webnovel

Luka yang Kau Janjikan Bahagia

Kisah tentang Kafka yang dengan keputusan bodohnya meninggalkan sahabat baiknya, Kila, demi berpacaran dengan Ayu, wanita yang sangat dicintainya dan juga wanita yang dibenci seluruh sekolah. keputusan tersebut pada akhirnya diselali oleh Kafka setelah mengetahui bahwa Ayu memang tidak sebaik yang dipikirkannya. Terlampau basah dan dibenci oleh semua orang karena lebih memilih pacarnya dan meninggalkan semua hal, nama Kafka menjadi buruk. Dia menyadari hal tersebut dan memutuskan Ayu. kini, hanya Kila yang bisa membantunya, dia tahu Kila tak pernah membencinya, hanya Kila yang mengerti dirinya, hanya Kila yang mau mendengar semua ceritanya. Hanya sahabatnya.. Kila

Trivani_Desyara · Teen
Not enough ratings
4 Chs

Gemuruh

Lelah Kila berusaha untuk mendamaikan kedua sahabatnya yang tak kunjung usai berdebat, diputuskannya membawa mereka ke salah satu coffee shop favorite Kila, tak bisa menentukan pilihan antara Syifa dan Kafka maka ide tersebut sepertinya tidak menjadi masalah, atau jika mereke menolak dia akan pergi sendiri saja, agar tak pusing otaknya memikirkan pertikaian yang memperebutkan dirinya, sungguh sangat mendramatisir!

"Ikut aku ke Starbucks, atau kalian pulang aja!" ucapnya sambil menyimpan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan kedalam tas sekolah dan bergegas pergi dari perpustakaan, "Seriously? u ask him to join us, Kil?" tanya Syifa tak percaya, dilihatnya Kafka hanya tersenyum kecil, Kila tahu Kafka tak keberatan dengan ide itu namun Kila juga sangat tahu Syifa sangat amat keberatan. Kila menjawab dengan menaikkan kedua bahunya.

"Naik mobil Kafka atau kita naik taksi online?" tanya Kila pada Syifa, Kila tak akan menanyakan apakah Kafka sudi memberi tumpangan pada mereka berdua karena Kila yakin Kafka akan berbaik hati untuk menjadikan mobilnya sebagai tumpangan, namun berusaha untuk menghargai pendapat Syifa, Kila harus menanyakan masalah tersebut pada gadis itu.

"Kilaaa!" rengek Syifa sambil merangkul lengan Kila, "Naik taksi online aja deh, aku gak mau hutang budi sama tuh cowok nyebelin!" sindirinya.

"Kila bersamaku, kau boleh naik taksi, bagaimana?" ide buruk Kafka semakin membuat Syifa berapi-api, "Bagaimana kalau kau pulang saja dan tidak usah mengganggu!" teriak Syifa yang mendapat perhatian dari penjaga perpustakaan.

"Make it easy Syif." desak Kila, "Oke, fine! naik mobil Kafka." jawabnya pasrah.

***

"Kudengar kau putus dengan Ayu ya?" Syifa setelah mengambil orderan Green Tea Cream miliknya duduk disebelah Kila dan langsung bertanya pada Kafka, Kafka hanya diam saja pura-pura sibuk menikmati caramel macchiato miliknya yang juga sama dengan apa yang dipesan Kila.

"Tak usah pura-pura bertanya jika kau tahu jawabannya." jawab Kafka, "For God sake! can you just a little bit polite when talk to me?" sembur Syifa.

"Hahahaha." Kafka hanya tertawa melihat Syifa yang selalu saja dibuatnya kesal, padahal Kafka memang sengaja membuat gadis itu kesal, namun gadis itu selalu terpancing.

"Syif, hpmu daritadi bergetar." Kila menyadarkan Syifa yang tidak sadar bahwa sedari tadi hp itu menarik perhatiannya karena tak kunjung berhenti bergetar.

"Ah, gara-gara lelaki ini aku jadi tuli!" sinisnya kemudian segera mengangkat panggilan dari telpon itu, ternyata itu adalah dari ibu-nya yang menyuruhnya menemani check up ke dokter, terpaksa Syifa dengan berat hati meninggalkan sahabatnya berduaan dengan Kafka.

"We're gonna hangout together next time, send my greeting to your mom." ucap Kila kemudian mencium kedua pipi Syifa, "Ofcourse, see ya." Syifa pamit dengan membawa sisa minumannya lalu bergegas pergi meninggalkan Kafka dan Kila.

"Kurasa Syifa sangat membenciku." gumam Kafka ketika Syifa sudah pergi, "Kurasa bukan hanya dia, tapi seluruh murid disekolah kita kita." jawab Kila.

"Unfortunately, you right." aku-nya,

"Aku tak perduli mereka, yang penting kau tidak."

"Aku? tahu darimana kau aku tidak?" tanya Kila.

"Kalaupun kau bilang kau benci, aku tau kau tidak." yakinnya, Kila tersenyum sinis, lelaki didepannya benar-benar sangat percaya diri, pikirnya. Padahal nyatanya, Kila memang berusaha membenci dan tak perduli, namun benar-benar sulit sekali rasanya menjadi orang yang acuh terhadap apapun, Kila terbiasa dengan memikirkan dan memperdulikan segala hal terkecil yang ada disekelilingnya, membuatnya kadang membenci dirinya sendiri karena membuatnya repot saja dengan pikiran yang selalu memikirkan hal tak penting.

Tak seperti Syifa, ketika hp-nya berdering Kafka langsung sadar, namun melihat siapa yang menelponnya membuatnya mengurungkan diri untuk mengangkat, Kila berhasil melirik siapa yang menelpon Kafka, kemudian dia menyuruhnya untuk mengangkat.

"Aku yakin dia berusaha mengajakku bertemu dengannya." Kafka menatap hpnya yang tak kunjung berhenti berdering, Kila merasa risih, "Angkat lah Ka, tak akan selesai masalahmu jika terus-terusan lari." saran Kila, dengan sangat berat hati, diangkatnya panggilan itu.

"Halo... Diluar... Aku sedang bersama temanku..... Jangan nangis.... Ayu aku bukan pacarmu lagi..... aku tidak bisa.... jangan bodoh..... Fine, I'll be there about half hour."

Ketika Kafka memutuskan panggilan tersebut, Kila tahu jika lelaki itu akan meninggalkannya, Kila sangat paham jika meskipun dia berusaha meyakinkan Kila dia sudah tak perduli dengan Ayu, jelas terlihat di wajahnya bahwa dia masih sayang dan masih ada rasa perduli, sekuat apapun dia menutupinya dan Kila kali ini tak akan merasa terganggu dengan itu, Ayu mungkin sekarang memang belum bisa menerima keadaan putusnya hubungannya dengan Kafka, jelas saja Ayu sangat membutuhkan Kafka, selama dua tahun terakhir hanya Kafka yang berhasil bertahan hidup berdua dengan Ayu dengan segala sifatnya itu.

"She's ask me to go to her house." ujarnya, "Then go.. she still need you."

"How could we forget each other if she keeps asking me to meet her?" Kafka mengacak-acak rambutnya, merasa sangat kebingungan dengan keadaan ini.

"Berpisahlah baik-baik, meskipun kau akan bertemu dengannya, namun jangan memberinya harapan lagi jika tak akan kau wujudkan. berbicaralah seperlunya, tegaskan padanya bahwa kalian sudah tidak terikat hubungan lagi."

"Dia tidak bisa diajak bicara baik-baik, I tried La."

"You just have to make her understand about the situation."

"Tell me how?" tanyanya, Kila berdecak sebal.

"How could I tell you the way if I myself never understand the situation either?"

"Kuantar kau pulang sekarang." Kafka menarik tangan Kila kemudian Kila segera melepaskannya, "Aku masih mau disini."

"Tolong lah La, tidak mungkin kutinggalkan kau sendirian disini."

"I'm good, you just go."

"La..."

"Kafka, kau ini kenapa? jika kau ingin pergi ya pergi saja, aku masih mau disini dan jangan terlalu kau pikirkan, bukannya kau sudah terbiasa mengabaikanku selama ini?"

Kafka kembali duduk disebelah Kila, memegang pundaknya, dan sedikit menghelus rambut coklat gelap panjang milik Kila.

"I will tell you everything, after I meet her. Ok? if you need to be here alone, then I'll go." ucapnya, Kila mengangguk mengerti dan kemudian Kafka pergi meninggalkan Kila sendirian, Kila tak mengerti mengapa rasanya ada sesuatu yang sangat mengganggu perasaannya, dia merasa sangat sesak saat ini, apakah didalam lubuk hatinya dia tak ingin Kafka meninggalkannya seperti ini demi Ayu? persis seperti apa yang dilakukan pria itu dua tahun yang lalu.

Dia tahu keadaan ini tak sama, namun Kila tetap saja merasa sangat kesal dan gemuruh dihatinya bertambah deras saja. Kemudian setelah menyadari betapa bodoh dirinya karena membiarkan pikirannya kacau, dia tersenyum kecil, tak akan dibiarkannya lagi siapapun mengusik hati dan pikirannya.

"Tadi Syifa dan Kafka memperebutkanku, kini malah mereka yang meninggalkanku sendirian, lihat betapa cepatnya keadaan berubah." desisnya dan kembali menyeruput minumannya.

***