webnovel

LYTLM (S1) : When Our Love Began

Ada yang hilang sebagai konsekuensi atas hal yang dipilih. Tapi saat hal itu kembali, kenapa aku harus kehilanganmu...lagi? "Aku tak ingin kehilanganmu, kumohon tinggallah." Xiaozhan "Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu tetap di sini?" Xiaozhan "Ada hal yang tak perlu kau ketahui." Yibo "Kau akan mengerti saat tiba waktunya nanti." Yibo "Aku tetap mencintaimu sampai nanti," Yizhan

alinamoey · LGBT+
Not enough ratings
37 Chs

Chapter 36

Dengan air mata yang masih berderai, ia menyusuri jalan sepi. Terus berlari sampai ia lelah dan berhenti di tangga jembatan penyeberangan.

Xiaozhan duduk di sana dengan masih terisak. Sesekali air matanya masih turun. Tak lama kemudian, ia merasa ada seseorang yang datang dari arah belakang.

"Kita bertemu lagi."

Dan benar saja. Seseorang itu adalah Elf. Xiaozhan hanya memandangi Elf dengan tatapan kosong.

"Sepertinya kau telah menemukan sebuah kebenaran."

Xiaozhan masih diam tak berniat membalas atau menolak.

"Ikutlah aku untuk balas dendam."

Ucap Elf ringan. Ia menyunggingkan senyum miring. Entah apa yang Xiaozhan pikirkan. Ia hanya ingin bukti. Dan sepertinya Yibo memang berbahaya.

Ia ingin percaya pada Yibo, tapi mayat orang tuanya ada di sana. Sulit untuk menghilangkan fakta itu. Dengan ragu dan bingung akhirnya Xiaozhan mengikuti Elf.

Entah apa yang akan terjadi nantinya, tapi saat ini biarkan ia menekan hatinya dan membiarkan otaknya memerintah untuk balas dendam. Ia menyayangi orangtuanya, jadi mungkin ini adalah jalan yang terbaik.

.

.

.

.

Yibo sampai di rumahnya, tapi ia sama sekali tak menemukan keberadaan Xiaozhan. Ia bahkan melupakan fakta jika tubuhnya masih memiliki beberapa luka akibat pertarungan tadi.

Bukannya mengobati lukanya, ia lebih mencemaskan keberadaan Xiaozhan. Apalagi ia tahu jika Xiaozhan sudah tahu keberadaan mayat orangtuanya itu. Sungguh seharusnya ia menjelaskannya sejak awal.

Satu bawahannya datang ingin mengobati tapi ia menolak.

"Dimana Xiaozhan?"

"Queen pergi sejak tadi, King. Dan Queen tidak ingin kami mengikutinya."

"Kenapa kalian tidak mengikutinya dari jauh?! Ia bahkan tak membawa ponselnya, hah!"

Yibo membanting kotak obat yang dibawakan oleh bawahannya. Sedangkan bawahannya hanya menunduk takut. Tiba-tiba ponsel Yibo berdering. Ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Berharap itu Xiaozhan, ia mengangkatnya dengan terburu-buru.

"Xiao..."

Belum sempat ia berkata, orang disebrang sana sudah memotongnya.

"Jika kau ingin kekasihmu selamat, datanglah kemari sendiri. Jangan bawa siapapun atau aku akan mencelakainya."

Tawa mengejek orang itu. Yibo menggeram, ia tahu siapa orang itu. Ia membuang ponselnya dengan emosi.

"Aku pergi. Jangan ikuti aku."

Setelah mengatakan itu, Yibo pergi ke tempat yang dengan jelas ia tahu dimana orang itu berada.

.

.

.

.

Yibo sampai di tempat itu. Yibo mendobrak pintu gudang kosong itu. Masuk dengan tergesa dan hal yang pertama ia lihat adalah di sana Xiaozhan digantung dengan tali yang melilit dada sampai perutnya ke atap gudang.

Hatinya sakit melihat orang yang ia cintai disiksa. Terdengar tawa seseorang di sana. Yibo melirik orang itu dengan emosi yang tertahan.

"Lepaskan dia, Peng!!!"

Yibo mengeram.

"Semudah itu? Bahkan aku sudah susah-susah menjebakmu untuk kemari."

He Peng tertawa sinis di sampaingnya ada Elf.

"Kalian!!!"

"Bunuh dia Elf!"

Setelah mendengar perintah dari He Peng (kakak Elf), Elf berlari dan menyerang Yibo. Kekuatan Yibo memang belum pulih dengan sempurna, tapi Elf bukanlah tandingannya.

Elf berhasil menusuk perut Yibo, tapi Yibo membiarkannya, walau darah terus mengalir dari luka itu. Yibo berlari cepat ke arah Elf dan mencengkram lehernya kuat. Elf terbatuk dan berusaha untuk lepas. Namun cengkraman Yibo semakin kuat dan pada akhirnya terdengar suara tulang patah. Yibo mematahkan leher Elf dan tentu saja dia mati. Yibo membanting mayat Elf ke sembarang arah dan menatap marah He Peng.

"Hebat seperti biasa. Tapi kau tak akan menang kali ini."

Peng tersenyum miring dan menurunkan Xiaozhan kemudian melepas tali yang melilitnya. Xiaozhan berdiri di samping Peng dan melirik Yibo sekilas.

"Zhan....kemari lah. Ayo kita pulang."

Namun Xiaozhan hanya diam tak membalas Yibo.

"Zhan..."

"TIDAK!"

Yibo terkejut dengan teriakan Xiaozhan.

"Haha...kalian mendrama sekali. Sebaiknya kita cepat akhiri ini."

Dengan cepat Peng memojokan Yibo dan merantai tangan dan kakinya membentuk huruf X. Yibo yang tidak fokus pun hanya diam. Fokusnya hanya pada Xiaozhan yang bahkan diam saja di sana mengamati apa yang Peng lakukan pada Yibo.

"Zhan..."

Ucap Yibo lirih.

Peng mendekati Xiaozhan dan menyerahkan sebuah panah dengan sinar kebiruan di ujungnya.

"Bunuh sendiri dia. Balaskan dendammu atas pembunuhan yang ia lakukan pada orang tuamu."

Xiaozhan menerima panah itu dengan ragu. Ia memandang Yibo dan mendekat ke arahnya. Yibo mengamati Xiaozhan. Bisa ia lihat matanya menyiratkan kesedihan, kekecewaan dan keraguan.

"Zhan...dengarkan aku..."

"Apa yang akan kau katakan, HAH?! BAHWA KAU TELAH MEMBUNUH ORANGTUAKU DAN MENYEMBUNYIKAN MEREKA DARIKU?! Aku membencimu Yibo."

Suara Xiaozhan melirih di akhir karena nyatanya ia tak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Hatinya menolak untuk membenci Yibo. Yibo menggeleng. Menolak semua pemikiran Xiaozhan padanya.

"Tidak...itu tidak benar..."

"Apa yang tidak benar?! Masih mengelak?! Bahkan mayat mereka masih di sana, di ruang kerjamu!."

Xiaozhan terisak mengingat itu. He Peng cukup jenggah melihat itu.

"Sampai kapan kau akan terus mendrama? Lakukan saja."

Xiaozhan mengelap kasar air matanya dan mulai mendekatkan panah itu pada dada Yibo. Yibo memberontak. Ia tidak mau mati sekarang sebelum ia menjelaskan semuanya pada Xiaozhan.