webnovel

Rasa Marah

Setibanya di rumah Lili berteriak dan menangis.

"Kenapa tidak menjemput ku, Bu?" tanya Lili kepada ibunya.

"Oh iya, ibu tadi lupa nak." jawab ibu.

"Selalu saja lupa. Ibu memang tidak ingin menjemput ku. Kenapa harus berbohong seperti itu?" kata Lili dengan nada tinggi.

"Meskipun ibu tidak menjemput kamu masih bisa pulang sendiri dan sampai di rumah dengan selamat." jawab Ibu Susan.

"Tapi, teman-teman yang lain dijemput oleh orang tuanya hanya aku saja yang tidak dijemput." teriak Lili semakin keras.

Kemudian Lili meninggalkan ibunya lalu masuk ke dalam kamar tidurnya dan menguncinya dari dalam. Lili berjalan ke arah tempat tidurnya dan duduk di tepi ranjang sambil menangis.

"Padahal ibu selalu di rumah tetapi tidak pernah mau menjemput ku. Ibu tidak perhatian terhadap ku." batin Lili dengan perasaannya yang sedih. Kemudian Lili membaringkan tubuhnya yang masih memakai seragam diatas ranjang sampai terlelap dalam tidurnya.

Dua jam kemudian

Tok.. tok.. tok.. terdengar suara pintu kamar yang diketuk.

Lili yang mendengar itu lalu terbangun dan pergi ke arah pintu dan membukanya. Di depan pintu itu telah berdiri ibunya seraya berkata "Sudah setengah tiga sore, kamu waktunya berangkat TPQ."

Lili tidak menjawab ibunya karena masih kesal padanya. Kemudian Lili mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian Lili keluar kamar mandi dan mengambil gamis berwarna ungu di lemari dan memakainya. Tidak lupa ia mengenakan jilbab dengan warna yang senada dengan gamisnya itu. Setelah itu, ia memoles wajahnya dengan bedak bayi lalu mengambil tas dan memeriksa buku mengajinya. Setelah dirasa lengkap Lili berangkat ke TPQ.

Lili berangkat mengaji dengan teman-temannya. Mereka tidak bisa berhenti berbicara disepanjang jalan. Mereka asyik bercerita ini dan itu.

Di tempat TPQ ada banyak anak-anak yang belajar membaca Al - Qur'an termasuk Lili. Sampai jam empat sore Lili kembali pulang dengan teman-temannya. Ditengah perjalanan mereka berhenti di sebuah sungai. Salah satu teman laki-laki itu berjalan mendekati sungai dan melepas alas kakinya lalu masuk ke dalam air sungai. Anak laki-laki itu sedang berusaha menangkap ikan dengan menangkupkan tangannya.

Sedangkan anak perempuan yang berada diatas jembatan melihat sambil berkata itu disana cepat tangkap.

"Hidung kamu kenapa, Lili?" tanya Devi yang melihat cairan merah keluar dari hidung Lili.

"Apa? Kenapa dengan hidung ku?" tanya Lili kembali sambil mengusap hidungnya.

"Itu ada darah." kata Laras melihat darah menetes sambil menunjuk di hidung Lili. "Ih, serem." kata Deden sambil membawa ikan kecil yang telah ditangkapnya.

Lili pun terlihat panik dan bergegas pulang ke rumahnya.