webnovel

Ingin Disentuh!

"Akhhh! Gila, akhirnya selesai juga!"

"Bebas, cuk! Kita bebas!"

"Besok liburan dulu!"

"Yeayy! Bisa tiduran sampe siang!"

"Merdeka!"

"Pilih Ahok!"

Teriakan yang terkahir memang ngga nyambung dengan situasi saat ini, tapi tetap saja aku makin di buat jadi senyum-senyum sendiri saat melihat teman teman satu grup ku yang kini mulai pada heboh, merasa merdeka dan terbebas setelah mendapat info bahwa Ospek Maba telah berakhir. Tapi bukan itu yang bikin teman teman satu grup ku menjadi heboh, melainkan kabar bahwa kami diberikan waktu selama tiga hari, sebelum semester baru di mulai. Ada banyak waktu untuk mempersiap kan diri.

"Ra, kamu bakal ngapain aja di masa merdeka ini?"

"Kayaknya cuma santai santai aja di rumah, sambil belajar masak sama Mama aku. Kalau kamu?"

Stevani bersandar di dinding, lalu menyesap teh botol Sosro dingin yang ada di tangannya. "Kayak nya kencan sama kakak tingkat."

"Apa!?!"

"Sssttt!" Stevani menempel jari telunjuk di depan bibirnya. "Aku barusan habis di tembak. He he he he he..."

"Selamat, loh! Sama siapa?"

"Penanggung jawab grup kita."

"Kak Boby?" terkaku menebak nebak. Aku sebenarnya memang sudah merasa kalau Kak Boby sudah memberi kavling perhatian lebih ke pada Stevani. Ternyata, siapa sangka mereka berdua akhirnya jadian juga. Wah... Apa mungkin aku juga bisa jadian sama Kak Zeus, ya?

"Nanti kalau kita ngga dapet satu kelas, kita harus tetap berteman baik, ya!"

Aku mengangguk setuju. Stevani adalah teman pertamaku saat aku datang ke kampus ini. Anak perempuan yang sedikit slengean dan rada pemberani, serta paling cerewet kalau udah cerita dan bahas soal bias atau K-Pop idola nya itu.

"Aduh, aku rasa rada rada pengen pipis, nih. Aku tinggal dulu sebentar, ya?" pamitku. Stevani mengangguk sambil tersenyum saat aku akan beranjak dari sisinya.

Aku gegas berjalan cepat menuju kamar kecil yang terletak di belakang kantin kampus.

"Haaahhhkk!"

Langkah kakiku spontan terhentikan seketika. Telingaku langsung menajam sesaat setelah mendengar suara yang.... arrgghhh, desahan?

"Jangan di sini... Nanti malah ada yang lihat."

"Lo yang udah mulai mancing gua duluan."

Suara Leo. Iya, itu benar suara Leo. Aku melangkah mendekati sumber suara itu sepelan mungkin. Aku sangat yakin, yang aku dengar itu tadi adalah suara si Leo.

Aku mengintip di lorong kamar kecil tersebut. Leo memang ada di sana. Bersama dengan seorang perempuan. Mereka berpagutan bibir dengan mesra. Pantas saja laki-laki itu mendadak menghilang sesaat setelah acara penutupan selesai.

"Di rumah gua aja."

Leo membuka kancing kemeja wanita yang ada di depan nya. Laki-laki itu menunduk, mengemut bagian dada wanita itu. Aku juga dapat melihat siapa yang tengah menjadi teman main laki-laki itu.

"Leo... Ahhkk... Udah, Leo..." Citra mendesah lagi. Wanita itu memang meminta untuk berhenti, tapi tindakannya berseberangan dengan kata kata tolakan wanita tersebut.

"Lo yang udah mancing gua, jadi Lo harus tanggung jawab." Leo mengangkat tubuh Citra ke atas westafel. Tangan laki-laki itu sibuk meremas remas buah dada Citra. Mulut laki-laki itu sudah penuh dengan tonjolan puncak buah dada Citra. Mereka berdua tampak menikmati sentuhan satu sama lain.

Aku menunduk. Rasanya bagian intim kewanitaanku menjadi basah. Apa aku kebablasan kencing masih dengan posisi sambil berdiri?

Perhatianku kembali teralihkan karena mendengar suara erangan Citra. Ternyata Leo menyelipkan tangannya ke balik dalam rok Citra. Wanita itu bersandar pada dinding dengan mata menikmati terpejam. Senyuman nikmat terukir di bibir wanita itu.

Aku kembali meraba bagian intim kewanitaanku yang terasa semakin basah. Aku tidak mengerti. Rasa nya kencing ku masih aku tahan, namun anehnya seperti ada sesuatu yang terus keluar dari area intim kewanitaanku.

"Leo... Mau masukin?" tanya wanita itu saat teman laki-laki nya berhenti bergerak.

Laki-laki itu menarik tangannya dari dalam rok Citra, kemudian menjilati jari jari nya yang telah basah. "Yakin? Katanya nggak mau lakuin main di sini?"

"Lo mainannya udah kejauhan. Gua jadi nggak tahan."

Laki-laki itu kemudian akhirnya melepaskan sabuk pengaman celana nya. Sesaat kemudian, kejantanan nya laki-laki itu muncul dari balik dalam celananya. Aku langsung menelan ludah kasar. Kejantanannya Leo besar banget! Sesuai dengan bentuk badan laki-laki itu yang indah berotot.

"Aaahhhhhhhh..." Citra menegang. Laki-laki itu memasukkan kejantanannya ke dalam organ intim kewanitaan Citra. "Hah! Ah, ah, ah, enak, Leo!" Ah, ah, hah-hah!" Tubuh wanita itu bergerak seirama dengan gerakan sodokan laki-laki itu dari bawah. Wanita itu mendekap pada tubuh laki-laki itu dalam pelukannya.

Aku jatuh bersimpuh, lututku lemas. Dadaku naik turun secara cepat dengan udara yang keluar masuk ke dalam paru-paruku. Sedikitnya, aku seperti dapat merasakan seperti apa sensasi yang Citra rasakan.

Laki-laki itu terus menghisap buah dada Citra, membuat kejantanan nya laki-laki itu semakin menegang. Aku tahu, kini wanita itu pun pasti juga merasakan keenakan. Ekspresinya menunjukkan dengan jelas, membuatku juga ingin diperlakukan dengan hal yang sama seperti itu juga. Jadi kepengen...

No! Aku menggeleng keras. Mencoba membuang keinginanku itu jauh-jauh dari pikiran. Aku tidak bisa kembali lagi ke tempat Stevani, ada yang salah dengan diriku. Aku tidak bisa membiar kan orang lain melihatku jadi kacau dan aneh seperti ini.

Bruukkk!

Mataku langsung terpejam saat aku tak sengaja telah menabrak sesuatu. Tentu saja aku akan menabrak, karena saat aku berlari tanpa melihat ke arah depan.

"Ameera?"

Suara bass ini?! Astaga!! Dari semua orang manusia di muka bumi ini, kenapa harus suara ini yang menyatakan?

"Lo nggak apa-apa?"

"Ma-maaf, Kak!" jawabku tanpa berani memandangi wajah nya. Aku saat ini sedang tak bisa mengendalikan nafsu yang tiba-tiba muncul dalam diriku. "Saya...." tanganku bergetar waktu Kak Zeus (Kakak Tingkat) menyentuh bahuku.

"Ameera?"

Telingaku selalu saja panas setiap kali laki-laki itu menyebut namaku. Membuat nafsu di dalam diriku jadi semakin bergejolak. Aku ingin disentuh!

***

Pagi itu, aku berangkat ke kampus dengan perasaan hati yang sangat gusar. Aku terus saja tidak bisa melupakan kejadian tragedi tiga hari yang lalu saat acara penutupan Ospek MaBa.

Tangan Kak Zeus yang menggenggam lenganku masih terasa hangat bagiku. Jantung ku yang maraton kencang kala itu juga masih dengan mudah berputar manja di kepalaku.

Kak Zeus pasti melihat bagaimana ekspresi ku yang sedang 'kepengen' saat itu. Aku sendiri tak melihatnya, namun aku tahu saat itu keadaan wajahku pasti sangat aneh. Wajah yang ingin 'disentuh'.

Semua ini terjadi gara-gara aku melihat secara langsung percintaan antara Leo dan Citra. Mereka berdua tampak menikmati gerakan tubuh satu sama lain. Aku juga melihat bagaimana liatnya tubuh Leo berkali kali. Tipe yang semua orang pasti menyukainya. Jika di sentuh oleh laki-laki itu, pasti sangat nikmat sekali.

Aku meremas tali ranselku, rasa terbakar muncul di bawah perutku saat lagi-lagi aku teringat dengan kejantanan nya laki-laki itu yang keluar masuk daerah intim kewanitaan nya Citra. Aku bisa dengan sangat mudah mengingat bagaimana ekspresi keduanya. Sama seperti di film video biru yang tidak sengaja aku lihat waktu Bang Nico masih tinggal di rumah.