webnovel

Kotak Hitam

Kehancuran membuatnya terpaksa keluar, menghirup udara segar, dan memenuhi takdirnya. Membantu orang yang patah arang, mengisi ambisi yang kehilangan, memenuhi hasrat para bedebah, dan mewujudkan mimpi bagi yang terlelap. Bagi yang beruntung, dia akan datang menghampiri, membantumu berdiri, dan memberi koleksi yang tak ternilai. Hanya istimewa yang terlihat, hanya letupan ambisi dan gemuruh amarah yang terdengar, dan hanya dengki yang lalu-lalang dalam penciuman. Tunggu dia, di lorong-lorong panjang, di bayang-bayang malam, bahkan di cermin-cermin tak bersisa.

Sejuan_Lee · Fantasy
Not enough ratings
156 Chs

Gedung [Tinggi Rendah]

Sekolah Menengah Kosong (SMK) Siapa yang tidak tahu sekolah ini? Siapapun kamu, dari daerah manapun kamu tinggal, bahkan sudut terkecil Negara Dikara tahu sekolah ini. Disini adalah tempat para Suri dilahirkan, ditempa menjadi manusia kuat untuk berkontribusi demi keamaanan negara.

Di jaman dulu para Suri disebut tentara atau lebih awam lagi adalah prajurit. Itu sudah sangat lama, jaman modern sudah tiba dan mengubah satu persatu kebiasaan leluhur. Tidak sembarang orang bisa menjadi murid di Sekolah Menengah Kosong, hanya mereka yang lulus seleksi yang boleh mengenyam pahit manisnya.

Sekolah ini sama dengan sekolah lain jika kita lihat dari sudut pandang orang biasa. Belajar sejarah, matematika, ilmu alam, sama persis dengan sekolah di daerah lain. Tapi ada satu hal yang menjadikan Sekolah Kosong adalah satu-satunya sekolah paling dihormati dan dipandang tinggi, yaitu ujian akhir tahun ketiga,

Pihak sekolah mana yang berani menggantungkan nyawa para murid hanya untuk ujian akhir? Ya, kalian benar. Hanya Sekolah Menengah Kosong yang melakukan itu. Ujian akhir tahun ketiga sering dijadikan pembuktian bahwa murid-murid sekolah ini seribu langkah lebih unggul, namun juga tak jarang dalam ujian ini menjadi ajang aksi bunuh diri.

Tahun pertama dan tahun kedua akan berjalan seperti layaknya ujian pada umumnya, mengerjakan soal, mempersiapkan praktek dan lain sebagainya. Namun di tahun ketiga, gerbang-gerbang yang biasa dikunci rapat akan terbuka, mempersilahkan kalian masuk menghadapi Hutan Kematian yang konon katanya tak bisa dijamah oleh manusia.

Kalian bebas memasuki kawasan hutan, pagi, petang, malam, atau kapan pun itu. Saat kalian memasuki kawasan hutan, tali berbentuk persegi panjang yang melingkari di pergelangan tangan kalian akan otomatis menghitung mundur waktu. Delapan jam, hanya itu waktu yang diberikan.

Tiap-tiap murid yang berhasil keluar akan langsung diangkat menjadi seorang suri, mereka akan merubah warna jubah menjadi putih tulang yang menandakan mereka pantas dipandang lebih tinggi daripada orang dari daerah lain.

Negara Dikara memang selalu membawa-bawa kasta dalam urusan apapun, dan itu yang membuat pemuda bersurai pirang dan memiliki netra kuning terang itu menghela napas kasar.

"Untuk apa belajar sejarah, jika ujungnya akan diakhiri dengan kasta, " ujarnya sembari menutup buku setebal jengkal jari.

"Perhatikan kuda-kudamu! Kepal tanganmu seperti ini dan layangkan dengan yakin!"

Teriakan itu membuat pemuda berumur lima belas tahun melirik ke arah jendela loteng, tatapannya berubah biru saat melihat sang Ayah mengajari adiknya pukulan kosong untuk seleksi masuk sekolah besok.

Adik kecil itu memukul dinding keras, membuat retakan besar di tengah-tengah hingga membuat Ayah mengukir senyum dan mengusap surai biru gelap milik anaknya. "Adik kecil selalu bisa membuat Ayah tersenyum."

Plop, suara lapisan pintu yang pecah membuat Asak menoleh, lantas berdiri menghampiri perempuan tua yang masih terlihat cantik dengan rambut panjang berwarna pirang.

"Ada apa Ibu? Apa ada yang sakit?"

Ibu menggeleng, memeluk putranya sembari berbisik, "Jangan timbulkan iri hati, Asak. Itu hanya membuat dirimu patah arang."

Mari tinggalkan Asak, aku akan bercerita lebih jauh tentang sejarah Sekolah Menengah Kosong. Beberapa rumor merajalela saat pertama kali pemerintah Negara Dikara mengumumkan akan mendirikan sekolah terbaik di pusat kota, yaitu Kota Jerahak. Mulai dari konspirasi murahan, sampai konspirasi menarik yang tayang di layar besar hologram mulai menyebar.

Warga sedikit bingung perihal pendirian sekolah ini, untuk apa melatih anak remaja, mereka tidak akan kuat dan akhirnya akan menjadi salah satu santapan makhluk aneh di Hutan Kematian. Tapi pemerintah merayu, memberi iming-iming manis yang membuahi persetujuan.

Di tahun ketiga sekolah berdiri, kejadian menakutkan terjadi. Ujian akhir memasuki kawasan hutan diakhiri kabar buruk. Dari seribu orang, ada dua puluh murid yang tidak berhasil keluar. Pelacak yang ditaruh pembimbing di tali penunjuk berbentuk persegi panjang itu tidak menunjukan tempat manapun, mereka hilang tanpa jejak.

Berita ini tersebar cepat, para stasiun berita digital berbondong-bondong melakukan siaran di layar-layar hologram. Tidak perlu waktu lama, dalam kurun waktu kurang dari satu menit berita hilangnya murid Sekolah Menengah Kosong dinikmati oleh semua rakyat Negara Dikara.

Tapi, bukankah negara ini menganut sistem kasta. Ini bukan masalah besar bagi mereka, protes warga dari berbagai daerah dapat diredam dengan satu kata oleh petinggi pemerintahan. Mereka berkata sekolah akan tetap dibuka, hilangnya para pemuda bukan masalah karena mereka mati terhormat.

Pihak keluarga dari setiap murid yang hilang atau mati dalam ujian akhir akan diberi tunjangan hingga hari tua, itu sudah cukup untuk menutup mulut mereka yang meraung-raung ingin jasad anaknya dicari.

Oh, ayolah! Siapa yang mau mencari seonggok jasad busuk di Hutan Kematian. Tidak ada! Lebih baik memakan kedelai busuk dan di asingkan bersama para rongsokan mangkuk terbang daripada harus masuk ke kawasan hutan.

Sampai sekarang Hutan Kematian selalu menyisakan misteri, makhluk apa yang ada di dalamnya tidak pernah bisa dituntaskan oleh para peneliti. Hanya sayup-sayup kisah dari para Suri yang menjawab kekhawatiran, namun kita tidak bisa menjamin cerita itu nyata atau hanya mimpi-mimpi buruk anak laki-laki saat pertama kali tidur sendirian.

Entahlah untuk apa Sekolah Menengah Kosong didirikan, untuk melindungi siapa jikalau memang pemerintah ingin melahirkan banyak suri sekali pun. Lagi-lagi hanya para petinggi yang tahu.