webnovel

_1_

sudah lima hari setelah hari pertunangan, dan hari ini mama mengajakku ke butik pakaian pernikahan. Dan betapa terkejutnya aku Alex pun ada disana.

"dreet... dreet...( bunyi ponsel ) sayang temani ibu ya sore ini ke butik pakaian pernikahan, kita harus memilih gaun dan tuxedo untukmu dan Andrea". " Ya bu, kirimkan alamat lokasinya nanti setelah pulang Alex menyusul". kenapa aku harus ikut, biasanya ibu bisa memilihkan aku baju. Dan gadis itu juga ada disana, apa yang akan aku katakan jika harus berbicara dengan dia. Aargh... ( frustasi ). Ya tinggal satu Minggu acara pernikahan mereka dan sampai saat ini mereka belum pernah saling berbicara dan untuk menyapa pun tidak pernah.

" Sayang bagaimana perasaan kamu, apa kamu sangat bahagia untuk mencoba gaun pengantin ?" tanya ibu Erika padaku.

" emm. aku hanya tersenyum dan mengangguk, dan kenapa aku harus sebahagia itu untuk mencoba gaun pengantin yang mana pernikahan ini bukanlah pilihanku sendiri melainkan perjodohan dan pilihan orang tua".

" Alex tolong temani Andrea untuk memilih gaun, mama dan ibu mau memilih seragam keluarga di sebalah sana".

" Ya ma, jawab Alex pasrah." Sebenarnya itu adalah ide kedua orang tua mereka untuk membuat mereka saling berbicara dan lebih terbuka satu sama lain.

Dengan wajah cueknya Alex hendak menghampiri Andrea, namun tiba-tiba ponselnya berdering. Lalu Alex segera menjauh dan menjawab panggilan itu.

" Nona apakah sudah anda putuskan untuk mencoba gaun pengantin yang mana?" tanya salah satu pegawai. " Ya aku rasa yang ini sangat cantik dengan model simpel dan elegan" dengan mata berbinar Andrea menunjukkan gaun pengantin yang ia pegang, gaun berwarna putih dengan sedikit Payet.

Liliana dan Erika sudah tidak sabar untuk menunggu tirai ruang ganti terbuka, dan saat terbuka betapa terpesona mereka melihat Alex dan Andrea mengenakan pakaian itu. terutama Alex yang sangat terpesona melihat gaun pengantin yang pass dengan model dan bentuk yang sangat cantik melekat ditubuh Andrea. Sebaliknya dengan Andre ia semakin melihat aura cool dalam diri Alex dan semakin tampan dengan setelan tuxedo berwarna silver.

Setelah mereka memutuskan untuk memilih pakaian itu, Erika meminta Alex membawa Andrea membeli cincin pernikahan.

Hampir 15 menit diperjalan tidak ada dari mereka yang memulai untuk berbicara, karena bagi Andrea raut wajah Alex sangat cuek dan mungkin ia merasa bahwa dirinya sedang sendiri didalam mobil ini dan ia memutuskan untuk tidak menyapa. cukup lama akhirnya Alex memutuskan untuk memecahkan suasana dan memulai berbicara.

" Apa kau bahagia dengan perjodohan ini nona ?" Andrea melirik dan ia mendapati mata Alex, dan mata mereka bertemu untuk sesaat.

" Aku belum tahu, karena bagiku bahagia saat ini melihat orang tuaku bahagia. dengan cara perjodohan kita" memalingkan tatapannya.

bagaimana dengan anda tuan?"

" prioritas kita sama bahagiaku juga orang tuaku. namun sejujurnya aku belum terpikir untuk menikah, dan ya kenapa belum tau ?" tanya Alex akan jawaban Andrea.

" karena bahagia tidak butuh kondisi dan posisi yang sangat menguntungkan, dan bisa terjadi kapan saja, tergantung waktu yang menentukan." Akhirnya mereka tiba didepan toko perhiasan yang jaraknya lumayan jauh dari butik tadi, karena toko ini adalah toko perhiasan langganan ibu Alex.

" Anda mencari cincin dengan model seperti apa tuan?" tanya pegawai.

" Perlihatkan semua modelnya nanti kami akan memilih". Andrea melihat 1 cincin yang simpel bermata diamond kecil bulat ditengahnya. " boleh saya coba yang ini Miss ?" pegawai itu mengambil cincin, Alex langsung memperhatikan cincin itu.

" Ya pilihannya selalu pass dan sama dengan ku" gumamnya dalam hati.

" bagaimana pendapat Anda tuan ?" seketika Alex menoleh tak percaya Andrea berkata tuan untuknya dihapan pegawai itu. " ya ku rasa cocok dijarimu".

Mereka sudah membeli cincin pernikahan dan Alex mengantar Andrea pulang.

" Bisakah kau tidak memanggilku dengan sebuah tuan didepan umum nona ?" tanya Alex kesal.

" Dan bisakah anda berhenti untuk memanggil ku nona ? kau bisa panggil nama ku" jawab Andrea tegas.

" Baiklah Andrea, dan kau bisa memanggilku Alex." " tidak sopankah aku memanggilnya Alex karena perbedaan usia kami.( pikir Andre dalam hati ). boleh aku memanggilmu kakak ?".

" ya terserah asal jangan tuan."