webnovel

Love And Revenger

Karena pengkhianatan dimasa lalu, membuat Kayla tidak percaya akan cinta lagi. Baginya cinta adalah luka, yang akan membuat hancur berkeping-keping. Apalagi menikah tidak pernah terdaftar dalam kamus hidup perempuan itu. Namun karena dendam, Kayla terpaksa menerima tawaran dari pasiennya yang ingin ia menikah dengan putranya. Lantas bagaimana pernikahan Kayla yang di dasari dendam itu? Bisakah dendam berubah menjadi cinta?

watime15_95 · Urban
Not enough ratings
3 Chs

Seorang Kayla Kamil

Sebelum keluar dari taksi, Kayla menatap sendu rumah mewah yang ada di hadapannya kini. Rumah yang dulu pernah ia tempati sebelum mengetahui pengkhianatan mantan kekasih dan adik tirinya, Thalia. Empat tahun yang lalu. Rumah yang dulu sempat memberi Kayla kehangatan sewaktu kecil, berubah menjadi neraka semenjak ayahnya menbawa perempuan lain ke rumah itu.

Kayla adalah anak tunggal dari Farhan Kamil dan Erina Sanjaya. Saat Kayla berusia dua tahun ternyata Farhan diam-diam menikah lagi dengan Tamara, mantan kekasihnya. Dari pernikahan keduanya itu, Farhan memiliki dua anak perempuan Thalia dan Tania Kamil.

Hampir sepuluh tahun Farhan menyembunyikan pernikahan keduanya dengan baik dari Mama Kayla – Erina. Hingga dia tidak menduga Erina akan memergokinya sedang bersama keluarga keduanya. Setelah istri pertamanya itu mendapatkan foto pernikahannya dengan Tamara dari orang yang misterius.

Tidak ingin dimadu, Erina memberikan pilihan kepada Farhan. Antara memilih ia atau istri keduanya itu. Di luar perkiraan Erina. Erina mengira Farhan akan memilih dirinya yang sudah menemaninya dari nol. Namun ternyata Farhan lebih memilih Tamara, istri keduanya.

Bercerai dengan Farhan membuat Erina terpuruk. Tiga tahun setelah perceraiannya dengan Farhan, Erina menderita penyakit jantung koroner. Karena tidak punya uang untuk berobat, penyakit itu merenggut nyawanya.

Dua hari sebelum Erina meninggal, Kayla sempat mendatangi Farhan meminta uang untuk pengobatan sang ibu. Namun, sayang saat itu Farhan sedang tidak berada di rumah. Tamara - ibu tirinya itu justru memaki dirinya.

"Kamu pikir, suami saya adalah pencetak uang. Mau ibu kamu sakit, itu bukan urasan kami. Kamu urus saja sendiri." Begitulah maki Tamara hari itu.

Karena tidak memiliki sanak famili lagi, karena Erina yatim piatu. Kayla diboyong kembali ke kediaman Kamil. Tinggal satu atap bersama ibu dan kedua adik tirinya.

Setelah tinggal bersama keluarga baru papanya, membuat Kayla menelan pahitnya kehidupan. Farhan memang selalu memberikan apa yang dia butuh, tetapi Farhan tidak memperhatikannya sebesar dia memperhatikan kedua adiknya. Jika ia bertengkar dengan kedua adik tirinya, Farhan selalu menyalakan dirinya. Hingga Kayla harus menekan kuat-kuat rasa cemburunya kepada sang ayah.

Belum lagi yang membuat Kayla lebih menderita adalah pengkhianat Thalia dan Aldo, mantan kekasihnya. Hingga membuat Thalia hamil, mengharuskan mereka untuk menikah. Apalagi setelah pernikahan mereka, Aldo tinggal di kediaman Kamil. Thalia tidak ingin pisah dengan ibunya.

Tidak ingin tinggal satu atap lagi dengan orang-orang yang telah mengkhianatinya, Kayla memutuskan untuk keluar dari kediaman Kamil. Hidup sendiri di sebuah apartemen sederhana.

Sejak hari kepergiannya itu, Kayla tidak pernah datang lagi ke kediaman keluarga Kamil. Walau hanya untuk sekedar menyapa sang papa. Dia terlanjur kecewa dengan semua keadaan. Kenapa orang-orang yang ia kasihi mengkhianatinya?

Tanpa sadar air mata di pelupuk Kayla menetes kalah mengingat kehidupannya terakhir ke belakang. Menyedihkan.

"Hari ini adalah ulang tahun Papa, datanglah ke rumah. Papa ingin merayakannya bersama anak-anak Papa. Papa mohon, kali ini saja. Papa sudah tua, bisa jadi ini adalah ulang tahun Papa yang terakhir."

Kayla sekali lagi menghela napas panjang, menyeka sudut matanya yang basa. Sungguh, jika bukan karena Farhan menelepon tadi siang, memohon dengan penuh harapan agar dia datang ke rumah mewah di hadapannya kini, mana sudi Kayla datang kemari. Bertemu perempuan dan anak yang telah membuat sang papa mengabaikan ia dan sang mama. Bertemu dengan mantan kekasih yang telah menggores luka di hatinya.

Dirasa sudah cukup rileks, Kayla turun dari taksi. Melangkah dengan anggun menuju taman rumah mewah yang sudah di dekorasi dengan indah itu. Yang sebagian tamunya sudah hadir di sana.

Menurut obrolannya dengan Farhan ditelepon tadi siang, katanya ini hanya pesta sederhana. Hanya sanak famili yang hadir. Tetapi melihat banyaknya tamu dan meriahnya pesta ini terlalu mewah untuk dikatakan pesta sederhana.

"Kayla? Kamu datang, Nak," ujar Farhan yang melihat kehadiran Kayla. Melangkah tergesa menghampiri putri sulungnya itu, memeluknya penuh haru. Dia tidak menyangka Kayla akan datang, memenuhi permintaan. Diulang tahunnya yang ke-54 tahun. Dia paham betul Kayla kenapa alasan Kayla tidak ingin pulang ke rumah lagi. Kayla pasti sangat sakit hati atas pengkhianatan Thalia dan Aldo. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menikahi Thalia dengan Aldo, yang saat itu masih status kekasih Kayla untuk menutupi aib putri keduanya.

"Papa rindu sekali sama kamu, Kay."

Kayla tidak menyahut, terpaku oleh pelukan mendadak dari Farhan. Dia meresapi pelukan hangat sang papa yang sudah lama tidak dia rasakan. Sudah lama sekali Farhan tidak memeluknya seposesif ini. Sejak Farhan bercerai dengan mamanya.

"Selamat ulang tahun, Pa. Maaf, Kayla datang tanpa bawa kado. Kayla tidak sempat beli kado karena banyak pasien yang harus di tangani," ujar Kayla setelah melepas pelukan Farhan.

"Tidak apa-apa. Kamu datang saja sudah cukup bagi Papa." Farhan menggeleng, tersenyum menenangkan.

"Halo, Kayla Sayang. Apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak bertemu, ya," Tamara istri menghampiri mereka, memeluk Kayla dengan hangat.

"Baik, Tante," sahut Kayla dengan nada datar sambil melepas pelukan Tamara yang membuatnya tidak nyaman.

Kayla tahu, Tamara bersikap hangat seperti ini kepadanya hanya saat ada Farhan saja. Sama seperti dulu sewaktu ia tinggal bersama mereka. Sebab Kayla tahu betul perlakuan Tamara kepadanya.

Walau pun Tamara bukanlah ibu tiri yang suka menindas anak tirinya seperti kisah klasik tentang ibu tiri dalam dongeng Cinderella. Tetapi Tamara tidak pernah memperlakukannya sama persis seperti kedua anaknya. Yang selalu ia manja. Jika dengan Kayla, dia sama sekali tidak peduli. Bahkan saat Kayla sedang sakit sekali pun, bahkan hanya sekedar untuk melihat kondisinya. Kayla harus merawat dirinya sendiri.

"Mama, Pa." Suara lembut nan manja menyeletuk di belakang Kayla. Berseru kepada Farhan dan Tamara.

Kayla lantas menoleh ke sumber suara. Seorang gadis cantik, yang usianya terpaut empat tahun lebih muda dari Kayla – Tania, putri kedua Farhan dan Tamara menghampiri mereka sambil merangkul mesra tangan seorang pria.

Seketika mata bulat Kayla memicing mengenali pria yang dirangkul Tania. Pria yang tadi siang menemuinya untuk menawarkan pernikahan kontrak dengannya. Kaisar Pramudya.

"Hai, Ma, Pa. Ternyata kalian di sini," seru Tania setelah di depan Kayla, Farhan, dan Tamara. "Oh, ada Kak Kayla juga ternyata." sambungnya ketika menyadari Kayla di antara kedua orang tuanya, lekas memeluk Kayla dengan erat. "Halo, Kak Kayla. Apa kabar? Tania kangen sekali dengan Kakak."

"Baik," jawab Kayla dengan singkat, membalas pelukan Tania dengan canggung.

"Halo, Om, Tante." Pria yang di gandeng Tania tadi menyapa Farhan dan Tamara dengan santun, menyalami mereka.

"Halo, Nak Kaisar. Om pikir kamu tidak datang. Secara Direktur sukses seperti kamu pasti sangat sibuk."

"Ah, Om bisa saja. Saya pasti datang, sesibuk apa pun itu."

"Oh, ya. Perkenalkan ini kakak bungsunya Tania. Kayla." Farhan memperkenalkan Tania kepada Kaisar.

"Halo, Kay—" Kalimat Kaisar menggantung melihat perempuan yang tampak tidak asing di hadapannya itu. Sejak datang tadi dia terlalu memperhatikan perempuan itu. Perempuan itu ternyata adalah Kayla Kamil, perempuan yang tadi siang.

Kaisar menatap Kayla lekat. Pantas dia tidak menyadarinya, Kayla tampak berbeda dengan yang ia temui tadi siang. Penampilan perempuan itu terlihat anggun dan elegan dengan gaun berwarna pastel. Wajahnya dirias make up fawless, rambut hitam legam bergelombangnya ia biarkan tergerai. Cantik. Lain sekali saat ia temui tadi siang. Kayla tidak memakai make up, tampak kusam karena kelelahan, dan rambut hitam legamnya dikuncir kuda.

"Halo, Kaisar." Kayla menyalami Kaisar lebih dulu, tersenyum simetris. "Dunia ini sempit sekali. Jadi adikku yang manis ini adalah kekasihnya," sambung Kayla dalam hati.

"Halo, Kayla." Kaisar tersenyum tanggung.

"Kalian saling mengenal?" tanya Tania, menunjuk Kayla dan Kaisar bergantian.

Kayla mengangguk, "Dia salah satu anak dari pasien, Kakak."

Tania mengangguk polos, "Begitu, ya. Dunia ini sempit sekali rupanya."

"Iya, dunia ini sempit sekali," ucap Kayla sembari menatap Kaisar dengan tatapan penuh arti.

Kaisar yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah. Dia sendiri tidak menduga jika perempuan yang dia tawarkan pernikahan kontrak tadi adalah kakak kekasihnya. Untung saja Kayla menolak tawarang konyolnya itu. Jika, tidak. Habis sudah dia.

***

"Oh, ya, Kay. Papa tinggal sebentar. Papa ingin menyapa kolega bisnis Papa yang baru datang. Jangan lupa nikmati hidangannya," ucap Farhan setelah melihat salah satu kolega bisnisnya datang, memasuki taman rumahnya.

Kayla mengangguk. Setelah Farhan meninggalkannya Kayal, pergi menuju meja peremasan untuk mengambil minum mineral. Membasahi kerongkongannya yang kering.

Sedangkan Tania dan Tamara sudah menyeret Kaisar untuk diperkenalkan kepada kerabat yang lain beberapa menit yang lalu. Sekarang tinggalah Kayla seorang diri. Namun perempuan itu merasa lebih baik dari pada bersama ibu dan adik tirinya itu.

"Kenapa kamu datang kemari?" Seorang perempuan anggun menghampiri Kayla yang sedang menyesap air putihnya.

Mendengar suara yang tidak asing di telinganya itu, Kayla sontak membalik badan, tersenyum sinis kepada orang itu.

"Kenapa aku datang kemari?" Kayla tertawa sumbang, merasa geli dengan pertanyaan ambigu perempuan itu, "Ini adalah acara ulang tahun papaku juga. Tentu saja aku datang."

"Setelah empat tahun pergi dari rumah. Tidak mengunjungi Papa sekali pun, apa masih pantas kamu datang kemari?" sindir perempuan itu.

Kayla tersenyum mengejek, "Pantas dan tidaknya, aku tetaplah putri tertua Farhan Kamil. Tidak ada yang dapat mengelak fakta itu sejauh apa pun aku pergi dan tidak kembali."

Perempuan cantik itu menggeram, menatap Kayla tajam.

Kayla membalas tidak kalah tajam perempuan itu. "Kenapa? Sebenarnya kamu takut jika aku pulang, bukan? Takut jika kehadiranku akan mengganggu rumah tanggamu, Thalia?"

Perempuan bernama Thalia itu tersenyum sinis, "Kenapa aku harus takut? Sekarang dia adalah suami dan ayah dari anakku."

"Aku tahu itu. Tetapi kamu mendapatkannya dengan cara licik. Persis seperti yang mama kamu lakukan. Benar kata orang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

"Kamu!" Thalia menatap Kayla dengan geram.

"Hai, Kay. Apa kabar?" Suara berat menginterupsi pembicaraan Kayla dan Thalia.

"Kabarku baik, Aldo. Kamu sendiri bagaimana?" Kayla tersenyum manis kepada pemilik suara yang sedang menggendong bayi berusia tiga tahun. Dia ingin melihat reaksi Thalia.

"Kabarku baik, Kay. Lama tidak bertemu." Pria bernama Aldo itu menatap Kayla dalam, tatapan sarat akan penuh kerinduan.

Melihat tatapan dalam suaminya kepada Kayla membuat Thalia kesal. Dibakar api cemburu. Ia lekas menarik Aldo pergi dari hadapan Kayla, sebelum Kayla sempat menjawab pertanyaan Aldo. "Ayo pergi!"

"Kay, kami tinggal dulu, ya," ujar Aldo.

"Ngapain sih acara pamit-pamit segala," sahut Thalia dengan ketus.

Kayla menggeleng kepala melihat kecemburuan Thalia.

Setelah cukup membasahi tenggorokannya yang kering, Kayla memilih duduk bangku di taman. Sendirian. Kesepian. Tidak ada orang yang ingin mengajaknya mengobrol. Karena sebagian besar kerabat yang hadir adalah keluarga Tamara. Karena papanya anak tunggal, tidak banyak kerabat. Sama seperti mamanya.

Mendadak perasaan Kayla menjadi emosional duduk di bangku taman ini. Dia ingat betul, di bangku tamam ini mamanya sering menemaninya bermain.

Kayla lantas memejamkan matanya. Mengingat kenangan indahnya bersama sang mama di setiap sudut rumah mewah di hadapannya itu. Sebelum Tamara dan kedua anaknya mengacaukan semuanya.

Semua itu terasa membahagiakan dalam ingatan Kayla.

Perlahan, perempuan berusia dua luluh delapan tahun itu membuka matanya. Kayla berharap ketika membuka mata sosok mama dan papanya ada di hadapannya dengan senyum hangatnya. Memeluknya erat seperti waktu dia kecil. Semua yang terjadi dalam hidupnya beberapa tahun ke belakang hanyalah masa mimpi buruk. Namun semua itu bayangan mama dan papanya mengabur. Yang Kayla tangkap adalah kebahagiaan orang lain.

Di depan sana Kayla melihat Farhan tersenyum bahagia tetapi bukan bersama ia dan mamanya. Tetapi bersama anak-anak dan istri keduanya. Sedangkan ia sendirian. Kesepian.

Kayla tersenyum miris, terasa pedih di hati melihat orang-orang yang telah membuat mama dan ia terluka, tertawa. Bahagia.

Tanpa sadar tangan Kayla mengepal erat, menatap mereka penuh kebencian. Dia benci mereka. Dia benci orang-orang yang telah membuat ia dan mamanya menderita. Ia bersumpah akan membalas semuanya.

Kayla lalu tersenyum licik ketika melihat sosok Kaisar di tengah orang-orang yang ia benci itu.

"Ma, bagaimana kalau aku menerima tawaran pernikahan dari pria itu? Aku ingin Tania terluka seperti yang dulu mama dan aku rasakan. Jika dia mengetahui pria yang dicintainya menikah dengan perempuan lain. Perempuan yang tidak lain saudaranya sendiri."