webnovel

Pengakuan Cinta

Mereka menikmati pemandangan matahari terbenam. Xiao Lan pun mulai berbisik dalam hati.

"Sepertinya, ini adalah saat yang tepat aku menanyakan tentang kejadian di Kolam Mata Air Panas. Aku harus jujur dan menanyakan perasaan Yang Mulia. Jangan sampai, aku berakhir seperti Dewi Bunga dalam cerita. Aku memang menyukai Yang Mulia. Jantungku berdetak kencang saat melihat dia dan aku merasa nyaman berada di dekatnya. Saat dia pergi ke Alam Iblis, aku merindukannya. Tapi, bagaimana aku harus mengatakan itu? Aduhhh.... bagaimana ini?"

Untuk sesaat, mereka terdiam dan keheningan meliputi mereka.

"Xiao Lan!/Yang Mulia!" mereka tiba-tiba saling memanggil bersamaan.

"Kau dulu, bicaralah. Bukannya kau bilang akan menanyakan sesuatu setelah aku kembali dari Alam Iblis?"

"Eeeee.... Yang Mulia bicaralah dulu. Aku jadi tiba-tiba lupa akan mengatakan apa."

Qian Xun tertawa kecil melihat tingkah konyol Xiao Lan.

"Baiklah. Tapi, yang ingin aku katakan adalah hal yang serius."

Qian Xun meraih kedua tangan Xiao Lan dan menggenggamnya dengan lembut.

"Xiao Lan.....Ku rasa, aku jatuh cinta pada mu."

Xiao Lan hanya bisa terdiam mendengar itu. Ia membalas tatapan mata Qian Xun yang penuh keseriusan. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak tau harus mulai dari mana. Mereka berdua hanya bertatapan jarak dekat dalam diam. Melihat Xiao Lan yang diam saja, Qian Xun juga tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Ia pun untuk kedua kalinya mencium bibir Xiao Lan dengan lembut. Awalnya, Xiao Lan tidak melakukan apa-apa dan membiarkan Qian Xun mengecup bibirnya. Namun semakin lama, rasa itu membuatnya ingin membalas kecupan Qian Xun hingga akhirnya merekapun berciuman mesra di bawah matahari terbenam. Beberapa ikan lumba-lumba pun bergantian bermunculan di permukaan seolah ikut merasakan kebahagian kedua pasangan itu.

Waktu berlalu. Matahari sudah hampir tenggelam seutuhnya. Mereka kini sedang duduk berduaan bergandengan tangan di atas batu karang menikmati keindahan laut sore. Xiao Lan bersandar pada bahu Qian Xun lalu mereka mengobrol dan bercerita tentang banyak hal. Sesekali, mereka bertatapan sambil tersenyum.

"Xiao lan, sebelumnya kau mengatakan kalau kau akan menanyakan sesuatu begitu aku pulang dari Alam Iblis."

"Ahhh... Itu bukan sesuatu yang penting."

"Benarkah? Tapi, meski begitu, aku tetap ingin mendengarnya. Aku bahkan ingin mendengar banyak hal-hal kecil darimu."

"Oh. Sebenarnya, aku ingin menanyakan masalah kejadian di Kolam Mata Air Panas. Tapi, aku pikir, mungkin Yang Mulia tidak mengingatnya. Waktu itu, Yang Mulia setengah sadar."

"Mana mungkin aku bisa lupa. Itu adalah ciuman pertamaku. Aku mencium Dewi yang sangat cantik."

"Oh. Aku pikir Yang Mulia sudah melupakannya. Tapi, aku tidak percaya kalau itu adalah ciuman pertama. Banyak Dewi yang mengagumi Yang Mulia. Mana mungkin Yang Mulia belum pernah memiliki pujaan hati sebelumnya."

Qian Xun jadi tertawa mendengarnya.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau sangat cantik dan centil. Kau sangat gampang dekat dengan siapa saja. Aku rasa, sebelum jatuh di Paviliun Luofeng, kau pasti memiliki banyak kekasih."

"Ah, mana mungkin? Aku bukan orang seperti itu. Sekalipun aku hilang ingatan, tapi aku yakin, aku bukan orang seperti itu."

"Tapi, kau tidak ingat apapun. Bagaimana mungkin kau tahu dahulu kau orang seperti apa?" tanya Qian Xun menggoda sambil tertawa kecil. Xiao Lan yang sudah kehabisan kata-kata hanya cemberut kesal menatap Qian Xun. Qian Xun hanya menggodanya. Ia suka dengan pertengkaran kecil seperti ini. Xiao Lan juga tidak benar-benar marah, ia hanya ingin bermanja-manja.

"Sudah....sudah...Tadi aku hanya asal bicara. Tersenyumlah! Kau sangat cantik saat tersenyum."

Xiao Lan pun tersenyum manis dan membuat Qian Xun tidak dapat menahan diri untuk memeluknya. Sungguh pemandangan yang romantis, kedua kekasih itu berpelukan erat dibawah langit sore. Setelah puas berduaan, mereka pun kembali ke Paviliun Luofeng. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Qing Qing, salah satu pelayan Paviliun Luofeng menyaksikan hal itu dari kejauhan. Tak lama kemudian, Chu Hua pun ada di hadir di sana dan mengagetkan Qing Qing dari belakang dengan menepuk pundaknya.

"Ah! Dewi Chu Hua!"

"Qing Qing, apa yang sedang kau lakukan disini sendirian? Dilihat dari raut wajahmu, sepertinya kau baru saja menyaksikan hal yang tidak menyenangkan."

"Benar, Dewi. Aku baru saja meliha Xiao Lan dan Yang Mulia Qian Xun berjalan beriringan dan bergandengan tangan. Uuuhhh... Benar-benar membuatku kesal. Dasar ular licik. Dia pasti menggunakan mantra terlarang untuk memikat Yang Mulia."

"Rupanya, rasa sukamu pada Yang Mulia begitu besar."

"Tentu saja, aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil hatinya. Sebenarnya, aku sudah lama ingin menyingkirkan Xiao Lan. Tapi, selalu saja tidak ada kesempatan."

"Ow.... Sebenarnya, aku mungkin dapat membantu mengabulkan keinginanmu itu."

"Maksud Dewi, menyingkirkan Xiao Lan?"

"Mmmm...."

"Benarkah?"

"Aku berasal dari Rawa Yinxing dan di kampung halamanku ada racun yang tidak berbau dan tidak meninggalkan jejak. Dia hanya perlu minum satu pil dan dijamin tidak akan pernah bisa menggangu Yang Mulia lagi."

"Tapi, bagaimana cara memberikannya pada Xiao Lan? Dia selalu saja bersama dengan Yang Mulia."

"Itu adalah tugasmu untuk mencari caranya. Aku hanya bisa memberikan racun. Tapi ingat. Aku hanya berniat baik membantumu. Jika terjadi masalah, kau tidak boleh melibatkan aku."

"Baik Dewi. Aku mengerti. Tapi kapan aku bisa mendapatkan racunnya?"

"Beberapa hari lagi, Yang Mulia akan menghadiri acara ulang tahun Kaisar Langit. Aku akan menggunakan kesempatan itu untuk pergi ke Rawa Yinxing untuk mengambil pil itu."

"Baiklah, Dewi. Aku menunggu kabar dari Dewi."

"Kau tenang saja. Apa yang sudah kujanjikan pasti akan kuberikan."

Setelah menyusun rencana, mereka pun berpisah dan menuju ke tempat masing-masing.