webnovel

LEGENDA PENDEKAR AMBO TUWO, SI PENDEKAR TENGIL DARI WAJO

Pendekar Ambo Tuwo adalah nama dari seorang pendekar sakti yang disegani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya. Dendam yang begitu membara dari seorang ratu jahat yang bernama Ratu Besse Rini Markonah telah membawanya untuk membalaskan dendamnya terhadap wanita keji itu atas kematian Ibunya. Dengan bantuan Kakek La Bote dan Nenek Indo Balobo, dia pun tumbuh menjadi seorang pendekar sakti yang siap membalaskan dendamnya. Bukan hanya membalas dendam atas kematian Ibunya, dia pun akan menyelamatkan bumi ini dari kekuasaan para makhluk jahat yang ingin menghancurkan kedamaian bumi ini. Mampukah dia menuntaskan dendamnya sekaligus menyelamatkan bumi ini dari kehancuran? Semua itu akan terjawab dalam cerita PENDEKAR AMBO TUWO SI PENDEKAR TENGIL DARI WAJO.

andi_astar · Fantasy
Not enough ratings
44 Chs

Bagian 43 Kegalauan Kakek La Bote Dan Nenek Indo Balobo

Kakek La Bote dan Nenek Indo Balobo bukan tidak pernah memprediksi hal ini jauh-jauh hari sebelumnya bahwa suatu hari nanti Ambo Tuwo akan bertemu dengan ayah kandungnya. Namun yang mereka tidak pernah menyangka bahwa kejadian berlangsung begitu cepat dan di saat waktu yang tidak tepat.

" Magi pendapatmu mengenai iyewe? " ( Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini? ) tanya Nenek Indo Balobo pada suaminya, La Bote.

" Deuesseng iyya aga melo upau. Mamokko bawanna iya makkokkowe nasaba dena engka uprediksi makkowe kejadianna. " ( Aku juga tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya perlu diam karena aku tidak pernah memprediksi bahwa seperti ini kejadiannya ) balas Nenek Indo Balobo linglung.

" Iya to aga! Uaseng iya ero Datu Ambo Enre Ratulangi nallupaini wijanna akkoe. Uaseng engka toni kehidupan barunna akko istanae sibawa bene barunna sibawa to wijana ero makunrewe? " ( Aku juga berpikir seperti itu! Aku pikir Raja Ambo Enre Ratulangi sudah melupakan bahwa dia memiliki seorang anak di sini. Aku pikir dia sudah memiliki kehidupan yang baru di istana bersama istri barunya dan putrinya ) tutur Kakek La Bote yang juga tidak kalah linglung dari Nenek Indo Balobo memikirkan hal ini.

" Terus meloni maga? " ( Lalu apa yang kita akan lakukan? ) Nenek Indo Balobo berdiri meninggalkan suaminya itu.

" Pakkowebawanni! Mulai baja ajana suroi appota maccule mabela ladde. Akkoe bawanni maccule-cule sibawaki. " ( Begini saja! Mulai besok kita larang cucu kita untuk bermain jauh-jauh. Di sini saja dia bermain bersama kita. ) Kakek La Bote mencoba memberikan solusi yang baik atas permasalahan ini.

" Makkada bawanno melokosi pengeng mancadi anak-anak. Iko tongeng lakkekku! Hehehehehehe! " ( Bilang saja jika kau ingin kembali ke masa kecilmu dan menjadi anak-anak kembali. Kau itu suamiku! Hehehehehehe! ) balas Nenek Indo Balobo dengan tawa terbahak-bahak mendengar alasan suaminya yang menurutnya tidak masuk akal.

" Lalu agani pale solusinna? " ( Lalu apa solusinya? ) balas Kakek La Bote dengan kedua matanya melotot menatap ke arah wajah istrinya yang dipenuhi dengan garis-garis keriput di wajahnya.

" Akko iya menurutku, acciobawanni arusna. Ita bawanni matu aga-aga melo terjadi. Anggap bawanni iyewe sebagai takdirna Puwange. Nasaba purani kapang itakdirkan Puwange makkada engka matu waktu napasiruntu pengeng ambo sibawa wijanna. " ( Kalau menurutku, ikuti saja arusnya. Kita lihat saja apa yang akan terjadi kedepannya. Anggap saja ini sebagai bagian dari takdir Tuhan. Karena mungkin Tuhan sudah menakdirkan bahwa suatu hari nanti Dia akan mempertemukan antara ayah dengan anaknya ) Jawab Nenek Indo Balobo dengan bijaknya.

" Iye, situjukasi aga topau. " ( Iya, aku setuju dengan apa yang kau bilang ) ujar Kakek La Bote berusaha menerima masukan yang bijak dari istrinya, " yang penting makkokkowe, ajana jolo tapodanggi appota makkada ambona ero Datu Ambo Enre Ratulangi. " ( yang penting sekarang, kita tidak boleh memberitahukan ke cucu kita bahwa Raja Ambo Enre Ratulangi adalah ayahnya).

" Manessani! Endoe lakkekku! Dena'tu engka rencanaku podange appota masalah makkoro. Masija ladde sedding, engkamo matu wettu yang tepat ipodangi appota niga ambona. " ( jelas! Aduh suamiku! Aku tidak pernah berencana untuk memberitahukan cucu kita masalah seperti itu. Aku pikir hal itu terlalu cepat rasanya, karena aku pikir akan tiba waktu yang tepat kita beritahukan ke dia mengenai ayahnya ) tutur Nenek Indo Balobo yang selalu berbeda pendapat dengan suaminya.

" Iye, idi bawang, beneku. Kega pale Ambo Tuwo? Matindro niga? " ( Iya, terserah kau saja, istriku. Lalu di manakah Ambo Tuwo? Sudah tidurkah dia? " ungkap sang kakek yang berusaha mengalah dari istrinya.

" Iye, matindroni appota. ( Iya, dia sudah tidur ) jawab Nenek Indo Balobo.

" Magitu pale matindro tona, beneku? " ( bagaimana kalau kita pergi tidur, istriku? ) ajak Kakek La Bote seraya menggelitik manja istrinya.

" Eh, awwe lakkekku kasi'. Magele ladde! Hehehehehehe! " ( Eh, suamiku. Geli sekali. Hehehehehehe! " jawab Nenek Indo Balobo yang tidak bisa menahan geli dari ulah suaminya yang mulai genit terhadapnya, " awwe kasi lakkekku. Malege-lege mopo? Matowanitu. Hehehehehehe! " ( Astaga suamiku. Kau masih bersikap genit terhadapku? Kita itu sudah tua. Hehehehehehehe! ) tutup istrinya.

Mereka berdua pun lalu masuk ke gubuk mereka untuk beristirahat dikarenakan malam itu sudah cukup larut serta hawa yang cukup dingin.

~~~~~