webnovel

Perdebatan Kecil

"Parah lo, Ken. Udah, ah, ke pinggir!"

Itu suara Nando. Cowok tersebut berjalan meninggalkan Kenzi yang masih terdiam memerhatikan langkah gadis berbaju lilac tadi.

Mereka, Kenzi dan sahabat-sahabatnya tengah bermain basket karena jam kuliah di tunda hingga pertemuan selanjutnya. Entah, katanya dosen mereka ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Bukan hanya kelas Kenzi. Namun, seluruh fakultas sebab dia dan ketujuh sahabatnya berbeda jurusan.

Cowok itu tak sengaja melempar bola dan mengenai benda yang dibawa oleh salah satu mahasiswi. Seperti tumpukan kertas manila yang ditaruh di kardus. Selainnya, tak dapat Kenzi tangkap karena sibuk berdebat. Iya, permainan terhalang oleh mereka yang adu mulut.

"Sini, woi!"

Panggilan dari Marco tak dibalas apa-apa oleh Kenzi. Cowok itu segera menghampiri di mana sahabat-sahabatnya tengah duduk beristirahat.

Elang yang baru saja datang bersama istrinya lantas melempari mereka dengan air mineral dan beruntung ditangkap sempurna. For your information, dia sendiri yang tidak bisa bermain basket di sini. Namun, jago dalam hal golf ataupun futsal. Entahlah, terpenting adalah kesolidaritasan mereka tetap terjaga.

"Udah berhenti? Cemen banget," cibir Elang masih memeluk pinggang istrinya dari samping. Dia tidak ikut duduk.

"Gara-gara Kenzi perang mulut sama anak fakultas sebelah, noh. Kayaknya, sih, satu fakultas sama dia cuma belum sadar." Brandon menyahut. Cowok itu meneguk air mineral yang dia terima dari Elang.

Elang terkekeh-kekeh. "Siapa? Gebetan? Awas aja, ye, habis ini ada yang tebar pesona. Move on ajalah sama si Ghesi. Dia udah balikan sama Hega juga."

"Gak usah sebut-sebut nama itu," tukas Kenzi datar. Dia membuka tutup botol miliknya kemudian meminum sedikit lalu digunakan untuk mengguyur wajah.

"Ih, Kenzi jijik." Dara bergidik geli.

"Apa lo? Jauh-jauh sana!" usir Kenzi membuat Dara tertawa kecil.

Jika kalian bertanya siapa Ghesi? Yap, dia adalah mantan Kenzi ketika kelas sepuluh SMA. Mereka putus karena Kenzi mendapati gadis itu tengah di club bersama Hega, sahabat karibnya. Bukan sekedar minum bareng. Namun, kedua bibir itu saling menempel.

Kenzi tidak ingin beradu fisik saat itu. Dia memilih pergi dan besoknya mengatakan putus ke Ghesi tanpa penolakan. Gadis itu menerima saja dan beberapa hari kemudian dia pacaran dengan Hega. Tidak ada yang dapat Kenzi lakukan selain berpura-pura menerima agar hubungan persahabatan itu tak luntur.

Kabar terbarunya, Ghesi pernah meminta putus pada Hega karena cowok tersebut yang amat kasar dan posesif. Hal itu diketahui Kenzi. Semula tak ingin ikut campur, tetapi ketika melihat langsung bagaimana Hega memperlakukan Ghesi layaknya peliharaan membuat Kenzi tak terima.

Dua cowok itu sempat bertengkar di pinggir jalan. Namun, akhirnya Hega memilih pergi dan perkelahian itu berakhir. Kenzi pun hanya menghela napas berat kala itu. Tidak ingin mengejar Hega. Lagi, mereka tak pernah bertegur sapa setelahnya. Bahkan hingga saat ini. Hega pun menjauh dan sahabat-sahabat yang lain berpihak pada Kenzi.

"Lo gak suka, ya, sama gue? Ya, iyalah, Dara. Kalo suka entar Elang cemburu," ujar Dara kemudian tersenyum manis ke arah Elang. Semakin mengeratkan pelukan tangannya.

Rasanya, Kenzi ingin muntah. Kisah asmara sahabatnya yang satu itu sungguh tak bisa di tebak. Semula si gadis menggilai Elang mati-matian, tetapi tak berani menembak duluan dan si cowok yang tidak menolak selalu diusik. Mereka berujung dijodohkan dan setelah lulus langsung saja ke pelaminan.

Kenzi tidak ingin seperti mereka. Dia butuh pasangan yang memang benar-benar dia sukai. Bahkan, cowok itu ragu apakah Elang sudah menaruh rasa untuk istrinya atau belum. Semoga saja sudah. Kenzi tak ingin mendengar masalah rumit rumah tangga.

"Cewek tadi gimana, Ken? Cantik? Sayangnya, kurang bohay." Marco menaik-turunkan alis seraya menyenggol lengan Kenzi yang menumpu di atas kaki.

"Kerjaan lo cari yang model begituan doang." Aryan, cowok paling singkat ketika berbicara itu menimpali. Oh, ralat, bukan hanya singkat, tetapi juga bisa menusuk.

"Masih baik, lebih baik dari Ghesi." Perkataan Kenzi mendatangkan tawa kecil dari sahabat-sahabat termasuk Dara.

Cowok tersebut berdiri dari duduknya. Menyambar tas punggung juga air mineral yang belum habis tadi. Kenzi ingin mencari di mana kunci motornya hilang lagi. Iya, dia harus menyusuri tempat yang dilaluinya kemarin. Meskipun kecil kemungkinan akan dia dapat kembali.

"Oi! Ke mana lo?" tanya Brandon begitu melihat Kenzi yang melangkah pergi.

"Cari cewek tadi sekalian mahar! Besok langsung halalin! Tunggu undangan gue, ye, Guys!" jawab Kenzi seraya melambaikan tangan pada orang-orang di belakang sana.

***

Nada mendengkus kesal karena dia gagal menemukan si pemilik benda yang ditemukannya pada sebuah koridor apartemen. Gadis itu menghela napas lesu seraya memerhatikan laju kendaraan yang tak kunjung ada jeda.

Sudah dibuat kesal karena bertemu cowok gila di lapangan kampus tadi juga kertas manila yang akan dia jadikan alas design itu kotor dan tak berbentuk. Nada tidak meminta di ganti karena harga barang ini bisa di jangkau siapa saja.

Sempat terjadi perdebatan karena cowok tadi yang menyalahkannya. Padahal, sudah jelas-jelas dia berjalan di pinggir dan bola basket yang dilempar cowok itu justru mengenai barang-barang miliknya. Namun, tidak apa. Nada bukan pendendam.

Di halte bus ini, dia duduk sendirian. Mobilnya ada, tetapi entah mengapa Nada lebih suka jalan kaki. Menurutnya, baik untuk kesehatan. Toh, kampus tak begitu jauh dari rumahnya. Jika mempunyai sepeda, dia akan memilih itu daripada mobil.

Bus berhenti membuat Nada segera memasuki kendaraan umum itu. Duduk di bangku paling belakang lalu disusul oleh beberapa orang lagi. Tali sepatu nya tiba-tiba terlepas membuat Nada menunduk.

Sial, sewaktu dia bangkit justru netranya bertemu dengan orang yang sejenak singgah di pikirannya. Iya, cowok yang memakinya ada di depan gadis itu. Nada berdecak sebal lalu berpura-pura tak pernah bertemu.

"Dosa apa gue ketemu lo lagi," ujarnya kemudian berjalan ke area bangku depan.

Nada hanya menyudutkan bibir. Tidak ingin mengeluarkan perkataan yang ingin sekali dia lontarkan. Jika saja tidak ramai, mungkin akan menghampiri cowok itu lalu berucap bahwa pertemuan itu adalah penyesalan terbesarnya.

Namun, ingat bahwa ini tempat umum. Nada juga masih memiliki cukup banyak rasa malu. memilih memikirkan hal lain.