Seluruh murid menanggapi heboh. Mengingat kejadian sebelumnya, membuat mereka berpikir jika peraturan tersebut akan lebih berat. Namun mereka masih berharap hingga benar-benar memastikannya. Beberapa siswa berdengus kesal dan bergumam.

Semua karena para siswi membuat ulah. Awas saja jika peraturan mempersulit kami para pria!

Siswa yang lain mengangguk. Menyetujui ucapan yang baru saja mereka dengar. Para siswi membalas menatap sinis dan membuang muka.

"Cukup! Biar aku beritahu salah satu peraturan baru ini." Kata Avan menatap serius. Seluruh murid bergeming dan menantikan ucapan Avan.

"Mulai hari ini. Kalian tidak boleh menyentuhku dan Eunwoo sedikitpun. Itu juga berlaku untuk barang yang kami miliki. Dan menjaga jarak minimal satu meter. Jika di antara kalian ada yang melanggar. Maka bersiaplah untuk mendapatkan hukuman yang tidak terduga dariku dan Eunwoo sebagai wakil ceo." Avan tertawa kecil. Menatap Eunwoo sebentar dan beralih.

Eunwoo tersenyum yang sedari tadi memandang Avan, merasa lega dengan peraturan baru jika tak boleh menyentuhnya. Namun, tetap saja ia harus waspada setelah melihat beberapa siswi yang terus memandanginya.

Sementara para siswa menanggapi biasa. Berbeda dengan para siswi yang merasa kesal. Siswi dari pojok belakang tidak terima dan mengacungkan tangan. Avan menatap siswi itu dan berkata.

"Terlebih untukmu. Menjauh minimal 5 meter atau bersiap untuk mendapat hukuman dariku." kata Avan cepat.

Siswi itu semakin kesal dan hendak membantah namun kembali di hentikan oleh Avan.

"Kau yang menggores kaca mobilku. Jika berani membuat kesalahan lagi maka bersiaplah untuk mati! Sebelumnya aku tidak membunuhmu karena aku ingin melihatmu menderita terlebih dahulu. Sekarang, bersiaplah." Avan tersenyum penuh arti.

Siswi itu terkejut mendengar ucapan Avan. Tangannya bergetar karena takut.

"(Bagaimana dia bisa mengingat wajah ku? Padahal saat itu sangat ramai.)"

Seluruh murid ikut terkejut dengan Avan yang mengingat wajah siswi tersebut padahal keadaan saat itu begitu ramai. Beberapa dari mereka semakin takut dan mengurungkan diri untuk tidak mendekati Eunwoo.

"(Ingatanya sangat bagus. Aku bahkan tidak mengingat wajah mereka karena terlalu ramai.)" kata Eunwoo heran dalam hati.

Avan kembali tersenyum dan berjalan mengambil tasnya. "Baiklah. Ayo kita mulai?" ucap Avan menatap Eunwoo dan berjalan meninggalkan kelas.

Eunwoo mengangguk menyadari Avan menyuruh mengikutinya dan menyusul. Diikuti oleh murid di kelas. Mereka berjalan menuju mading bersama. Beberapa murid dari kelas lain ikut keluar menyadari keadaan ramai dan mengikuti dari belakang.

Sesampainya di depan mading. Avan langsung membuka gulungan tersebut dan menempelnya di mading. Para murid semakin penasaran dan menunggu tindakan selanjutnya. Eunwoo menatap sekitar waspada karena kerumunan di sekitarnya.

Setelah selesai, Avan berbalik dan meluruskan tangannya kedepan untuk membuka jalan. Mereka bergeser dan membuat celah panjang bagi Avan untuk lewat. Avan melewati celah itu lebih dulu. Eunwoo mengikuti dari belakang hingga keluar dari kerumunan. Avan tersenyum melihat Eunwoo karena mengerti dengan maksudnya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Avan.

Eunwoo mengangguk dan berbalik menatap seluruh murid yang bergantian membaca mading.

"(Tentu kau harus baik-baik saja. Karena aku akan melindungimu,)" ucap Avan dalam hati sambil tersenyum tipis.

"Ayo!" Avan meraih pergelangan tangan Eunwoo, hendak menariknya berjalan pulang.

Eunwoo seketika terkejut dan refleks melepaskan tangan Avan. Tangan Eunwoo tergores sedikit karena cincin yang dikenakan oleh Avan. Gorasan itu sedikit membengkak hingga sedikit lagi mengeluarkan darah. Avan terhenti dan menatap bingung.

"Ada apa?" tanya Avan.

"A-aku tidak terbiasa digandeng pria." jawab Eunwoo sedikit terbata-bata dan menyembunyikan tangannya di sakunya yang mulai terasa perih.

Aileen yang memperhatikan dari jauh menghampiri Eunwoo dan menarik lengannya. Avan menahannya dengan memegang lengan Eunwoo sebelahnya.

"Apa yang kau lakukan?" tatap Avan pada Aileen sinis.

"Aku meminjamnya sebentar." jawab Aileen menundukan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajahnya.

"Tidak bisa!" Avan menahan Eunwoo lebih kuat.

Eunwoo berpikir sebentar, "(Di sini terlalu berbahaya, bagaimana jika mereka semua mencium darahku nanti. Aku juga belum bisa mempercayai Avan sepenuhnya meskipun dia begitu baik.)"

"Biarkan aku bersamanya. Jangan mengaturku." Eunwoo membuka suara.

Avan melepaskan genggamannya. "Baiklah. Kau yang memintanya."

Aileen kembali menarik lengan Eunwoo dan berlalu pergi. Sesampainya di koridor yang sepi. Aileen melepaskan genggamannya dan memastikan keadaan benar-benar sepi.

Eunwoo menatap heran dan hendak pergi meninggalkan Aileen. Kini ia harus menghindar dari Aileen yang juga seorang vampir. Aileen mendongak menatap Eunwoo dan menghentikannya.

"Berikan?"

"Apa?" Eunwoo berbalik heran.

"Tanganmu yang terluka. Aku akan mengobatinya," jawab Aileen terus terang sambil menengadahkan tangan satunya, menunggu Eunwoo meletakkan tangannya yang terluka.

Eunwoo terkejut. Ia tak percaya dengan ucapan yang baru saja ia dengar. "Apa dia mencium darahku? Tapi, bagaimana mungkin? Tapi ini memang terasa perih. Tidak. Aku harus menghindar." gumam Eunwoo dalam hati.

Eunwoo masih menyembunyikan tangan nya dan mengelak.

"Terluka? Apa maksudmu? Ahh. Tentu saja terluka, tapi bukankah tidak apa-apa bagi seorang vampir seperti kita terluka? Nanti juga akan menutup dengan sendirinya."

"Ahaha... Ternyata kau memanggilku hanya untuk ini? Aku penasaran, apa kau berharap menjadi bisa dekat denganku karena," Eunwoo belum sempat menyelesaikan perkataannya karena Aileen langsung menarik tangan kanan Eunwoo dan menyanggah.

"Karena aku menolongmu." jawab Aileen cepat.

Aileen menggenggam erat tangan Eunwoo dan mengeluarkan obat dari tasnya dengan sebelah tangannya. Eunwoo diam terpaku mendengar ucapan gadis di depannya. Jantungnya berpacu cepat karena terkejut. Ia mencoba berpikir untuk menghindari situasi ini.

Aileen mulai bersiap hendak meneteskan alkohol. Namun terhenti dan menatap Eunwoo dengan lembut.

"Berhenti berpikir jika ingin menghindar. Aku tahu kau itu manusia. Tapi tenanglah karena aku tidak akan menyebarkannya. Karena aku di sini untuk melindungimu. Itulah alasanku menolongmu sebelumnya dan melawan rasa traumaku terhadap Vampir yang menjijikan itu."

Eunwoo terdiam dan tersentuh akan penjelasan Aileen. Ia percaya dengan ucapan Aileen karena melihat tatapan Aileen yang begitu tulus.

Tes! Alkohol yang masih Aileen tahan di atas tangan Eunwoo menetes. Membuat Eunwoo menjerit pelan. Aileen tersadar dan menurunkan alkohol yang ia pegang.

Aileen segera mengambil plester dan menutup luka Eunwoo.

"Maafkan aku. Apa terasa perih? Aku langsung tutup saja dengan plester ini agar tidak berbau,"

Eunwoo hanya menatap Aileen dan tersenyum melihat tingkah Aileen. Ia tidak menyangka masih ada vampir yang perduli padanya sama seperti jovita.

"Kenapa?" tanya Eunwoo yang penasaran akan alasan Aileen yang ingin melindunginya.

Aileen mendongak dan menatap Eunwoo, "Apa kau percaya padaku?" tanya Aileen memastikan. Eunwoo membalas dengan mengangguk.

"Tapi, apa kau benar-benar tidak tahu? Kau tidak mengingat apapun?"

Eunwoo menggeleng dan tidak mengerti maksud perkataan Aileen. Aileen belum sempat melanjutkan ucapannya, matanya langsung membulat melihat Avan berjalan mendekat di belakang Eunwoo. Segera Aileen menunduk dan menyembunyikan wajahnya.

"Ada apa?" Eunwoo bingung melihat Aileen. Mata Eunwoo ikut membulat menyadari ada seseorang di belakangnya. Eunwoo berusaha tenang dan menyembunyikan tangannya di sakunya, kemudian ia berbalik untuk memastikan.

"Apa yang kau lakukan? Sejak kapan kau di sini?" tanya Eunwoo.

Avan tersenyum kecil dan melangkah lebih dekat.