webnovel

Kotak Hitam

Kehancuran membuatnya terpaksa keluar, menghirup udara segar, dan memenuhi takdirnya. Membantu orang yang patah arang, mengisi ambisi yang kehilangan, memenuhi hasrat para bedebah, dan mewujudkan mimpi bagi yang terlelap. Bagi yang beruntung, dia akan datang menghampiri, membantumu berdiri, dan memberi koleksi yang tak ternilai. Hanya istimewa yang terlihat, hanya letupan ambisi dan gemuruh amarah yang terdengar, dan hanya dengki yang lalu-lalang dalam penciuman. Tunggu dia, di lorong-lorong panjang, di bayang-bayang malam, bahkan di cermin-cermin tak bersisa.

Sejuan_Lee · Fantasy
Not enough ratings
156 Chs

Pengalihan [Tak Percaya]

Asak terus menatap tali penunjuk, begitu juga orang di sebelahnya. Thom menyipitkan mata saat tali penunjuk milik Asak menampilkan rekaman kamera pengawas, sudah ribuan video yang mereka tonton dari berbagai kamera yang tersebar di sudut Sekolah Menengah Kosong.

"Tidak ada tanda-tanda Laten, Thom. Dia terlihat sekitar tiga hari lalu, itupun rekaman dia keluar dari sekolah. Dan tidak ada rekaman dia kembali lusa, adanya rekaman dia berdiri masuk gerbang utama kemarin." Asak mengusap layar hologram cepat, mata Thom mengikuti gerakan tangan Asak tanpa sadar.

"Berhenti! Aku pusing melihatmu menggeser-geser layar, " protes Thom.

Asak cukup handal dalam meretas benda-benda elektronik, dia sudah biasa meretas tali penunjuk untuk beberapa kebutuhan mendesak seperti ini. Dari ribuan rekaman yang mereka bedua tonton, hanya ada dua video Laten.

Yaitu saat Laten keluar dari area sekolah tiga hari lalu dan rekaman Laten kembali memasuki area sekolah kemarin. Laten tidak ada di lingkungan sekolah lusa lalu, lantas siapa yang menabrak Asak di luar gerbang gedung pembimbing.

"Apa mungkin ada yang menggunakan mesin itu?" Pertanyaan Thom membuat pemuda berahang tegas menoleh cepat, dia mendelik meminta penjelasan. "Tenang, Asak." Thom menepuk bahu temannya yang sangat tegang.

"Aku pernah dengan jika orang tua Reka adalah perancang robot terbaik, paling mutakhir, dan diluar nalar. Aku yakin kau pernah dengan robot hijami, robot penghancur tak terkalahkan. Ayah Reka lah yang membuatnya."

Thom menarik satu buku dari tumpukan di atas meja belajarnya. "Aku tahu aku melanggar peraturan, jangan hakimi dulu, " ucapnya saat membuka buku yang ternyata memiliki lubang besar, disana ada benda berbentuk kotak.

Asak tahu apa benda yang dibawa Thom, itu sama persis dengan tutup botol miliknya. Sekolah Menangah Kosong memang tidak membiarkan murid membawa teknologi dari luar, mereka hanya boleh memakai fasiltas sekolah.

"Aku menyukai semua hal berbau teknologi, aku bahkan menyempatkan menyelam di situs bawah laut untuk mengetahui informasi tentang tekonologi berbahaya. Dan tertulis jelas jika sebagian robot aneh di situs itu buatan Ayah Reka, Gura Jionama."

Thom menyodorkan benda persegi itu ke tangan Asak, membiarkan pemuda itu mengotak-atik layar hologram yang benda persegi tampilkan.

"Robot yang dia lancarkan baru-baru ini juga menggemparkan Dikara, tapi mungkin sedikit teredam oleh gosip-gosip hangat. Dia menciptakan robot serupa, robot yang bisa mengubah rupa manusia sesuai apa yang mereka mau."

Thom menyandarkan punggung ke badan kursi, keduang tangannya menyatu. "Pemerintah jelas menentang, siapa yang ingin rupanya ditiru terus dijadikan bahan lelucon. Ya walau para tikus berjubah itu seperti bedebah, tetapi mereka masih punya otak."

Jemari Asak mengusap layar hologram ke kanan, membesarkan layar. "Robot Serupa? Aku yakin jika robot itu yang dipakai oleh Reka. Dia mengadu domba, lantas kita juga bisa melepaskan paus dari dasar lautan."

Laten dipulangkan beberapa hari, dia menerima hukuman tambahan karena arena putih bukan lagi tandingannya. Asak membuat rencana selama Laten menenangkan pikiran. Pada awalnya pemuda itu tidak berniat membantu, masalah Laten bukan urusannya. Namun hatinya berkata lain, menyuruhnya untuk tetap berjalan meluruskan perkara.

"Reka! Bisa bicara sebentar?" Asak menghampiri Reka yang sedang asik makan siang di gedung konsumsi, dia menyambar tabung dengan tutup dan mendudukinya.

Satu alis Reka terangkat, merasa bingung dengan sikap azmata yang tiba-tiba menjadi sok akrab padanya. Oh ayolah, Asak itu tidak pernah bergaul dengan siswa lain. Pemuda berjubah merah darah itu hanya asik dengan acaranya di perpustakaan bergerak, menggoda Mey, atau terlihat berbincang dengan Thom dan Laten.

"Apa maumu, Azmata?" Reka menaruh roti lapis berisi telur dan kentang ke atas balok makan, dia terlihat tidak menyukai makan siangnya hari ini. "Kemarin kamu berlagak seperti orang tak peduli dan sekarang ingin berbincang, jangan basa-basi!"

Asak tersenyum paksa, dia hampir saja muntah sekarang juga jika tidak ingat dia sedang dalam misi penting. "Aku hanya ingin menanyakan kabar Ayahmu." Reka mendelik tajam ke arah Asak yang senantiasa tersenyum. "Aku pernah bertemu dengan orang tuamu di salah satu pameran rancang robot."

Mulut Reka membentuk huruf o, dia kira Asak berbohong perihal bertemu orang tuanya. "Ayahku baik, Azmata. Dia sedang mengambil jadwal libur bulanannya, jika kau berniat mengganggunya mungkin bisa lain kali, " ucapnya sombong.

"Tidak perlu, Reka." Kedua tangan Asak melambai-lambai. "Apa ada robot yang berhasil dia buat hingga mengambil libur bulanan, setauku dia tidak melancarkan robot apapun bulan ini atau bulan lalu." Asak mengusap dagu dengan telunjuk dan ibu jari.

Reka sengaja membuang pandang, takut dengan kemampuan membaca mata milik Asak. "Dia sedang tidak berselera, ada hobi baru yang menyita banyak waktunya akhir-akhir ini."

"Hobi seperti apa?"

"Kamu ini mau tahu sekali, Asak! Ini bukan urusan mu!" Tatapan nyalang diberikan kepada Azmata yang masih mempertahankan kedua sudut bibir untuk tetap tertarik ke atas. "Lebih baik kamu pergi dari sini, Asak. Aku muak melihat wajahmu."

Dua pemuda yang duduk di sisi kanan-kiri Reka menertawakan Asak, mereka adalah anak-anak yang masuk bagian dari kelompok Reka, kelompok para buntut pemerintah. Reka hanya ingin berkawan dengan orang yang berjubah sama dengannya, namun sesekali memanfaatkan kalangan tinggi yang lain, seperti Jejap waktu itu.

Hidung bangir pemuda di seberang Reka mengerut, dia ikut tertawa mengikuti yang lain. Reka lantas menghentikan tawanya, menatap tajam Asak sembari menggertak bibir. "Itu lucu, Reka. Perutku seperti diisi kupu-kupu lantaran leluconmu." Dia berdiri, menundukan badan sedikit. "Terima kasih, aku banyak tertawa hari ini karenamu."

Gigi lawan gigi membuat decitan pahit, telinga dua teman Reka sedikit terganggu dengan suara yang dibuat ketua kelompok mereka. "Bajingan kecil itu! Beri dia pelajar lain kali, aku tidak mau tahu!" pekik Reka tertahan.

Kedua langkah kaki itu begitu ringan, riang diiringi senandung kecil. Asak benar-benar puas dengan pernyataan Reka, semua yang dikatakan bocah itu menguatkan dugaan Thom. Dan sekarang dia perlu tahu dimana robot itu berada, Asak membutuhkan data riwayat penggunaan.

"Senang sekali kamu, Asak?"

Gerakan terhenti, Asak membalikan badan mencari sumber suara. "Siapa?" tanyanya sembari terus menoleh kesana-kemari.

Lorong ini begitu sepi, sedikit remang karena pilar-pilar tinggi menutup terik matahari. Asak memasang kuda-kuda, siap memberi pukulan jikalau ada serangan. Sosok itu tertawa melihat Asak begitu panik, suara serak dan berat membuat bulu kuduk meremang.

"Tidak perlu sampai seperti itu, Asak. Aku datang hanya untuk memberimu sedikit petunjuk, " tawarnya dengan nada penuh kesombongan, pemuda berjubah merah darah itu bisa membayangkan wajah tertutup tudung hitam dengan seringai mengejek.

"Aku tak butuh."

"Aku sedang membujukmu, Asak. Aku masih mempunyai banyak tempat untuk anak-anak berambisi sepertimu. Permainanku belum dimulai jika kamu tidak menyerahkan diri, tanpamu permainan akan membosankan."

Asak menggeram, dia tidak suka suara yang seakan-akan terus berputar dikepalanya lantaran tidak ada wujud. "Aku tidak bermain-main, Tuan."

Sosok itu berdecak sebal. "Mungkin kamu bisa berkata seperti itu sekarang, namun entahlah nanti. Robot Serupa ada di dalam hutan kematian, persis di belakang lapisan sebelah timur. Pergilah kesana jam delapan malam nanti, ada kejutan disana. Sampai jumpa, Asak."