webnovel

Bayangan di Kegelapan

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Su Nuan duduk di samping kursi kemudi. Melalui kaca spion, dia dapat melihat bahwa orang-orang di pintu klub masih tidak bergerak, mereka hanya meregangkan leher dan memandang mobil milik Mu Chuqing. Dengan sangat gembira dia memukul pahanya dan tertawa terbahak-bahak di dalam mobil.

"Hahaha, ini sangat menyenangkan. Ini namanya ingin mendapatkan keuntungan justru mendapatkan kerugian! Hebat! Haha."

Sementara Mu Chuqing juga menundukan pandangan matanya untuk melihat kaca spion. Dia memandang wajah mereka yang terlihat tidak percaya itu dan merasakan pembalasan yang menyenangkan di hatinya.

Ketika Su Nuan akhirnya selesai tertawa, dia menyeka air mata di matanya dan bertanya dengan serius, "Dari mana kamu mendapatkan mobil ini?"

Melihat wajah Su Nuan yang khawatir, Mu Chuqing takut wanita yang berada di sampingnya itu melakukan apa yang seharusnya tidak dia lakukan. Dia memberikan temannya itu sebuah senyum yang meyakinkan. Meski hatinya merasa ragu-ragu sejenak, dia akhirnya berkata, "Ayahku mengirimnya dari Italia agar aku bersedia pulang ke Cina sehingga dia tidak perlu repot-repot mencari cara untuk menenangkanku. Tapi uang yang digunakan bukanlah uangnya."

"Apa?! Ayahmu?!" Su Nuan berseru, seolah dia mendengar sesuatu yang aneh

Mu Chuqing dengan tenang menganggukan kepala, lalu menjawab, "Ehm, tetapi dia membelinya bukan menggunakan uangnya sendiri."

"Tunggu, tunggu, kapan kamu memiliki ayah?" tanya Su Nuan

"..." Mu Chuqing membelalakan mata menatap Su Nuan.

"Aku tidak bercanda denganmu. Katakan padaku!"

"Ceritanya panjang," jawab Mu Chuqing

"Kalau begitu dipersingkat saja."

"Aku memiliki seorang ayah," balas Mu Chuqing dengan asal.

"Menyebalkan…" Su Nuan menggerutu.

***

Setelah mengantar Su Nuan pulang, Mu Chuqing pun tidak percaya mengapa dia mengatakan 'ayah'. Singkat kata, hubungan ayah dan ibunya rumit, dia pun tidak mengerti dan juga tidak tahu harus bagaimana mengatakannya.

Kemudian, Mu Chuqing memarkir mobilnya di parkiran daerah rumahnya. Dia mengingat kembali keributan di acara reuni tadi, lalu tiba-tiba merasa kepalanya sakit. Seumur hidupnya, terdapat dua orang yang paling tidak ingin ditemui, namun malah dua hari ini dia bertemu dengan mereka.

Tuhan tidak kasihan padaku, batin Mu Chuqing.

Mu Chuqing menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran-pikiran di dalamnya, lalu dengan langkah cepat dia pulang ke rumah. Namun, ketika hampir sampai di lantai bawah rumahnya, langkah kakinya perlahan melambat dan akhirnya berhenti. Dia menyipitkan mata karena melihat bayangan yang bersembunyi dalam kegelapan di dekat pintu apartemen, alisnya pun sedikit mengernyit, lalu dia melangkah mundur.

Di malam yang gelap itu, sebuah ujung rokok tampak menyala dan redup secara bergantian, kemudian muncul asap rokok yang tebal mengambang di udara. Dalam kegelapan, Mu Chuqing tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Hanya terlihat sosok yang tinggi dan tegap yang bersandar di belakang pintu mobil, seluruh tubuhnya memancarkan aura mulia dan sombong. Meskipun tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tetapi bayangan itu sangat familiar.

Pria itu sepertinya juga melihat Mu chuqing. Lalu, rokok yang ada di tangannya dilempar ke tanah, kemudian terdengar suara gesekan antara sol sepatu dan tanah. Mu Chuqing berdiri tidak bergerak, sementara pria itu dan mobilnya berhenti di jalanan ke arah apartemennya.

Dan dirinya sendiri, tidak ingin bertemu dengan pria itu.

Iblis! Pikir Mu Chuqing. Dia berdiri diam di sana dan tidak bergerak. Sesekali angin malam yang dingin berhembus mengenai kulitnya sehingga tubuhnya menjadi agak kaku. Angin itu terasa lebih dingin dari sebelumnya.

"Masih tahu untuk kembali?" Suara Sheng Yuchen terdengar sangat magnetis, rendah dan serak, terdengar sedikit mengejek.

Mu Chuqing tidak tahu apa yang dia katakan. Dia berpikir, entah itu karena kepulangannya yang tiba-tiba atau karena tempat ini. Namun, dia tersenyum dengan dingin, tidak peduli apa pun alasannya, pria itu tidak memiliki hak untuk bertanya.

Seolah tidak mendengar, Mu Chuqing mengangkat kakinya dan berjalan ke pintu gedung apartemen. Dia tidak memiliki hak untuk mengatur dimana pria itu berdiri, apalagi mengusir tamu yang tak diharapkan ini. Namun, selama pria itu berdiri di sana, dia hanya bisa berjalan melewatinya.

"Lalu? Apa yang masih ingin kamu perbuat?" tanya Sheng Yuchen.