webnovel

Melawan Para Penunggu Bunga Teratai

"Ambil saja kalau bisa! Akanku jadikan kalian semua sebagai santapan hari ini!" sesosok makhluk hitam berjalan mendekat sembari menggenggamkan tangan seperti akan menghabisi sesuatu.

Zuko berdiam sejenak ketika menatap ratusan makhluk yang tak wajar berdiri di hadapan rombongannya. Padahal prajurit yang dibawa bersama patih Cakra, jumlahnya tidak sebanyak itu.

Perlu beberapa strategi, atau kalau tidak, demi keselamatan para prajurit serta patih Cakra, Zuko sendiri yang akan melawan dengan kekuatan hebatnya.

"Kalian berasal dari Kerajaan Lavender? Kerajaan yang namanya saja mirip nama bunga ... ingin melawan kami yang memiliki kekuatan tiada tanding? Sungguh sangat ironis!" Makhluk siluman itu berjalan mengambang membelakangi Zuko.

"Dasar siluman congkak! Aku bisa mengalahkanmu sekarang juga!" Zuko mencabut samurai dari sarungnya.

Tatapan Mata Zuko mengarah pada sekujur tubuh para siluman. Mencari titik kelemahan untuk bisa mengalahkan mereka, sebelum dirinya mengeluarkan kekuatan yang dimiliki.

Jika dilihat dengan tatapan mata tajam tanpa berkedip, Zuko melihat dengan matanya jika sekujur tubuh semua siluman yang berada di hadapannya terlihat tembus seperti hanya sebuah arwah saja. Namun itu hanya samar-samar saja, sehingga belum pasti mereka tidak akan tertebas oleh samurai.

Matahari mulai terbit menyinari langit yang kian mulai cerah berwarna kuning dan jingga, sebuah cakrawala di pagi hari yang mulai menampakkan wujudnya.

Semua siluman mengadahkan tangannya ke atas. Lama-lama muncul sebuah gumpalan kekuatan hitam yang mulai mengembang dan membesar seperti bola raksasa.

"Paman! Harap mundurlah dari sini!" ucap Zuko

Patih Cakra bersama para prajurit lainnya memundurkan kaki beberapa langkah ke belakang untuk menjauh dari kekuatan makhluk tidak wajar yang cukup mengerikan.

Sebuah ucapan terdengar samar-samar diucapkan oleh para makhluk siluman. Suara itu seperti sebuah jurus kekuatan seperti halnya kekuatan Zuko.

Bola semakin membesar dan membumbung tinggi menyelimuti seluruh lembah kematian, padahal lembah kematian tergolong cukup luas, tidak memungkiri jika kekuatan itu telah menyelimuti semua rombongan Zuko dari kerajaan, dan semua makhluk siluman.

"Apa ini?" Patih Cakra memandangi di sekelilingnya yang telah di selimuti kegelapan.

Ratusan siluman terus mengeluarkan kekuatannya menjadi satu, sampai di sekeliling tempat itu telah berubah menjadi gelap seperti malam hari, bahkan jika dilihat, kegelapan seolah telah menyelimuti seluruh dunia karena tak terlihat ujungnya.

Semua prajurit Lavender di bawah pimpinan Patih Cakra hanya diam tak bergerak, mendapati fenomena musuh yang mirip seperti pasukan iblis bernama Medusa.

"Tuan Patih! A-apa mereka pasukan Medusa?" tanya salah satu prajurit memberanikan diri dengan tubuh gemetaran dan ucapan terbata-bata.

"Bukan! Di-dia bukan pasukan Medusa! Tetapi mereka para siluman berilmu tinggi!" Patih Cakra mengangkat tangan kiri, agar prajurit tetap berada di belakangnya.

Para siluman menghentikan kekuatan yang mereka keluarkan, ketika seluruh lembah kematian telah gelap gulita seperti di malam hari.

"Saatnya aku menyerang!" ucap Zuko.

"Mari, kita bersama-sama menyerang mereka!" kata patih Cakra meyakinkan.

"Jangan, Paman! Ini terlalu ...." Zuko menghentikan ucapannya, ketika patih Cakra mengerahkan semua pasukan melawan ratusan siluman yang jumlahnya sama sekali tidak seimbang.

"Semua prajurit! Seraaang!" teriak patih Cakra kepada semua prajurit di bawah pimpinannya.

"Wuusssh ... Bruukkk ...." Sebuah fenomena mengerikan terjadi, 100 prajurit terhembas jauh 5 meter.

Hanya sebuah hempasan kekuatan dari salah satu siluman saja, sudah mampu menghempaskan 100 prajurit Kerajaan Lavender, bahkan mereka sampai lemas tak berdaya dengan darah keluar dari mulut.

Tatapan Zuko menyipit ke arah ratusan siluman yang berdiri berjejer siap membuat lawannya terhempas dan terkapar tak berdaya.

"Paman Cakra! Menjauhlah dari sini!"

Patih Cakra menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan menjauh ke arah berdirinya para kuda tunggangan.

Ringkikan kuda terus mengeluarkan suara seperti sedang ketakutan tak karuan melihat semua penunggangnya terkapar tak berdaya di atas tanah berumput.

"Giliran kau yang akan mati!" ucap salah satu siluman.

"Lakukan saja kalau kalian bisa! Tapi lawanlah aku sekarang!" Zuko memutar samurainya.

"Fire Strike." Tangan kanannya mengeluarkan kobaran api. Sebilah samurai telah berubah menjadi sebilah samurai api yang menyala-nyala.

"Kuperingatkan jangan main-main denganku!" ucap Zuko.

"Seharusnya kau yang jangan main-main dengan kami! Kami siluman sedangkan kau ...." Siluman itu menyipitkan mata. "Oh ... Kesatria Pegasus?"

Zuko memutar pedangnya siap menebas ratusan siluman. "Majulah kesini! Akan kutebas kalian semua menjadi debu ...."

Sesosok makhluk siluman melesat menyerang dengan kekuatan hitam yang berada di kedua tangannya. Namun kekuatan itu tak mempan mengenai Zuko.

"Sreettt ...." Sebilah samurai berkekuatan menyilang mengenai tubuh sang siluman.

Mata tajam Zuko menyipit dan memandangi sesosok makhluk siluman yang sama sekali tidak hancur ataupun mati.

"Paman! Menjauhlah dari sini! Karena ini sangat berbahaya!" teriak Zuko mengarah kepada patih Cakra.

Patih Cakra berlari manjauh 20 meter dari Zuko berdiri. 100 prajurit telah tumbang terkapar tak berdaya, sepertinya sebagian ada yang telah tewas.

"Seraaangg!" teriak semua siluman. Tak menunggu lama untuk para makhluk siluman meloncat tinggi dan menyerang Zuko secara bersamaan.

Zuko kaget tak menyangka jika serangan itu terjadi secara tiba-tiba dan membuatnya terpental mundur sebelum membalas serangan.

"Golden Lotus Strike." Sebuah jurus sambaran keemasan melesat ke arah para siluman.

"BLUUMMM ...." Ledakan dahsyat menimbulkan gumpalan hitam mengelilingi sebagian para siluman yang terkena jurus mematikan.

"Sudah kuduga mereka tidak akan mampu menahan seranganku!" Zuko berdiri dengan tangan masih mengeluarkan cahaya keemasan.

Kekuatan Zuko telah mengenai hampir setengah lebih dari semua siluman. Ledakan dahsyat menggumpal-gumpal naik ke atas.

Beberapa siluman yang tidak terkena jurus hanya berdiri menatap gumpalan bekas ledakan yang semakin membesar.

"Apa?" Patih Cakra terbelalak ketika melihat para siluman yang terkena ledakan masih mampu berdiri dan sama sekali tidak terkena akibatnya.

Zuko menyipitkan mata ke arah musuh yang berada di gumpalan asap, sepertinya masih perlu berbagai jurus lagi untuk mengalahkan makhluk yang berilmu.

Terdengar tawa menggelegar dari para siluman yang sangat memekikkan kepala dan membuat gendang telinga jebol jika tidak ditutup menggunakan kedua tangan.

"HAHAHAHAHA ...."

"Kurang ajar! Mereka licik sekali." Zuko menggunakan kedua tangannya untuk menutup telinga.

Patih Cakra berlari menjauh karena tidak tahan dengan suara yang memekikkan telinga, sedangkan para prajurit yang tersadar ikut berlari sempoyongan bersama patih Cakra.

100 ekor kuda berlari tunggang langgang sembari meringkik-ringkik, berlarian menjauh tanpa arah. Bahkan beberapa prajurit saling bertubrukan dengan kuda tumpangan mereka.

Pantas saja orang menyebut tempat tumbuhnya teratai sebagai lembah kematian, karena penjaganya saja hampir mirip dengan kekuatan dewa.

Zuko melangkahkan kaki mundur sambil tak henti-hentinya menutup kedua telinga. Langkah kakinya terhenti ketika kaki kanannya tersandung sebuah tulang belulang yang masih berbentuk kerangka manusia.

"A-apa ini?" Matanya menatap ke bawah dan melihat kerangka manusia yang terkubur setengah bagian.

"Tidak ada yang mampu keluar dari sini!" ucap salah satu siluman, "kecuali dalam keadaan tak bernyawa!"