webnovel

Love And Revenger

Karena pengkhianatan dimasa lalu, membuat Kayla tidak percaya akan cinta lagi. Baginya cinta adalah luka, yang akan membuat hancur berkeping-keping. Apalagi menikah tidak pernah terdaftar dalam kamus hidup perempuan itu. Namun karena dendam, Kayla terpaksa menerima tawaran dari pasiennya yang ingin ia menikah dengan putranya. Lantas bagaimana pernikahan Kayla yang di dasari dendam itu? Bisakah dendam berubah menjadi cinta?

watime15_95 · Urban
Not enough ratings
3 Chs

Pertemuan Pertama

"Kamu mau kita nikah kontrak?" tanya Kayla dengan suara rendah, nyaris seperti bisikan.

Kaisar mengangguk, "Hanya enam bulan. Bagaimana?"

Seketika tawa Kayla pecah lagi mendapat tawaran dari pria tampan di hadapannya itu. "Hei, ini adalah tawaran paling konyol yang pernah saya dengar. Anda pikir kita sedang memerankan tokoh dalam novel atau drama."

"Kamu pikir aku mau?" Kaisar mendengus sebal mengetahui perempuan di hadapannya itu mengolok tawarannya. Jika bukan karena kasihnya kepada sang mama mana mau dia menawarkan hal konyol seperti ini. Lagian mamanya juga aneh, memaksa sekali ingin dia menikah dengan Kayla. Padahal tidak ada yang spesial dari perempuan di hadapannya itu? Soal Cantik? Kecantikan Kayla masih standar biasa. Soal penampilan Kayla sangat sederhana, masih kalah jauh dengan kekasihnya yang modis dan trandi.

"Kenapa harus nikah kontrak? Kenapa Anda tidak menawarkan untuk menjadi pacar pura-pura saja. Kita bisa bilang akan menikah pasca operasi. Setelah Ibu Miranda sembuh kita akan menyudahinya. Itu lebih terdengar masuk akal," ujar Kayla setelah tawanya meredah.

Kaisar menggeleng lemah, "Itu juga yang aku pikirkan. Tetapi mama saya ingin kita menikah sebelum dia dioperasi. Dia takut jika operasinya gagal, dia tidak sempat melihat saya menikah."

"Loh, kenapa kamu tidak menikahi kekasih kamu saja?" tanya Kayla dengan dahi mengernyit. Kenapa harus menikahi dirinya.

"Sayangnya mama saya ingin, saya menikah dengan Dokter. Beliau tidak setuju jika saya menikahi kekasih saya. Jika dia setuju mana mumgkin saya menawarkan ide konyol ini. Jadi bagaimana? Kamu mau menerima tawaran saya? Hanya enam bulan."

Kayla menggeleng, melipat tangan di dada, "Maaf. Saya tidak bisa menerima tawaran Anda. Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Bagi saya pernikahan adalah hubungan yang sakral."

"Lalu bagaimana dengan mama saya? Dia tidak ingin dioperasi jika saya tidak bisa menikahi Dokter? Please! Menikahlah dengan saya. Saya akan memberikan Kompensasi berapa pun yang kamu minta. 100 juta? 1 Milyar?

Kayla tertawa renyah mendengar tawaran Kaisar. "Apa aku terlihat perempuan yang membutuhkan uang? Yang kamu pikir bisa diajak negosiasi. Maaf, Tuan Muda Kaisar Pramudya. Saya tahu keluarga Anda sangat kaya raya, tetapi saya sama sekali tidak tergiur dengan uang Anda."

"Maaf jika saya menyinggung perasaan Dokter. Saya benar-benar tidak punya solusi lagi. Saya mohon demi kesembuhan mama saya, Dokter mau menikah dengan saya."

Kayla menghembus napas kasar, menggeleng pelan dengan mimik sesal. "Maaf, saya benar-benar tidak bisa."

Kaisar mendesah kecewa, "Jadi anda benar-benar tidak bisa membantu saya."

Kayla menggeleng lagi.

"Lalu bagaimana dengan mama saya?"

Kayla mengedikan bahu. "Sebagai seorang dokter saya sudah menyarankan yang terbaik kepada Ibu Miranda. Jika dia tidak mau dioperasi saya bisa apa."

Kaisar terdiam sejenak, menatap Kayla lekat. "Saya tidak menyangka ternyata Dokter berdarah dingin, tidak seperti yang mama saya katakan. Bahwa Dokter adalah orang yang hangat dan ramah. Yang sangat peduli dengan pasiennya. Jika Anda sangat peduli dengan pasiennya, Dokter tidak mungkin membiarkan pasiennya sekarat."

Kayla memicingkan matanya, mendengar penuturan Kaisar. "Lantas apa saya harus menikahi semua pria, jika ada pasien ingin saya menikah dengan anaknya. Bagitu?"

Kaisar terdiam, kehabisan kata.

Kayla melirik jam di pergelangan tangannya. "Jam istirahat saya sudah habis. Saya harus kembali bekerja. Sekali lagi saya sarankan kepada Anda untuk membujuk Ibu Miranda agar mau segara melakukan operasi. Jika tidak ingin penyakitnya semakin parah. Yang berisiko bisa menyebabkan kematian. Ini adalah bentuk kepedulian saya kepada pasiennya. Kalau bagitu saya permisi," ujar Kayla dengan tegas, kemudian beranjak, membungkuk rendah meninggalkan Kaisar dengan rasa dongkol. Pria itu sudah meragukan bentuk kepeduliannya kepada pasiennya.

"Huft." Kaisar menghembus napas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar. Menatap punggung Kayla dengan nanar. Sial. perempuan itu keras kepada dan teguh pendirian. Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membujuk mama agar mau dioperasi karena dokter Kayla sudah menolak tawaranku, gumamnya dalam hati.

Di sisi lain, sepanjang jalan hendak menuju ruang IGD mulut Kayla tidak berhenti berkomat-kamit.

"Menikah dengan pria angkuh seperti Kaisar? Amit-amit deh, sekalipun itu hanya pernikahan kontrak." Kayla memukul kepalanya sendiri, "Ibu Miranda juga aneh permintaannya. Kenapa dia masih bersikukuh ingin aku dan putranya menikah? Padahal waktu itu aku sudah jelas mengatakan jika aku dan putra sombongnya itu tidak cocok."

***

Sebulan yang lalu.

Disebuah Kafe ternama, Kayla tidak henti melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir dua puluh menit dia duduk di sebuah Kafe. Lemon tea yang dia pesan bahkan sudah dingin dan hampir tandas, namun orang yang dia tunggu belum kunjung datang.

"Baiklah, sepuluh menit lagi. Kalau dia tidak datang dalam waktu sepuluh menit, aku akan pulang," cetus Kayla, akhirnya dia memutuskan untuk menunggu sedikit lama lagi meski hatinya sudah dongkol setengah mati.

Jika bukan karena sungkan dengan permintaan Ibu Miranda, yang selalu ingin dia bertemu bertemu dengan putranya setiap kali berkonsultasi. Kayla mana mau membuang waktu untuk melakukan acara kencan buta semacam ini. Apalagi dia tidak ingin memiliki hubungan asmara lagi dengan pria karena kisah di masa lalu.

Semenjak pengkhianatan sang ayah kepada sang ibu, semenjak pengkhianatan yang dilakukan mantan kekasih dan adik tirinya, membuat Kayla tidak percaya lagi cinta. Bagi Kayla cinta hanyalah luka yang akan membuat hancur berkeping-keping.

Sepuluh menit kembali berlalu, namun orang yang Kayla tunggu tidak kunjung datang. Kayla memutuskan untuk pulang.

Persis ketika dia sudah hendak beranjak, suara bariton berseru, "Dokter Kayla Kamil?"

Kayla mendongkak, menatap orang yang sudah menyebut namanya itu. Untuk beberapa detik Kayla terpaku dengan wajah tampan bak Prince Charming di hadapannya itu.

"Dokter Kayla Kamil?" tanya pria itu lagi kalah tidak mendapat sahutan dari Kayla.

"Oh, iya." Kayla mengangguk, tersadar dari kealfaannya.

"Saya, Kaisar Pramudya, anaknya Miranda?" Pria itu memperkenalkan diri, mengulurkan tangan, melirik Kayla dari ujung kaki sampai ujung rambut. Apa yang menariknya dari perempuan ini hingga membuat Mama begitu tertarik pada dia? Kecantikannya masih standar. Jauh cantikan Tania.

"Oh, hai, saya Kayla." Kayla beranjak, menjabat tangan Kaisar singkat dengan senyum lembut, lalu kembali berujar, "Silakan duduk."

Dengan tampang tanpa ekspresi, Kaisar menarik kursi di hadapan Kayla.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Kayla.

Kaisar menggeleng, berujar datar, "Tidak perlu. Aku hanya sebentar."

Kayla mengangguk-angguk. "Tampan, sih, tapi sombong," umpatnya dalam hati.

"Saya sudah banyak mendengar tentang Dokter dari mama saya. Katanya Anda adalah dokter yang hebat dan ramah," ujar Kaisar membuka percakapan.

"Begitu, ya," Kayla hanya tersenyum tanggung. Dia tidak tahu harus menganggap itu sebagai sanjungan atau sindiran karena Kaisar menyampaikannya sangat datar. Tanpa ekspresi.

"Dan saya tidak peduli seberapa banyak mama saya memuji Dokter," sambung Kaisar.

Kayla menatap Kaisar dengan alis bertaut.

"Ok, saya akan to the point sama Dokter maksud kedatangan saya kemari." Kaisar berhenti sejenak, menatap Kayla lekat.

Kayla juga menatap Kaisar tidak kalah lekat. Penasaran apa yang hendak disampaikan oleh pria tampan di hadapannya itu.

"Saya datang kemari ingin menegaskan kepada Anda untuk berhenti mencari perhatian mama saya. Berhenti menjadi perempuan polos, yang pura-pura baik di depan mama saya untuk dapat berkencan dengan saya. Sebab saya sama sekali tidak tertarik untuk kencan sama Dokter atau perempuan mana pun. Karena Saya sudah memiliki kekasih, dan saya sangat mencintainya," ucap Kaisar dengan nada penuh penegasan.

Mata Kayla membola mendengar penuturan pria di hadapannya itu, ia merasa tersinggung dengan tuduhan Kaisar kepada dirinya. Sejak kapan dia mencari perhatian Ibu Miranda? Yang ada Ibu Miranda-lah yang sering memohon agar dia mau berkencan dengan putranya.

Karena tidak terima dengan tuduhan Kaisar Kayla membalas, "Dengarkan saya baik-baik, Kaisar Pramudya. Yang pertama, saya tidak pernah mencari perhatian Ibu Miranda untuk dapat berkencan dengan Anda. Yang kedua, saya juga tidak berniat untuk berkencan dengan Anda. Dan yang ketiga, kenapa saya menyetujui kencan buta hari ini karena sayamerasa tidak enak hati karena Ibu Miranda selalu meminta saya untuk berkenalan dengan Anda."

"Bagus, dong. seharusnya memang begitu. Dan saya berharap ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita. Tidak ada pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya," Kaisar beranjak dari kursinya, "Kalau begitu saya permisi."

Kayla menggeleng kepala melihat punggung Kaisar perasaan dengan kesal, "Siapa pula yang ingin bertemu dengannya lagi? Jika dia memang tidak suka dengan kencan buta ini, seharusnya dia bisa bicara baik-baik."

Kayla sangat tidak mengerti. Kenapa Ibu Miranda yang dia kenal lemah lembut bisa memiliki anak yang arogan seperti Kaisar?

Begitulah pertemuan tidak menyenangkan mereka dua pekan yang lalu. Yang tidak ingin ada pertemuan berikutnya.