webnovel

Bagian 13

Eunwoo meletakkan kedua jari jempolnya di dagu dan meluruskan sisa jarinya ke atas. Memikirkan ucapan Aileen sebelumnya yang mengganjal pikiranya, ("Tapi, apa kau benar-benar tidak tahu? Kau tidak mengingat apapun?")

Eunwoo mendesah. Kemudian mengubah posisinya menengadah ke atas dan menggabungkan kedua tangannya di leher belakang.

Kembali mengingat ucapan Aileen lainnya, ("Berhenti berpikir jika ingin menghindar. Aku tahu kau itu manusia. Tapi tenanglah karena aku tidak akan menyebarkannya. Karena aku di sini untuk melindungimu. Itulah alasanku menolongmu sebelumnya dan melawan rasa traumaku terhadap Vampir yang menjijikan itu.")

"Sepertinya wajahnya terlihat familiar. Apa aku pernah bertemu dengannya sebelumnya?" Gumam Eunwoo heran.

"Tunggu," seketika Eunwoo teringat dengan mimpinya. "Dia mirip dengan wanita tua dalam mimpiku," diam sejenak dan berpikir. Eunwoo mendesah dan memejamkan matanya, "Hhh! Mengapa semua ini sangat membingungkan?"

***

Resen semakin khawatir, sudah satu setengah jam sejak ia membaca majalah di sofa ruang tamu menunggu Aileen, tapi tak kunjung melihat Aileen keluar dari kamar.

Dan sekarang sudah pukul 19:30. Seharusnya Aileen sudah keluar dari kamarnya sejak pukul 6 sore tadi untuk melakukan transfusi darah sebelum bersekolah, terlebih setelah ia menghisap darah vampir akan membuatnya lemah dan banyak kehilangan energi.

Resen menghela napas dan menutup majalahnya. Bangun dari sofa dan berjalan menghampiri kamar Aileen.

Resen mencoba mengetuk dan berteriak memanggil Aileen.

"Aileen! Apa kau masih tidur? Bangunlah, kau harus melakukan transfusi darah!" namun jawaban dari kamar Aileen hanyalah hening dan membuat Resen semakin khawatir.

"Aileen! Buka pintumu atau aku akan masuk dan memelukmu agar kau tertular oleh vampir yang menjijikan sepertiku." Resen mengancam. Namun jawaban tetap hening. Resen juga tidak mendengar ada pergerakan dari kamar Aileen sedikitpun. Kemudian Resen bertekad dan mendobrak pintuk kamar Aileen.

Saat pintu terbuka, Resen tidak melihat Aileen di sana. Mencoba mencari di seisi kamar dan ia mendapati jendela terbuka terbuka lebar.

Kemudian Resen teringat saat mendengar gumaman Aileen jam 2 malam sebelumnya. Saat Aileen mengatakan, "Di hari itu, aku bertanya-tanya. Saat kau masuk meninggalkanku, apa kau pernah ke luar lagi untuk mencariku?"

Seketika Resen tercengang. Detik berikutnya Resen berlari keluar rumah secepat mungkin. "Tidak, Aileen. Jangan katakan apapun padanya. Dia sudah melupakanmu. Biarlah keadaan tetap seperti ini. Kau hanya akan memperburuk keadaan." Resen terus berlari dan mempercepat langkahnya. "Aku salah mengira mempertemukanmu padanya, aku pikir kau akan melupakannya karena dia tidak mengingatmu dan kau akan mengandalkanku, Aileen." kata Resen dalam hati.

***

Pertama, menjaga jarak 2 meter dariku dan Eunwoo.

Kedua, jangan menyentuhku maupun Eunwoo tanpa izin.

Ketiga, tidak ada pertemanan bagi kami terhadap siswa moonlight terlebih hubungan khusus.

Keempat, seluruh pelanggaran akan mendapat hukuman mati. Keringanan hukuman akan di tentukan olehku sendiri.

Kelima, aturan tentang seragam bebas, keterlambatan tergantung guru yang mengajar dan tidak ada yang boleh absen karena kalian sudah mendapat keringanan dengan datang terlambat. Semua masih sama seperti sebelumnya.

Avan menyeringai setelah membaca keras aturan moonlight yang baru meskipun mereka sudah membacanya kemarin. Sengaja ia membaca kembali untuk memperingatkan. Telah selesai, Avan berlanjut membuka gulungan di tangannya yang berisi tugasnya dan Eunwoo di SMA Moon Light ini :

Murid Moon Light yang mendapat hukuman mati akan di hisap habis darahnya oleh murid Moon Light juga. Dan tugas Cha Eunwoo di sini akan menunjuk murid Moon Light tersebut yang akan melakukannya. Tapi, jika Eunwoo tidak mau menunjuk salah seorang di antara kalian maka Eunwoo yang harus melakukannya sendiri.

Seketika seluruh murid terkejut. Mereka ingin sekali rasanya mengeluarkan amarah pada seluruh aturan yang Avan buat. Namun tidak, jika mereka berani memberontak, sudah di pastikan mereka akan di keluarkan dari SMA Moon Light. Mereka tidak mau putus sekolah hanya karena hal seperti itu, terlebih ini menyangkut masa depan mereka. Satu-satunya SMA tersisa di korea hanya ini, yang lain sudah di bakar oleh seluruh kaum manusia karena kekejaman kaum vampir terdahulu.

Eunwoo tercengang. Terlebih ia berdiri di sebelah Avan dan mendengar langsung tugas yang diberikan Avan. "(Tugas macam apa yang ia berikan? Bagaimana aku bisa melakukannya?)" kata Eunwoo khawatir dalam hati.

"(Dan yang terakhir. Tugasku hanya melihat kalian mendapat hukuman.)" lagi-lagi Avan menyeringai, kemudian menutup Gulungan kertas itu dan menempelkan di mading, bersebelahan dengan aturan Moon Light.

Sementara Aileen menatap Avan bingung dan merasa bersalah. "(Apakah karena aku, Avan memberikan tugas seperti itu pada Eunwoo? Aku tahu, Avan tidak akan mudah memaafkanku setelah aku melawan aturannya.)"

Aileen beralih menatap Eunwoo. "(Aku harus bertanya padanya langsung. Mungkin aku hanya perlu menceritakan kembali padanya jika kita pernah bertemu saat kecil. Aku yakin, dia hanya tidak mengenali wajahku saat kecil.)" Aileen tersenyum lembut, "(Aku bahkan belum sempat berterima kasih padanya.)"

Kerumunan dibubarkan saat Avan turun dari panggung kecil dekat mading dan meninggalkan Aula. Saat itu juga, tiba-tiba seseorang menarik tangan Aileen dan membawanya ke halaman belakang sekolah.

Saat tiba, ia mendorong Aileen. Aileen tersungkur ke tanah.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan?!" teriak Aileen. Menatap kesal dan bingung pada siswi itu.

Siswi itu menyeringai. Kemudian menarik rambut Aileen.

"Aku berada di kelas yang sama denganmu, bodoh!" siswi itu tersenyum tak percaya. "Astaga! Teman kelas macam apa ini yang tidak mengenali wajah teman kelasnya sendiri." Aileen terdiam. Siswi itu mendekat dan menarik rambut Aileen.

Aileen meringis. Mencoba manahan tangan yang menarik rambutnya. Kemudian siswi itu melepas kasar rambut Aileen dan berjongkok menatap Aileen sambil tersenyum sinis.

"Kenapa kau sangat lemah? Tidak seru. Bukankah kau mampu membunuh seluruh murid di sini dengan taringmu itu?"

Aileen mengerjap. Menatap tak percaya mendengar ucapan siswi itu. Ia tak menyangka, setelah melakukan hal nekad di aula sebelumnya akan membuatnya di benci.

Siswi itu kembali menyeringai dan menghela napas kasar. "Hh! Ada apa? Apa aku benar?" Aileen terdiam.

Di kejauhan, Avan menghentikan langkahnya ketika melihat kebisingan itu. Kemudian menyenderkan punggungnya di pagar pembatas.

Avan berdecak, "chh! Apa ini? Penindasan?" Avan menatap heran punggung Aileen yang hanya diam pasrah, "Kenapa dia diam saja di tindas seperti itu?" gumam Avan sambil menyilangkan kedua tangannya.

Sementara Eunwoo yang masih di dalam sekolah berjalan ke sana ke mari. Berharap menemukan Aileen untuk bertanya hal yang mengganjal pikirannya saat ini.

"Ah! Kenapa saat aku tidak mencarinya dia malah datang padaku. Dan sekarang, aku benar-benar ingin bertemu dengannya aku kehilangannya?" keluh Eunwoo sambil berlalu lalang dan menatap sekitar.

Tanpa sadar Eunwoo berjalan menuju halaman belakang. Saat itu juga pandangannya tertuju pada Aileen. Eunwoo tersenyum akhirnya ia menemukan Aileen. "Aku menemukan," ucapan Eunwoo terhenti menyadari Aileen terduduk di tanah, tengah meringis ke sakitan. "Apa yang terjadi?"

Siswi itu kembali menarik rambut Aileen dan mulai mengeluarkan taringnya. "Kau pantas mati!" kata siswi itu penuh hasrat dan amarah.

Aileen meringis. Ingin sekali rasanya Aileen melawan, tapi tubuhnya sangat lemah karena ia belum melakukan transfusi darah setelah menghisap habis darah vampir kemarin.

Avan melihat kedatangan Eunwoo dan melihat arah pandangnya yang tertuju pada penindasan di hadapannya.

"Sayang sekali, sepertinya ini akan berakhir," gumam Avan.

"Hei! Hentikan!"

Siswi itu terkesiap. Suara yang baru saja ia dengar sangat familiar. Kemudian ia menoleh ke arah sumber suara yang cukup jauh darinya. Ia terduduk di tanah mendapati seseorang yang di takuti.

"A-Avan?"