webnovel

Luka yang Kau Janjikan Bahagia

Kisah tentang Kafka yang dengan keputusan bodohnya meninggalkan sahabat baiknya, Kila, demi berpacaran dengan Ayu, wanita yang sangat dicintainya dan juga wanita yang dibenci seluruh sekolah. keputusan tersebut pada akhirnya diselali oleh Kafka setelah mengetahui bahwa Ayu memang tidak sebaik yang dipikirkannya. Terlampau basah dan dibenci oleh semua orang karena lebih memilih pacarnya dan meninggalkan semua hal, nama Kafka menjadi buruk. Dia menyadari hal tersebut dan memutuskan Ayu. kini, hanya Kila yang bisa membantunya, dia tahu Kila tak pernah membencinya, hanya Kila yang mengerti dirinya, hanya Kila yang mau mendengar semua ceritanya. Hanya sahabatnya.. Kila

Trivani_Desyara · Teen
Not enough ratings
4 Chs

Déjà vu

"Lihat kan? aku benci sekali dengan mereka berdua! aku benci!" Teriak Syifa pada Kila, Kila yang jelas mengerti apa yang dimaksud Syifa hanya diam membiarkan gadis itu melampiaskan segala amarahnya, Kila yakin Syifa sangat membenci keadaan saat ini, dimana Syifa tak lagi satu-satunya sahabat Kila, namun kini Kafka dan Ayu sudah merebut Kila dari Syifa lagi.

"Aku tak suka berbagi! aku tak sudi apalagi dengan mereka berdua." Lanjutnya, Kila memutar bola matanya, heran melihat sahabatnya yang sangat baperan itu.

"Lebih baik mereka tetap pacaran saja, agar kau tak dekat dan harus menjadi sahabat mereka lagi, mereka itu racun bagiku dan bagimu Kil!"

"Oh come on, just stop it Syifa, you are too much!" desis Kila kesal, suasana perpustakaan terlihat sepi, saat seperti ini adalah waktu yang sangat berharga untuk Kila yang tengah fokus belajar untuk menghadapi lomba olimpiade tingkat sekolah yang akan dihadapinya beberapa hari lagi, namun kini kehadiran dan omelan Syifa sangat mengganggunya.

"Kau tak harus ikut campur lagi, Kil. Sudahlah, pergi jauh saja dari mereka."

Syifa terlihat tak memerdulikan tatapan sebal Kila.

"Bagaimana caranya aku pergi jauh jika mereka satu sekolah bahkan satu kelas dengan mereka? don't talk nonsense baby." ucap Kila meledek sambil tersenyum tipis.

"Lagipula, apa sih yang kau permasalahkan Syif? aku tetap sahabatmu kan? aku tak membuangmu demi mereka, tak akan kulakukan hal bodoh seperti itu, no need to worry." Kila mengeluarkan buku yang sudah dipinjamnya dari rak buku dan mulai membaca, berusaha mengabaikan Syifa.

"Sudah ku bilang aku tak sudi berbagi sahabat lagi, cukup dulu kau habiskan waktumu dengan Kafka, kemudian setelah itu Ayu, kau hampir mengabaikanku dan tak lagi memiliki waktu untukku, sebagian waktumu kau habiskan untuk mereka berdua padahal jelas sudah aku yang mengenalmu terlebih dahulu disekolah ini! aku bahagia ketika mereka mencampakkanmu."

"Bahagia kau bilang?" Kila menaikkan sebelah alisnya pura-pura tak mengerti, Syifa mengangguk semangat membenarkan ucapan Kila.

"Aku bahagia karena kau tak perlu lagi bersahabat dengan mereka dan kau hanya memiliki aku sebagai sahabatmu! Sekarang? mereka mendatangimu lagi, dulu kau seperti sampah yang dibuang kini mereka merebut sampah itu lagi ! fuck it." Syifa memaki.

Kila bukannya marah malah tertawa terbahak-bahak kini, Sangat memahami bagaimana peringai Syifa membuatnya tak bisa dan tak akan pernah marah dengan itu, Syifa adalah sahabat terbaik Kila dulu maupun sekarang, dulu Syifa beranggapan Kila lebih berpihak pada Ayu dibanding dirinya, padahal nyatanya tak seperti itu, Kila hanya merasa kasihan dengan Ayu yang karena sifatnya tak ada satupun yang sudi berteman dengannya, Kila adalah satu-satunya sahabat Ayu sebelum dia bertemu dengan Kafka yang dibuatnya jatuh cinta. Semua terjadi bagai mimpi buruk untuk Kila, Ayu dengan sifatnya itu merebut Kafka darinya, namun begitupun Kila merasa tak masalah, dia beranggapan Kafka bukan satu-satunya sahabat yang bisa memporak porandakan hidupnya dengan memutuskan untuk menjauhinya.

"La, kudengar kau akan mengikuti olimpiade tingkat sekolah minggu depan?" Sepertinya semesta tak mengabaikan kegundahan hati Syifa karena kini dengan santainya Kafka sudah hadir ditengah-tengah mereka dan bertanya tentang olimpiade pada Kila, terlihat jelas kini benang kusut diwajah Syifa, padahal Kila hanya menjawab pertanyaan Kafka dengan anggukan dan senyuman, terlampau sibuk dengan buku-bukunya membuat Kila tak perduli dengan kedatangan Kafka.

"Wah.. kau serius untuk mengikuti lomba itu ya? sejak kapan seorang Kila peduli dengan perlombaan-perlombaan seperti itu?" tanya Kafka lagi, dan senyuman Kila cukup untuk merespon ucapan kafka.

"Kila nya sedang fokus be;ajar, tolong jangan diganggu." sinis Syifa yang terlihat jelas menyindiri Kafka, mendengar ucapan sinis itu Kila langsung menyenggol siku Syifa. Syifa memutar bola matanya.

"Sifat tak sukamu padaku benar-benar tak berubah sejak dulu ya!" sindir Kafka, Syifa terlihat kaget mendengar Kafka yang berbicara padanya.

"Uhh, it's been long time since the last time you talked to me, sounds so weird, though!" Syifa menatap Kafka tajam, "There is no important thing that I have to say to you, that's why." balas Kafka, Syifa terlihat semakin kesal saja.

Lelaki itu benar-benar membuat Syifa panas, baik dulu ketika masih menjadi sahabat Kila dan kinipun Syifa dan Kafka tak pernah akur, mereka hampir selalu saja bertengkar, apalagi semenjak Kafka berpacaran dengan Ayu, sejak kelas satu SMA mereka satu satu kelas bahkan hingga kini disaat mereka sudah menduduki bangku kelas 3 SMA pun mereka masih sekelas, namun benar-benar selama dua tahun rasanya Kila dan Syifa tak pernah mendengar suara Kafka, se-asing itu Kafka bagi mereka sejak bersama Ayu.

"La, selesai kau belajar, kuantar pulang ya, sudah lama rasanya tidak main kerumahmu." tawar Kafka yang dengan spontan mendapatkan dorongan kuat dibahunya dari Syifa, "Aku dan Kila akan pergi sore ini, kau jangan mengganggu!" ancamnya, "Kau benar-benar..."

Karena geram dengan dorongan kuat yang diberi Syifa untuknya, Kafka mengepalkan tangannya berniat meninju wajah Syifa yang sudah ketakutan, namun jelas saja itu hanyalah candaa Kafka dan kemudian menyimpan tangannya lagi ketika dia lihat Syifa ketakutan, Kila diam-diam tersenyum, padahal dia tak mengatakan apapun sedari tadi namun mereka berdua tetap saja bertengkar akan hal-hal kecil, Kila merasa dejavu, dulu sebelum kemunculan Ayu, memang beginilah suasana jika Kila, Syifa dan Kafka dipertemukan.

***