webnovel

Legacy Falls

Antara lahir di saat dunia menghadapi kehancuran dan tidak pernah merasakan yang namanya kedamaian. Waktu masa kecilnya orang tuanya dibunuh lalu dia diadoposi oleh seseorang dan mempunyai teman masa kecil yang bernama Risa. Sekian tahun berlalu, dia pun menjadi seorang pemimpin dari cabang organisasi dan bertugas untuk mengantarkan logistik ke kota yang terkena dampak dari kehancuran. Dengan harapan yang dia miliki dia berjuang agar dunia ini kembali seperti semula. Di kesehariannya sebagai pemimpin di GajahMada Logistic (GML), Antara menghadapi semua masalah yang menghadapi pengiriman logistik. jadi, apakah benar-benar dunia akan hancur atau kembali menjadi damai seperti dulu kala?

Nochyu · Fantasy
Not enough ratings
80 Chs

Pertarungan Yang Sia-sia

(POV ANTARA)

"Laskara mode Alchemy : Tembok Theodosius."

Aku menciptakan tembok yang sangat besar untuk memisahkan mereka berdua sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.

Mereka berdua terkejut melihat tembok besar tiba-tiba muncul memisahkan mereka. Lalu aku berjalan dengan santainya mendatangi mereka.

"Sudahlah, apa yang sebenarnya kalian lakukan?".

Aku melihat kearah Theresa yang tersenyum genit kepadaku. "Teehee~".

Lalu aku gantian melihat kearah Risa yang cemberut. "Hmph."

Aku menghela nafas panjang dan menghilangkan tembok Theodosius. Setelah itu aku mendatangi Hydra dan menggunakan kemampuan magician ku untuk mengembalikan nya ke dimensinya.

"Jadi, yang pertama cari masalah?".

Risa menunjuk Theresa dan Theresa menunjuk dirinya sendiri. Aku kagum kepada Theresa karena dia ngaku kalau sudah cari masalah.

"Terus, apa yang kalian permasalahkan?".

Risa berjalan dengan cepat kearah ku. "Apakah benar kalau Theresa akan terus menemani mu mengantarkan logistik!?".

"Iya. Kenapa memangnya?".

"Tidak boleh! Lebih baik aku saja yang menemani mu! Dia orang asing yang baru saja kita temui!".

"Tapi kan dia bibiku."

"Bisa saja dia cuman berpura-pura menjadi bibimu!".

Huwaahh... Risa benar-benar menolak keberadaan Theresa. Namun mendengar hal sejahat itu, Theresa hanya tersenyum dan tidak ada tanda-tanda kesalnya kepada Risa.

"Aku memiliki alasan tertentu kenapa aku harus bersama dengan Antara kemana pun dia pergi," kata Theresa.

Theresa mendekati kami berdua sambil memegang tombaknya yang panjang. "Antara, ayo kita bertarung. Gunakanlah kekuatan penuhmu kali ini. Panggil saja semua dewa yang bisa kau panggil."

Theresa tersenyum. Sepertinya dia memiliki alasan tersembunyi kenapa dia mengajakku bertarung dengan kekuatan penuh.

"Baiklah, aku tidak akan segan ya Theresa."

Theresa tersenyum lalu dia menjauhi kami berdua untuk bersiap bertarung.

Lalu aku menyuruh Risa menjauh dan aku pun menyiapkan beberapa persiapan untuk bertarung dengan Theresa.

Kalau disuruh untuk menggunakan kekuatan penuh, maka mereka berdua harus ikut bertarung bersamaku.

(Lana, Byakko.)

(Ya, ya kami mendengarmu.)

Aku telah mengaktifkan 100% kekuatan milik Byakko dan aku telah membagi pikiranku dengan Lana.

Theresa mulai dengan membuat lingkaran di sekitarnya. "Laskara, Summon : Cait Sith, Banshee, Spriggan!".

Langsung tiga mahluk yang dikeluarkan oleh Theresa. Kalau begitu akan kulawan juga dengan mahluk panggilan ku.

Aku mengangkat tanganku setinggi dada. "Laskara mode Magician, Summon : Griffin!".

Griffin muncul dan melesat terbang ke atas langit. Dia langsung menerjang Banshee dan Cait Sith milik Theresa dan membunuhnya dengan satu cakar.

Tapi Griffin tidak bisa melukai Spriggan karena Spriggan itu terbuat dari akar pohon Yggdrasil yang artinya dia adalah anak dari dunia. Memang agak sulit untuk mengalahkannya karena Spriggan itu diberkati kekuatan Yggdrasil.

Aku mengembalikan Griffin lalu mengangkat tanganku lagi. "Laskara mode Magician, Summon : Ifrit."

Muncullah sesosok iblis dengan api di sekujur tubuhnya. Api nya itu tidak bisa padam dan bisa membakar apa saja karena api nya itu terbuat dari api neraka.

Lana lah yang memerintahkan aku memanggil Ifrit, aku saja tidak kepikiran untuk memanggil nya.

"Dari pada diam dan melihat mahluk panggilan yang bertarung lebih baik kita bertarung saja satu sama lain!," Ucapku sambil menciptakan Zweihander.

Aku memerintahkan Ifrit untuk menyerang Spriggan. Sedangkan aku berlari lalu melompat dan menerjang Theresa dengan Zweihander.

Theresa berhasil menahannya menggunakan tombaknya, lalu dia menendang perutku hingga membuatku terjatuh.

Kemudian Theresa menusukku dengan ujung tombaknya dan tusukan nya itu membuatku terlempar jauh sekali. Aku tidak terluka, berkat Byakko.

Aku melihat Ifrit yang berhasil memakan Spriggan. Kalau begini, Theresa pasti akan mengeluarkan mahluk panggilan yang kuat.

Dari kejauhan Theresa tersenyum lalu dia menghentakkan tombaknya. Tiba-tiba tanah dimana aku berdiri bergerak dengan sangat cepat dan bergerang dengan cepat kearah Theresa.

"Aku bilang kekuatan penuh kan?," Kata Theresa.

"I-Iya." Firasat ku buruk.

Theresa tersenyum lagi dan kali ini dia membuatku takut. "Laskara, Summon : Gatotkaca."

Dengan cepat Gatotkaca muncul dihadapan ku dan memukulku hingga aku terpental lagi. Sial, Theresa suka betul membuatku terpental jauh.

Theresa mulai memanggil mahluk dengan kekuatan Dewa. Dari tadi aku sangat gatal untuk memanggil satu dewa yang sangat membuatku tertarik. Sepertinya saatnya aku memanggil dia dan mengadu kekuatannya dengan Gatotkaca.

Aku berdiri dan mengangkat tanganku. "Laskara mode Magician, Summon : Thanatos!".

(Bagus Antara!!,) kata Lana.

Saat aku memanggil Thanatos, langit langsung mendung, bola api bewarna biru langsung muncul disekitar ku dan sebuah peti mati tiba-tiba muncul di depanku.

Dewa Thanatos, dewa kematian mitologi Yunani. Dia adalah takdir untuk semua yang bernyawa termasuk para dewa-dewi Yunani, kecuali hercules. Dalam mitologi Yunani, hanya hercules saja yang berhasil mengalahkan Thanatos.

Waktu Lana memanggil Izanagi-No-Mikoto aku pun mulai tertarik untuk memanggil mahluk panggilan berbentuk dewa. Lalu aku ketemu buku tentang Thanatos dan setelah membacanya aku sangat ingin memanggil nya.

"A-A-Antara… apa yang kau akan panggil?".

Nampaknya Theresa ketakutan. Jelaslah, yang kupanggil adalah dewa kematian. "Liat saja sendiri!".

Tak berlangsung lama akhirnya Thanatos menunjukan wujudnya.

Penampilan Thanatos seperti manusia namun dia memiliki sayap hitam serta dia dikelilingi oleh api jiwa-jiwa yang telah dia ambil.

Thanatos mulai berjalan mendekati Gatotkaca. Gatotkaca menyerang Thanatos duluan tapi sayangnya, Thanatos adalah dewa kematian. Yang artinya jika dia kuperintahkan untuk mengalahkan Gatotkaca maka sama saja dengan ambil nyawa Gatotkaca.

Jiwa Gatotkaca mulai dihisap oleh Thanatos.

"Antara itu curang loh!!".

"Tidak ada kata curang dalam peperangan!".

Lalu kemudian Gatotkaca tinggal tengkorak dan jiwa nya sudah menjadi api yang mengelilingi Thanatos.

Namun setelah itu aku merasakan kelelahan yang luar biasa. Ini adalah efek samping dari memanggil mahluk yang memiliki kekuatan dewa. Mungkin efek samping ini akan hilang jika aku sudah menggunakan Laskara Null dengan baik.

Thanatos menghilang dan cuaca kembali cerah.

Aku terjatuh dan terbaring di tanah tidak berdaya untuk berdiri. Aku bahkan tidak bisa menggerakkan badanku sakin lelahnya. Sepertinya aku harus mikir dua kali untuk memanggil makhluk panggilan dewa.

"Antara!!," Teriak Risa mendekatiku.

"Makanya jangan asal memanggil dewa sekuat itu Antara," ucap Theresa.

"Barusan itu dewa? Dia malah mirip seperti monster pemakan jiwa," kata Raka.

Theresa duduk disebelah ku lalu dia mengeluarkan sebuah sapu tangan. Theresa melempar sapu tangan itu ke atas dan tiba-tiba sapu tangan itu membesar lalu dia jatuh ke badanku.

"Penyembuhan."

Tiba-tiba sapu tangan itu bersinar terang dan aku merasakan kalau energi kehidupan ku yang tadi habis terkuras mulai kembali secara perlahan.

"Ini adalah bulu domba emas. Bulu ini dapat menyembuhkan luka apapun."

Theresa mengelus kepalaku. "Laskara Antara belum lah stabil dan ketika menggunakan nya Antara harus mengeluarkan semua energi kehidupan nya untuk mengeluarkan kemampuan maksimal Laskaranya. Karena itu aku harus ikut bersama Antara kemanapun dia pergi untuk memastikan dia tidak mati karena Laskaranya."

Mendengar penjelasan Theresa, akhirnya Risa pun setuju dan sejak saat itu mereka berdua tidak pernah berkelahi.

———

*to be continued-