webnovel

Gadis Bertato

Karena gelisah menunggu barang dagangannya laku, Hiro memutuskan untuk tidur siang sejenak. Karena tubuhnya terasa pegal setelah menghabiskan banyak waktu di dalam game.

Dan ia pun tertidur dengan cepat.

***

[22:00 PM Tokyo Time]

Hahh!

Hiro tersentak bangun dari tidurnya yang seperti orang mati.

Ruangan kamarnya sangat gelap karena ia tak sempat menyalakan lampu di ruangan itu.

"Hasshhh, 8 jam? Yang benar saja!"

Hiro bergegas bangkit dari tempat tidurnya lalu menyalakan lampu di ruang kamarnya. Ia benar-benar kesal dengan dirinya sendiri karena tertidur terlalu lama dan membuatnya sedikit linglung karenanya.

Ia bahkan lupa harus mengecek notifikasi masuk tentang barang jualannya.

Hiro memutuskan untuk pergi keluar dan membeli kopi dingin di supermarket yang berjarak hanya 300 meter dari tempat tinggalnya. Ia merasa sangat membutuhkannya sekarang

Jalanan di daerah tempat tinggal Hiro sudah sangat sepi saat malam hari. Bahkan lampu jalan yang menyala otomatis setiap ada orang lewat pun sudah banyak yang padam.

Supermarket dekat tempat tinggal Hiro buka selama 24 jam, dan penjaganya masih sama dengan yang terakhir kali Hiro lihat.

Kira sedang memantau 3D hologram di depannya tanpa berkedip. Hologram itu sedang memberikan angka hitungan mundur.

"Ehem," Hiro berdeham untuk mendapatkan perhatian pria itu, kopi dalam kaleng yang ia beli diabaikan sedari tadi oleh sang penjual.

"Tunggu sebentar, Anak Muda. Biarkan aku berkonsentrasi, 2 menit lagi penjualan VR LSO batch kedua akan dibuka. Aku akan mendapatkannya kali ini."

Kira melemaskan seluruh otot-otot jari-jarinya, bersiap untuk perang melawan jutaan orang yang mungkin kini sedang melakukan hal yang sama, berusaha untuk mendapatkan game itu.

Hiro yang penasaran pun ikut mengawasi 3D hologram itu, menunggu dengan tegang.

"5…4…3…2…"

"..."

[150,000 new generation VR telah terjual]

[mohon tunggu sampai batch berikutnya dibuka! (23 jam 59 menit tersisa]

"WHAT THE FUCK!"

Kira meledak marah, menggebrak meja besi di depannya dengan keras sampai beberapa barang dagangan di atasnya menjadi berantakan.

Hiro mencoba untuk menjauhkan diri sebelum ia yang menjadi pelampiasan selanjutnya. Ia bahkan sempat menyelamatkan kaleng minumannya yang belum dibayar.

"Sialan! Apa-apa'an koneksi cacat!"

Hiro hanya bisa nyengir melihat tingkah Kira yang cukup menghiburnya. Ia tidak tahu apa yang akan Kira ucapkan padanya kalau Kira tahu bahwa ia telah memiliki VR itu dan bahkan sudah memainkan gamenya seharian.

Kira akhirnya memberikan kaleng minuman itu secara gratis pada Hiro setelah melihat bahwa expired date dari minuman itu tersisa satu hari lagi. Namun setelahnya, Hiro diusir keluar dengan kata-kata kasar.

"Orang yang aneh."

"Tapi setidaknya aku mendapatkan minuman ini gratis."

"Aku memang sangat beruntung akhir-akhir ini."

Hiro menikmati minumannya selagi masih dingin sambil berjalan santai kembali menuju apartemen. Namun, baru saja tenggorokannya yang kering itu basah, tiba-tiba seorang wanita berteriak dengan suara keras.

"AAAAAHHH!"

Tanpa pikir panjang, Hiro segera bergegas lari menuju sumber suara itu. Ia bisa tahu kalau jarak wanita itu tidak terlalu jauh dari tempatnya.

Ia melihat seorang wanita yang sangat limbung karena setengah mabuk tampak dikerumuni oleh empat pria sekaligus di pinggir jalan sepi. Satu-satunya sumber cahaya berasal dari lampu otomatis di sebelah kerumunan itu.

Wanita itu baru saja bangkit berdiri dari atas jalan sambil mendorong tubuh salah satu pria yang tertawa di dekatnya.

Dari kegelapan, Hiro hanya bisa mengenali bayangannya sebagai wanita karena postur tubuhnya yang sangat menonjol. Dengan pinggul dan dada yang curvy.

"Yang benar saja."

Pria yang baru saja didorong sangat marah dan mencengkram kedua tangan wanita itu kuat-kuat.

"Lepaskan aku, Kau Pria Kotor Jelek!"

"Cuih." Wanita itu meludah tepat di wajah pria itu tanpa takut.

Hiro segera bergegas, ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dap! Dap! Dap!

"Woy! Lepaskan wanita itu!" serunya dengan berani.

Seluruh mata langsung tertuju padanya. Dan tentu saja para pria dewasa itu terlihat meremehkan Hiro melalui tatapan matanya.

"Jangan ikut campur kau bocah. Pulang dan minum susu hangatmu sana!"

"Huahahaha–"

Hiro tak terima dengan penghinaan yang ia terima dari pria berwajah preman itu.

Saat mereka sibuk menertawakan lelucon yang dilontarkan salah satu rekannya pada Hiro, dengan cepat Hiro memberikan sebuah tendangan pada pria yang sedang mencengkram kedua tangan wanita setengah mabuk itu dengan keras.

Bamm!

Pria itu terjatuh tersungkur ke depan setelah menerima tendangan Hiro.

Mereka semua terkejut dengan perbuatan Hiro. Tiga pria yang lain langsung melayangkan tinjunya ke arah Hiro. Tapi, Hiro bisa menghindari dua tinju sekaligus.

Bamm!

Yang terakhir berhasil mengenai punggung tangannya saat ia mencoba memblokir serangan yang datang ke arah wajahnya.

Hiro tak tinggal diam dan langsung membalas. Kakinya yang panjang memang menjadi andalan. He jumped then double kicked the man in front of him sampai pria itu terjengkang jatuh dengan keras.

Sementara itu, dua orang yang ada di belakang Hiro sudah siap mengeluarkan senjata simpanan mereka, sebilah pisau lipat yang tajam.

"Kau sangat mengganggu, Bocah!" desis salah satu pria.

"Tangkap dia! Beri dia pelajaran!" seru salah seorang pria yang masih mengerang karena menerima tendangan Hiro.

"Cih. Senjata yang sama, huh? Berapa harga kalian membelinya? Apa kalian membelinya dengan promosi beli satu gratis satu?" Hiro mencoba untuk memancing emosi ketiga pria itu sekaligus karena mereka yang bertarung dengan emosi tidak akan bisa berkonsentrasi penuh dalam pertarungan.

"Kurang ajar kau, Bocah!"

SPLATT!

Perut Hiro tergores dengan pisau dari satu pria di hadapannya, goresan yang tak cukup dalam. Namun tetap saja, kaosnya robek dan darah menetes keluar dari tempat itu.

"Sialan! Kau merusak kaos favoritku!"

Hiro melesatkan sebuah tinju uppercut ke arah rahang bawah pria yang baru saja merobek pakaiannya. Lalu lututnya menghantam diafragma perut pria itu kuat-kuat.

Bam!

Namun tiba-tiba, pria yang lain memberikan tackle pada kedua kaki Hiro di waktu yang tak terduga dan membuat Hiro terjengkang dengan keras ke belakang.

Bam!

"Sialan!" umpat Hiro kesal.

Namun, sebelum ia bangkit kembali, dua orang pria sudah menangkap kedua sisi tangannya. Memaksanya berdiri sambil menguncinya.

"Lepaskan aku, Sialan!"

"Biarkan aku memberinya pelajaran," gumam pria yang berhasil menjatuhkan Hiro, ia mengenakan sebuah jas yang rapi, sepertinya ia adalah bos dari pria yang lain.

Si bos preman mengasah tinjunya untuk dihantamkan ke wajah Hiro. Namun tiba-tiba, sebuah bantuan datang.

Wanita setengah mabuk itu melompat tinggi dan memberikan tendangan pada dada lalu wajah si bos itu dengan keras.

BANG! BANG!

Semua orang terkejut melihat aksinya, seperti menyaksikan sebuah diva WrestleMania.

Darah memancar keluar dari hidung pria yang terkena tendangan cukup keras dengan sebuah sepatu boots yang tebal itu.

Hiro memanfaatkan pengalihan itu dengan baik, ia segera menyerang perut kedua pria yang sedang menahannya kuat-kuat menggunakan ujung siku tangannya.

Bam!

Mereka terhenyak ke belakang dan refleks melepaskan Hiro.

Dengan kompak seperti sebuah mixed tag-team match, Hiro dan wanita itu menendang kepala dua pria di hadapannya keras-keras sampai keduanya terjatuh di atas tanah dan muntah darah.

"Rasakan itu."

"Ayo pergi dari sini!"

Wanita itu tiba-tiba menarik tangan Hiro dan mengajaknya berlari. Hiro tak punya pilihan lain selain mengikuti kemauannya. Ia melirik wanita itu. Dari wajahnya, jelas sekali kalau wanita itu bukan orang Jepang. Meskipun ia bisa berbicara bahasa jepang layaknya native speaker.

Mereka berdua berhasil lari cukup jauh dan kini keduanya berdiri di bawah sebuah lampu jalan yang otomatis menyala saat mereka datang. Keduanya mengatur kembali nafasnya yang tersengal.

Sementara itu, Hiro terus menatap wajah wanita itu. Wajahnya cantik dengan rambut berwarna hitam panjang dan diikat sebagian. Sebuah tato menyerupai batang tanaman berduri berwarna hitam menjalar panjang dari bahu ke leher kirinya.

Usianya kira-kira 25 tahunan dengan tinggi badan lebih dari 5'7 ft. Sementara itu, lekuk tubuhnya benar-benar juara. Gadis itu hanya memakai sebuah tank top pendek sedada berwarna hitam yang membuat belahan dadanya terpampang jelas, dan legging ketat yang membuat pantatnya yang montok menyembul indah.

"Gadis ini, apa dia gothic geisha?" pikir Hiro menebak.

Nafas gadis itu berbau alkohol, entah sudah berapa banyak minuman beralkohol yang telah ia minum malam ini.

"Kau!" wanita itu menatap Hiro dengan kedua mata terbelalak.

"Pergilah kau bocah, apa yang kau lakukan di sini?" wanita itu tiba-tiba memarahi Hiro seakan-akan ia tahu kalau Hiro lebih muda daripada dirinya.

"Eh–aku? Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, apa yang dilakukan wanita cantik sepertimu di tempat gelap dan sepi seperti ini?"

Kedua mata wanita itu membulat saat mendengar bagaimana Hiro menyebutnya sebagai wanita cantik.

"Jangan menggodaku, Bocah. Aku tidak tertarik untuk bermain-main dengan brondong perjaka sepertimu."

Hiro mengernyit, kebaikannya telah disalah artikan. Dan ia baru saja mendapatkan sebuah ejekan, 'perjaka'? Ah–untuk yang satu itu memang benar. Tapi tetap saja…

"Pulanglah, Bocah!"

Wanita itu tiba-tiba merapatkan tubuhnya pada Hiro, membuatnya bisa merasakan sesuatu yang kenyal dan padat menekan dadanya. Ia menahan napas.

"Atau jangan-jangan, kau ingin pulang bersamaku?" godanya sambil membasahi bibirnya.

Hiro menelan ludah. Tak bergerak. Ia belum pernah berada di posisi ini sebelumnya.

Sebuah senyuman tipis terukir di wajah wanita itu.

"Astaga, kau sangat mirip sekali dengannya."

"Apa aku boleh menciummu?"

Wanita itu mendekatkan wajahnya ke wajah Hiro dengan tiba-tiba dan mencengkram kedua pipinya, berhasil membuat Hiro seketika membeku di tempat. Lupa bernafas.

"Ahahahah!"

"Aku hanya bercanda, Bocah. Bernafaslah! Kau sudah membiru!"

Wanita itu lalu melepaskan kedua tangannya dan membebaskan Hiro. Ia berbalik dan pergi menjauh.

"Sampai jumpa!"

Akhirnya Hiro bisa bernafas kembali. Beberapa detik yang lalu, paru-parunya seakan-akan mengkerut kehabisan oksigen.

"Gadis yang aneh."

Hiro mengawasi punggung wanita itu sampai ia belok ke sebuah gang dan tak terlihat lagi. Ia lalu pulang untuk membersihkan darah di lukanya serta badannya yang kotor.

Sebelum tidur begitu lama, ia telah mengatur android braceletnya ke mode silent sehingga tidak akan ada notifikasi yang mengganggunya.

Namun sekarang, saat ia mencoba untuk mengaktifkan kembali ke mode dering, matanya terbelalak melihat notifikasi yang masuk.

[kamu menerima x37 pesan baru dari Liberty]

Terima kasih sudah membaca sampai di chapter ini.

Semoga suka dan ingin terus lanjut membaca.

Sabet_Sagacreators' thoughts