webnovel

Kelas Itaewon

Itaewon Class menceritakan tetang mantan terpidana Park Sae-roy yang hidupnya telah terbalik setelah ia dikeluarkan dari sekolah karena meninju perundung, dan ayahnya terbunuh dalam suatu kecelakaan. Mengikuti langkah-langkah ayahnya, ia membuka restoran bar DanBam di Itaewon dan bersama dengan manajer dan stafnya, berusaha keras menuju kesuksesan dan mencapai tingkat yang lebih tinggi.

Shinta123 · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Chapter 5

"Aku ingin bekerja di sini," ujar Yi Seo berapi-api dan penuh semangat. Senyum lebar tersungging di bibirnya.

Park Sae Ro Yi tetap tenang. Dia berterimakasih atas niat Yi Seo mau bekerja di tempatnya, sayangnya dia sudah mendapatkan pekerja baru. Senyum Yi Seo langsung menghilang berganti dengan ekspresi terkejut dan bingung.

Pas sekali, pekerja baru di DanBam keluar dari dalam kedai. Dia adalah Jang Geun Soo. Yi Seo tambah bingung. Sae Ro Yi memberitahu kalau Geun Soo bekerja di DanBam mulai sekarang. Geun Soo tersenyum senang.

Flashback

11 tahun yang lalu,

Ingat mengenai Geun Won yang di hajar oleh Park Sae Ro Yi di hari pertama Sae Ro Yi bersekolah (episode 01)? Dengan wajah babak belur usai di hajar Sae Ro Yi, Geun Won pulang ke rumah. Dan dia melampiaskan amarah dan kekesalannya dengan menampar Geun Soo yang masih kecil hingga sudut bibir Geun Soo berdarah.

Kakakku pulang dari sekolah dengan muka babak belur. Dan akulah yang menjadi pelampiasannya.

Tidak hanya menampar wajah Geun Soo, dia juga mendorong badan Geun Soo hingga terjatuh. Geun Soo tidak bisa berdaya.

Aku adalah anak seorang gundik.

Presdir Jang yang baru pulang, melihat sudut bibir Geun Soo yang berdarah. Dia menanyakan kenapa bisa begitu? Dan saat sekretaris Kim menjawab kalau Geun Won yang melakukannya, Presdir Jang langsung tidak peduli dan pergi begitu saja.

Anak yang lahir karena kesalahan.

Ibu Geun Soo terlihat khawatir melihat bibir Geun Soo yang memar dan berdarah. Namun, saat Geun Soo memberitahu kalau Geun Won yang memukulinya, ibu langsung tidak khawatir lagi. Sebaliknya, dia malah menasehati Geun Soo untuk tidak bertengkar dengan Geun Won dan akurlah dengannya. Usai mengatakan itu, ibu langsung pergi terburu-buru untuk berbelanja barang branded yang baru keluar.

Aku… terlahir tidak di cintai oleh siapapun. Tujuh belas tahun berlalu seperti itu.

--

Hingga Geun Soo menjadi cukup besar untuk tinggal seorang diri, Geun Soo meminta izin agar Presdir Jang membiarkannya SMA di Seoul. Sendirian. Saat itu, Presdir Jang sedang menulis kaligrafi sebuah peribahasa : "Yang Kuat Memangsa Yang Lemah."

Presdir Jang menjelaskan mengenai peribahasa itu pada Geun Soo. Itu adalah peribahasa yang paling di sukainya. Presdir Jang kemudian bertanya, apa Geun Soo tidak suka tinggal di sini? Geun Soo menjawab kalau dia mendapat makanan hingga kenyang dan bisa tidur dengan nyaman, jadi mana mungkin dia tidak suka? Presdir Jang bertanya serius, jadi, apa alasan Geun Soo ingin keluar dari Jangga?

"Ayah. Tidak ada orang di rumah ini yang membutuhkanku, dan aku pun merasa begitu."

"Kau terlahir sebagai anak gundik. Kau tak punya kemampuan dan muda. Cara orang lemah bertahan hidup adalah mengandalkan orang kuat."

"Kenapa Ayah tak piara anjing saja?" balas Geun Soo, tanpa rasa takut sedikitpun.

"Anak kurang ajar," marah Presdir Jang. "Ayah takkan bicara lagi. Terserah kau."

Ketika kau tak berharap, kau tidak akan kecewa. Jika bisa keluar rumah ini, ...di mana pun aku merasa bebas.

Dan dengan begitu, Geun Soo pergi ke Seoul dan tinggal seorang diri di Goshiwon Bogwang. Dia juga bekerja paruh waktu di restoran-restoran untuk mendapatkan uang sekolah dan biaya hidup.

Aku hidup dengan baik. Tanpa bantuan siapa pun. Hanya diriku sendiri.

Namun, kehangatan dan belaian yang Park Sae Ro Yi berikan padanya saat mereka berada di kantor polisi, telah menyentuh hati Geun Soo. Dan karena itu, Geun Soo menemui Park Sae Ro Yi dan melamar pekerjaan.

Rasanya ini kali pertama aku bertemu dengan orang dewasa sungguhan. Orang yang terkena masalah karena diriku. Bagaimana dia bisa begitu?

Park Sae Ro Yi tidak langsung menerima Geun Soo. Dia menanyakan alasan Geun Soo ingin bekerja di tempatnya.

Walau baru sekali bertemu, itu cukup bagiku. Orang yang ingin ku andalkan.

Dan dengan jujur, Geun Soo menjawab kalau dia butuh uang jajan.

Aku tak ingin diam saja ketika telah merugikannya.

"Bekerjalah kalau begitu," ujar Park Sae Ro Yi, menerima Geun Soo.

End

Choi Seung Kwon dan Ma Hyun Yi datang bersama ke DanBam. Begitu melihat Geun Soo dan Yi Seo yang ada di depan kedai dan berbincang dengan Park Sae Ro Yi, Seung Kwon langsung marah karena mereka begitu berani datang lagi setelah membuat DanBam harus tutup selama 2 bulan. Geun Soo dengan sopan menundukan kepala dan memberi salam. Park Sae Ro Yi dengan santai, memberitahu Seung Kwon kalau Geun Soo akan bekerja di DanBam mulai sekarang.

Hyun Yi senang mendengarnya. Menurutnya, pria tampan seperti Geun Soo akan menghidupkan suasana. Seung Kwon tersinggung karena Hyun Yi bicara seperti itu sambil melihat wajahnya, apa dia jelek? Hyun Yi malah mengiyakan. Yi Seo bahkan berujar kalau dia setuju dengan Hyun Yi.

"Geun Soo bisa jadi pekerja paruh waktu. Aku jadi manajer," tambah Yi Seo.

Geun Soo saja kaget mendengar ucapan Yi Seo. Seung Kwon semakin emosi sampai berteriak marah. Sae Ro Yi memandangnya tanpa ekspresi.

--

Akhirnya, semua nya masuk ke dalam DanBam untuk berbincang. Sae Ro Yi menjelaskan kalau kedainya tidak besar dan dia juga selalu ada di sini, jadi mereka tidak memerlukan manajer. Yi Seo mengingatkan kalau Sae Ro Yi kurang berpengalaman jadi butuh seorang manajer. Seung Kwon berteriak marah hingga Sae Ro Yi harus menegurnya untuk tetap tenang.

"Kenapa kau berkata seperti itu? Maksudmu, tentang pemasaran?" tanya Sae Ro Yi.

Yi Seo malah meminta Seung Kwon (dia memanggilnya dengan sebutan "Paman Muka Seram") untuk membawakan makanan kecil yang ada di DanBam. Dia akan menjelaskan alasan kenapa mereka membutuhkannya. Seung Kwon marah sampai memukul meja, tapi Sae Ro Yi menyuruhnya untuk melakukan apa yang Yi Seo bilang karena dia juga penasaran. Akhirnya, Seung Kwon menurut. Yi Seo juga meminta Seung Kwon untuk melayaninya seperti tamu. Seung Kwon berusaha keras menahan amarahnya.

Seung Kwon ke dapur. Dia keluar dengan membawa semangkuk sup makanan. Tapi, dia membawanya, tidak dengan memegang tepian panci yang ada pegangannya, melainkah pinggiran panci hingga jarinya mengenai sedikit kuah makanan.

"Berhenti. Ada kesalahan di sini. Kalian tahu apa itu?" tanya Yi Seo.

Sae Ro Yi memperhatikan dengan seksama. Hyun Yi dan Geun Soo juga mencoba berpikir. Akhirnya, Sae Ro Yi menjawab dengan ragu, apa wajah Seung Kwon yang salah? Hyun Yi langsung tertawa ngakak sementara Seung Kwon tersinggung.

"Bukan itu, tapi tanganmu ini. Tangan kotor ini, yang kita tak tahu sudah digunakan untuk apa sebelumnya. Kau tak boleh menaruh jari dalam mangkuk seperti itu. Aturan dasar pertama. Saat hidangkan makanan ke tamu, pegang bagian luar seperti ini," jelas Yi Seo dan bahkan memberikan contoh cara memegang panci makanan yang benar.

Semua diam, karna apa yang Yi Seo katakan memang masuk akal.

Yi Seo lanjut dengan melihat buku menu DanBam yang sangat monoton. Dia menghela nafas. Dan kemudian bertanya, apa menu spesial di sini? Semua kesulitan menjawab. Akhirnya, Sae Ro Yi menjawab semua menu di buat dengan tulus, jadi tidak ada yang spesial.

"Berantakan sekali. Entah harus pesan apa," komentar Yi Seo.

Yi Seo kemudian menyalakan kamera ponselnya dan mencoba melakukan selfie, tapi dia tidak menemukan spot foto yang unik dan cantik.

"Kedai ini tidak ada konsepnya sama sekali. Lampunya pun terlalu terang. Bagaimana bisa kedai gunakan lampu seperti ini? Coba buat makanan populer di menu."

Sae Ro Yi memberi tanda pada Hyun Yi dan Hyun Yi akhirnya pergi ke dapur dan memasak. Dia membuatkan dakttongjip. Yi Seo segera memotret foto itu dan menunjukkannya pada yang lain. Makanan itu tidak terlihat enak.

"Tidak ada yang spesial dan tidak terlihat cantik. Aku takkan makan di sini meski rumahku dekat. Siapa yang datang ke Itaewon untuk makan ini?" komentar Yi Seo. Dia kemudian mencoba memakan sesuap. "Kenapa rasanya seperti ini? Aku ingin berkumur dengan soju."

Akhirnya, mereka mengikuti arahan dari Yi Seo. Yi Seo menyuruh mereka untuk menggeser meja dan kursi agar ada jalan untuk orang berlalu lalang.

"Pikirkan baik-baik," ujar Yi Seo serius pada Sae Ro Yi. "Aku seperti Zhuge Liang. Aku Merlin dan Rayleigh. Aku orang yang kau butuhkan di jalanmu. Tanpa diundang, aku datang sendiri ke tempat ini. "Aku sudah bekerja dengan baik. Dia hanya gadis berumur 20 tahun." Bila kau masih merasa tak butuh aku, tak masalah. Aku juga tak mau bekerja dengan orang bodoh seperti itu. Bagaimana? Kau masih tak butuh aku?" tanyanya, menantang.

"Baiklah," jawab Sae Ro Yi, tenang. "Kau bisa membantuku. Pekerja di kedai ini, termasuk Geun-soo, ada empat orang. Ini sudah sesuai dengan biaya pengelolaan. Kau memang sangat hebat, tapi menambah pekerja sebenarnya tekanan untukku. Aku tak bisa membayarmu."

"Tunggu, jika kau anggap aku membantu dan hebat, solusinya mudah. Kau bisa pecat dia atau…"

"Hanya untuk mempekerjakanmu, aku harus memecat orang lain? Aku tak bisa," tegas Sae Ro Yi. "Apa alasanmu ingin kerja di sini?"

"Naluriku."

"Naluri?"

"Aku merasa layak mempertaruhkan hidupku demi kau. Naluriku bilang begitu."

Sae Ro Yi diam memikirkannya. Dia sedikit tersenyum, "Terdengar menarik. Dengar, Semuanya. Mulai sekarang, anak ini, Jo Yi-seo, adalah manajer DanBam. Beri selamat," umumkan Sae Ro Yi.

Hyun Yi yang pertama kali bertepuk tangan. Dia sampa memaksa Seung Kwon untuk bertepuk tangan juga memberi selamat.

--

Esok hari,

Perusahaan Jangga,

Sekretaris Kim memberikan laporan daftar pemegang saham Jangga. Posisi pertama masih di pegang oleh presdir Jang dengan jumlah saham 30,258 %. Di posisi kedua adalah Direktur Kang Min Jung sebesar 7.9128 %, naik 1,2 % karena dir. Kang membeli saham. Presdir Jang tampak khawatir. Dia menanyakan pada sekr. Kim berapa total jumlah saham dir. Kang jika di tambahkan dengan para pendukung dir Kang (yang mau membelot darinya). Sekr. Kim menjawab totalnya akan melebihi 25%.

Presdir Jang semakin khawatir.

--

Presdir Jang menemui dir. Kang dan menanyakan hal itu. dir. Kang dengan santai menjawab kalau perusahaan mereka yang terbaik di industri makanan, dan dia tidak mempunyai niat lain. Presdir Jang tetap menganggap dir. Kang terlalu berlebihan dengan membeli saham Jangga. Dir. Kang beralasan kalau dia mengenal seorang manajer dana, jadi belakangan ini dia bermain saham. Dia masih bisa di kendalikan.

"Kau tak punya niat terselubung?" tanya Presdir Jang.

"Seperti apa?" tanya Dir. Kang, balik.

--

DanBam mulai melakukan perubahan pada kedainya. Mereka membongkar triplek yang ada di dalam kedai untuk pembatas dengan gudang. Yi Seo yang menyuruhnya. Itu karena kedai DanBam sempit, jadi mereka harus melakukan seperti ini dan sekarang kedai masih bisa menambah 2 meja lagi.

Yi Seo kemudian memeriksa isi kulkas. Hyun Yi sudah gugup duluan dan memberitahu kalau dia sudah membereskan isi kulkas kemarin. Yi Seo membetiahu kalau mereka tidak memerlukan banyak menu. Pilih satu menu andalan dan gunakan dua atau tiga bahan yang mirip untuk mengurangi kerugian.

"Di mana kau belajar memasak?" tanya Yi Seo.

"Aku tak belajar di mana-mana."

"Terlihat begitu," komentar Yi Seo. "Beri tahu aku saat menunya siap."

--

Mereka lanjut memperbaiki interior DanBam. Mereka membuatnya tampak semakin aesthetic. Yi Seo yang mengatur semua itu.

"Kita selesai lebih cepat dari yang kukira," komentar Yi Seo.

"Hyung (Sae Ro Yi) selesaikan semuanya tadi malam," beritahu Geun Soo.

"Benarkah? Maka, dia mungkin masih tidur. Pukul berapa dia datang?"

"Tidak, dia sudah datang dari tadi."

"Di mana dia?"

Sae Ro Yi sedari tadi ada di atap, memperbaiki hiasan di sana. Yi Seo jelas terkejut melihatnya dan bertanya apa Sae Ro Yi tidak tidur? Sae Ro Yi membereskan interior tadi malam dan siang hari ini, Sae Ro Yi di atap. Apa Sae Ro Yi ingin pingsan lagi?

"Aku tak bisa tidur," jawab Sae Ro Yi.

Yi Seo jadi teringat ucapan Sae Ro Yi padanya saat mabuk kemarin dulu, bilang kalau dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena rindu, kesepian dan penuh amarah. Dan karena itu, Yi Seo tidak bertanya lagi dan membantu mengatur interior di atap.

DanBam akan buka lagi besok. Yi Seo bertanya tiba-tiba, bagaimana caranya agar Sae Ro Yi bisa tidur nyenyak di malam hari? Sae Ro Yi tidak mengerti maksud perkataan Yi Seo.

"Aku hanya ingin kau tidur dengan nyenyak," jawab Yi Seo.

"Tak usah cemaskan itu."

Yi Seo diam saja memperhatikan Sae Ro Yi.

--

Di depan kedai DanBam sudah di pasang kertas pengumuman, demikian : "OPEN D-1 : "Nantikan DanBam yang baru dan lebih baik."

Sae Ro Yi ada di dalam kedai, sendirian. Dia minum soju. Dia juga melihat harga saham Jangga yang terus naik dan juga melihat jam di tangannya. Apa yang sudah di rencanakan oleh Sae Ro Yi?

--

Perusahaan Jangga,

Presdir Jang memanggil Geun Won ke ruangannya. Begitu Geun Won tiba, sek. Kim langsung menunjukan sebuah dokumen. Dokumen itu berisi biodata dan informasi mengenai seorang wanita Seo Jeong In yang adalah putri dari Jea Foods.

Jelas, Presdir Jang ingin menjodohkan Geun Won dengan Seo Jeong In, di tambah lagi usia Geun Won sudah 30 tahun. Geun Won langsung bilang kalau dia ingin nikah karena cinta. Mendengar itu, Presdir Jang langsung marah dan menyebut Geun Won yang sudah kehilangan akal.

"Kau tak mau perusahaan ini? Kau kira perusahaan ini otomatis milikmu setelah ayah mati?"

"Keduanya tak berhubungan, Ayah."

"Apa kau tahu apa yang terjadi di dalam perusahaan sekarang? Pembuat onar sepertimu. Apa yang bisa dilihat darimu? Kau setidaknya harus menjadi menantu Jea Foods."

"Tapi Ayah..."

"Diam. Lakukan saja yang ayah suruh. Keluar!"

Geun Won tidak beran membantah lagi dan langsung keluar dari ruangan.

Setelah Geun Won keluar, Presdir Jang langsung menggerutu kesal karena Geun Won masih saja kekanak-kanakan. Sek. Kim memberitahu suatu hal. Dia sudah memperhatikan Geun Won sejak lama, dan sepertinya Geun Won menyukai manajer Oh Soo Ah. Presdir Jang tampak terkejut dan jadi memikirkan sesuatu.

--

Yi Seo berangkat ke DanBam sambil memakai masker. Dalam perjalanan, dia berpas-pasan dengan Geun Soo. Geun Soo heran melihat Yi Seo yang memakai masker, apa dia sakit? Yi Seo langsung memberikan sebuah masker lain untuk Geun Soo dan memberitahu kalau hari ini ada banyak debu.

Geun Soo kemudian bertanya kenapa Yi Seo pergi begitu cepat ke DanBam padahal waktu buka kedai masih lama. Yi Seo menjawab kalau ini adalah hari pertama buka, jadi ada banyak hal yang harus di cek-nya.

"Tapi ibumu tak berkata apa pun?" tanya Geun Soo.

"Tentang apa?"

"Kau yang bekerja alih-alih kuliah. Dengan karakter ibumu, dia pasti akan sangat marah."

"Tak usah hiraukan urusan keluarga orang lain," peringati Yi Seo.

"Sebenarnya aku juga penasaran. Kau dapat banyak uang dari menulis blog. Kenapa kau tak kuliah dan memilih bekerja?"

"Kau juga. Kenapa kau di DanBam?" tanya Yi Seo, balik.

"Karena aku tak ingin punya utang dengan Saeroyi."

Yi Seo menatapnya dan ingat mengenai Geun Won yang bilang kalau ayah Sae Ro Yi mati karenanya. Mengingat itu, Yi Seo tertawa kecil karena Geun Won adalah kakak dari Geun Soo. "Apa kau tahu hubungan kakakmu dengan Bos?"

"Apa? Apa kau tahu sesuatu?" tanya Geun Soo, bingung dan jadi penasaran.

"Lupakan. Urusan keluargamu bukan urusanku juga."

"Bagaimana bisa aku tetap berada di bawah bayangan mereka? Tunggu, jika kupikir ini aneh juga. Kenapa Saeroyi hyung menjadikanmu manajer?" tanya Geun Soo, kepo.

--

Dan apa yang menjadi pertanyaan Geun Soo, juga menjadi pertanyaan Hyun Yi dan Seung Kwon. Mereka menanyakannya langsung pada Sae Ro Yi, mumpung mereka tiba duluan di banding yang lain. Dan Sae Ro Yi menjawab kalau dia menjadikan Yi Seo menjadi manager dan memperkerjakannya adalah karena naluri.

Seung Kwon tidak percaya dengan jawaban Sae Ro Yi yang memperkerjakan seseorang hanya dengan naluri. Sae Ro Yi menjelaskan kalau nalurinya berkata kalau ini adalah investasi yang bagus. Hyun Yi berkomenter kalau Sae Ro Yi memang terkadang agak aneh.

"Bagaimana bekerja dengannya?"

"Dia memang tidak sopan, tapi dia bekerja dengan keras dan baik," jawab Seung Kwon.

"Benar. Tapi sepertinya dia tak terlalu suka denganku," komentar Hyun Yi.

"Benar, dia membencimu karena kalian sama. Kau sama menyebalkannya," balas Seung Kwon.

Pas sekali Yi Seo dan Geun Soo tiba. Karena semua sudah tiba, Sae Ro Yi mengajak semuanya untuk bersiap. Yi Seo meminta izin untuk melakukan sesuatu sebelum mereka mulai. Dia mengajak semuanya untuk menyatukan tangan dan meneriakan kata semangat.

Semua melakukannya.

"Kalian semua telah bekerja keras. Tentu kalian tak percaya dengan perkataan gadis 20 tahun. Tapi kalian bertahan dan ikuti semuanya. Aku yakin, kita pasti akan dapat hasilnya. Sekarang, kita akan kuasai Itaewon. Tangan ke atas. DanBam!" ujar Yi Seo.

"Semangat!!!" teriak semuanya kompak, bersemangat.

Dan Yi Seo mengupload mengenai semua mengenai DanBam di SNS-nya. Semua itu menarik perhatian pada followers-nya. Ada yang tertarik karena melihat interior, karena wajah tampan Geun Soo, dan karena ingin bertemu dengan Yi Seo.

Dalam sekejap, DanBam menjadi ramai. Para pengunjung sampai mengantri untuk bisa masuk ke dalam-nya. Semua sibuk dengan bagian pekerjaan mereka masing-masing. Hyun Yi memasak, Geun Soo dan Seung Kwon melayani pelanggan, Yi Seo mengawasi dan menganalisa dan Sae Ro Yi menjadi kasir.

Soo Ah yang ada di luar DanBam, cukup kaget melihat DanBam yang tiba-tiba menjadi ramai.

--

Setelah toko tutup, mereka mulai menghitung jumlah pendapatan mereka hari ini. Geun Soo juga memberitahu kalau kedai mereka ramai karena Yi Seo mempromosikan kedai mereka di blog dan media sosialnya. Jumlah pendapatan mereka hari ini adalah 3.200.000 won. Seung Kwon kaget karena mereka bisa mendapatkan jumlah sebanyak itu padahal hari ini adalah hari libur. Sae Ro Yi membenarkan dan juga ini adalah pendapatan terbesar mereka selama ini.

"Ini hanya efek awal. Promosi seperti itu tak akan bertahan lama. Sekarang kita harus mengambil hati mereka agar kembali lagi," ujar Yi Seo.

"Bagaimana caranya?" tanya Sae Ro Yi.

"Entahlah."

--

Esok hari,

Kedai Jangga,

Presdir Jang datang ke kedai cabang Itaewon untuk inspeksi. Dia mencoba masakan koki di sana dan memuji rasanya yang enak dan sesuai dengan standar Jangga. Soo A tersenyum senang mendengar komentar presdir Jang. Penanggung jawab toko juga senang dan berkata kalau itu semua berkat resep Presdir Jang juga.

Soo Ah hendak menunjukkan laporan keuangan kedai juga, tapi Presdir Jang ternyata sudah mendapatkan laporannya. Dia memuji bahwa sejak Soo A ada di sini, kedai ini menjadi lebih baik.

"Terimakasih. Tapi, kenapa kau datang pada jam ini?" tanya Soo A, penasaran.

"Apa kau punya waktu sebentar."

--

Soo Ah berjalan bersama Presdir Jang di sekitar Itaewon. Presdir Jang memberitahu kalau dia sedang mencari jodoh untuk Geun Won. Dan sepertinya, Geun Won menyukai Soo Ah. Melihat reaksi Soo Ah, Presdir Jang bisa tahu kalau cinta Geun Won bertepuk sebelah tangan.

"Kau salah paham, pak," ujar Soo Ah, cepat.

"Kau tahu apa yang menarik? Bila kau suka dengannya, aku tidak akan menentang kalian. Tak usah kau hiraukan. Orang tua ini tak akan mengurusi kisah cinta kalian, orang muda. Aku hanya beri tahu bahwa aku menerimamu. Kau sepertinya bingung antara aku dan Direktur Kang."

"Aku hanya seorang karyawan biasa."

"Benar. Aku selalu puas dengan itu, tapi aku benci kalah, jadi, itu membuatku kecewa."

"Apa?" bingung Soo Ah.

"Bukankah kau kuanggap sebagai keluarga? Kau tidak seharusnya netral. Kau harus memihakku," ujar Presdir Jang.

"Tentu, Pak."

"Sepertinya sejak kau kecil, kau tak pernah bicara menyebalkan. Cobalah buktikan dengan perbuatan, bukan dengan perkataan saja."

Soo Ah tidak mengerti maksud perkataan Presdir Jang. Apa maksudnya dengan 'perbuatan'? Presdir Jang langsung menunjuk ke kedai DanBam yang di penuhi pengunjung. Dia tahu itu adalah kedai Park Sae Ro Yi. Padahal kedai itu terkena sanksi kemarin, tapi kedai itu masih tetap berjalan tanpa ada masalah.

"Dia masih dalam tahap pembukaan. Kau tak perlu khawatir dengannya," ujar Soo Ah.

"Kau sungguh berpikir begitu? Bukan karena dia temanmu dan kau melindunginya?" tanya Presdir Jang, balik. Mengintimidasi.

Soo Ah sampai terdiam terkejut. Tidak mampu bicara lagi.

--

Sae Ro Yi dan Yi Seo jalan bersama ke kedai DanBam. Sambil jalan, Yi Seo memberitahu pendapatnya mengenai toko-toko yang kebanyakan tutup menjelang kereta terakhir karena tidak ada banyak orang. Namun, tentu ada saja orang yang lewat dan mereka bisa saja menggaet orang yang baru pulang kerja. Jadi, bagaimana kalau mereka buka sampai kereta kembali beroperasi?

Sae Ro Yi cukup tertarik mendengar ide dari Yi Seo. Tapi, perhatian-nya teralih karena mereka berpas-pasan dengan Soo Ah. Melihat Sae Ro Yi, Soo Ah malah berjalan cepat seolah menghindar. Sae Ro Yi malah menghentikannya dan mengajak Soo Ah berbincang dan bertanya kenapa Soo A tidak mengangkat teleponnya? Tanpa terduga, Soo Ah menjawab kalau dia memang sengaja tidak menjawabnya. Jangan telepon lagi.

Sae Ro Yi terkejut mendengar ucapan Soo Ah. Yi Seo diam saja memperhatikan.

--

DanBam buka.

Hari ini, Sae Ro Yi yang bertugas untuk memasak karena Hyun Yi mengambil cuti.

Setelah kedai tutup, mereka kembali menghitung pendapatan mereka. 2.500.000 won, menurun jika di bandingkan hari kemarin. Geun Soo berkomentar kalau pendapatan mereka menurun. Seung Kwon malah tetap optimis karena ini adalah hari kerja dan jumlah segitu juga sudah menganggumkan. Dulu, saat akhir pekan saja mereka tidak bisa dapat sampai satu juta won.

Geun Soo memuji Sae Ro Yi yang hebat karena bisa mengurus dapur saat Hyun Yi sedang libur. Seung Kwon membenarkan dan memuji Sae Ro Yi yang pintar memasak. Sae Ro yi juga membuatkan makanan untuk mereka makan bersama. Mereka mencobanya dan memuji rasanya yang sangat enak.

Yi Seo jadi penasaran. Dia menanyakan bagaimana cara Sae Ro Yi bisa memilih Hyun Yi menjadi kepala dapur?

"Dahulu kami bekerja di satu pabrik yang sama," jawab Sae Ro Yi.

"Apa? Aku baru pertama kali dengar. Dia bukan seorang koki?" kaget Seung Kwon.

"Kenapa kau taruh dia di dapur bila dia bukan seorang koki?" tanya Yi Seo.

"Karena bekal yang dia buat dahulu terasa enak untukku," jawab Sae Ro Yi.

Yi Seo tampaknya memikirkan sesuatu.

--

Geun Soo, Yi Seo dan Seung Kwon duduk bersama di halte bus. Karena bus masih belum beroperasi dan mereka masih harus menunggu beberapa jam lagi, Geun Soo mengajak untuk pergi ke kelab. Wkwkwkw, Seung Kwon langsung tertarik. Dia belum pernah ke kelab.

Yi Seo langsung mengajarkan segala sesuatu mengenai kelab kepada Seung Kwon. Seperti cara menari hingga mendapatkan pasangan saat menari. Seung Kwon sangat bersemangat mendengarnya dan antusias.

Saking antusias-nya, Seung Kwon langsung mengajak mereka ke kelab sekarang juga. Dia yang traktir! Hahahaha dan memang itu rencana Yi Seo.

--

Di kelab,

Seung Kwon merasa terkejut melihat harga alkohol yang mahal. Yi Seo malah bilang kalau itu harga standar di hari kerja, kalau akhir pekan, harga bisa naik sampai 2 kali lipat. Geun Soo tidak tega dan berniat bantu bayar. Seung Kwon menolak karena dia lebih tua, dia yang akan bayar semuanya.

Seung Kwon kemudian turun ke lantai dansa. Dia hendak mempraktikan nasehat Yi Seo untuk mendapatkan pasangan. Dan karena itu, dia mulai mendekati seorang wanita seksi berambut panjang. Wanita itu akhirnya berbalik dan melihat wajah Seung Kwon. Seung Kwon tersenyum, dan tampak mengerikan.

Dan wanita itu ternyata adalah Hyun Yi!

"Apa yang kau lakukan?" tanya Hyun Yi. "Choi Seung Kwon. Apa yang kau lakukan?"

"Kau kenal aku? Bagaimana kau bisa kenal aku? Aku ingin tahu tentang dirimu."

Hyun Yi mendekat. Membuat Seung Kwon sampai berjalan mundur.

Geun Soo yang melihat dari meja, terkejut. Dia mengenali wanita yang di dekati oleh Seung Kwon adalah Hyun Yi.

"Ma Hyun Yi!" seru Seung Kwon kaget, begitu mengenali wajah Hyun Yi.

Mereka akhirnya duduk bersama di meja. Seung Kwon marah karena Hyun Yi menyembunyikan ini dari mereka. Hyun Yi bilang kalau dia tidak menyembunyikannya dan bos mereka (Sae Ro Yi) juga tahu.

"Dia tahu… kau melakukan operasi?" tanya Geun Soo, gugup dan segan.

"Belum. Aku harus menabung untuk itu," jawab Hyun Yi.

Seung Kwon makin speechless. Yi Seo juga berkata kalau ada banyak café transgender di Itaewon, tapi kenapa Hyun Yi ke kelab ini?

"Karena aku ingin ke sini," jawab Hyun Yi, santai. "Yi-seo, ternyata kau berpikiran sempit," komentar Hyun Yi lagi. "Aku sedih kalian cari meja di sini tanpa aku. Apa ada hal baik hari ini?"

Semua diam. Tidak ada jawaban sama sekali.

"Sepertinya kalian canggung karenaku. Aku tak akan ganggu," ujar Hyun Yi, sadar. Dia bahkan langsung pergi.

Geun Soo merasa tidak enak jadinya. Tapi, Yi Seo jadi tampak lebih memikirkan sesuatu.

--

Sementara itu, para mantan teman SMA Yi Seo, sibuk men-stalk ig Yi Seo. Dari ig tersebut, mereka jadi tahu kalau Yi Seo kerja di DanBam. Mereka kesal melihat ekspresi bahagia Yi Seo. Guk Bok Hee (di episode 03, yang membully dan menjadi viral karena postingan Yi Seo) marah melihat itu karena gara-gara Yi Seo dia jadi tidak bisa lulus. Dia merasa hidupnya hancur karena Yi Seo.

--

DanBam kembali buka. Masih ada banyak pelanggan tapi tidak sebanyak kemarin. Salah satu pelanggan memanggil Yi Seo dan protes karena menemukan rambut di makanan mereka. Yi Seo meminta maaf dengan sangat dan segera mengganti makanan dengan yang baru.

Salah satu pelanggan menekan bel. Dia meminta di bawakan garam karena jjigae –nya terasa hambar. Yi Seo mendengar semua keluhan para pelanggan tersebut.

Dengan marah, Yi Seo langsung masuk ke dapur dan memarahi Hyun Yi. Dia menunjukkan rambut yang di temukan di makanan pelanggan dan juga marah karena Hyun Yi tidak mencoba makanan-nya sebelum di berikan ke tamu?! Dia menyebut Hyun Yi yang hanya santai dan dengan mudahnya mendapatkan gaji! Jika tidak ada keterampilan, berhenti saja dari sini! Kau bahkan tidak bisa memasak dengan benar, untuk apa tetap bekerja di sini!

Untungnya, Sae Ro Yi mendengar suara marah Yi Seo kepada Hyun Yi. Dia segera ke dapur dan bertanya ada masalah apa? Hyun Yi hanya diam, merasa bersalah. Yi Seo masih emosi, tidak menjawab apapun dan langsung keluar.

--

DanBam sudah tutup.

Hyun Yi tampaknya benar-benar terpukul. Dia sibuk mencuci piring dan tampak berusaha untuk tetap tenang.

Sementara itu, Sae Ro Yi mengajak Yi Seo bicara berdua. Seung Kwon dan Geun Soo juga ada di sana. Sae Ro Yi benar-benar sudah tahu kalau Hyun Yi adalah transgender sejak mereka masih bekerja bersama di pabrik (benarkah karakter Hyun Yi adalah transgender?). Seung Kwon terkejut karena hanya dia yang tidak tahu dari awal.

"Aku tanya kepadamu. Kenapa kau rekrut dia?" tanya Yi Seo, dingin.

"Apa maksudmu? Dia koki utama. Tentu kupekerjakan di dapur."

"Ya, tapi dia tak bisa memasak. Itu satu-satunya masalah di kedai ini. Promosi, pelayanan, suasana. Semua itu tak cukup. Yang terpenting adalah rasa. Tapi rasanya hanya begitu saja. Kedai ini tak bisa beroperasi lama," tegas Yi Seo.

Sae Ro Yi mengerti maksud Yi Seo, jadi apa yang Yi Seo inginkan? Dengan berani, Yi Seo meminta Sae Ro Yi untuk memecat Hyun Yi. Dan semua pembicaraan mereka terdengar oleh Hyun Yi, sangat jelas. Yi Seo bahkan bilang kalau Hyun Yi tidak bisa memasak lebih baik daripada Sae Ro Yi yang adalah bos. Dan bagaimana jika ada rumor mengenai koki yang transgender? Akan ada tamu yang menolak hal itu. DanBam bisa lebih baik daripada ini.

"Tentu kau akan merasa tak enak dan sedih akan hal ini, tapi kau harus putuskan," akhiri Yi Seo.

Dan karena itu, Sae Ro Yi menyuruh Geun Soo untuk memanggil Hyun Yi kemari. Geun Soo dan Seung Kwon ragu, tapi Sae Ro Yi tampak sudah memutuskan sesuatu. Dia ingin Hyun Yi di panggil.

Akhirnya, Hyun Yi datang dan berbicara dengan Sae Ro Yi.

"Bagaimana pekerjaanmu di DanBam? Kau suka?"

"Ya."

"Saat ini kita semua bekerja keras, tapi ini tetap tak cukup. Aku ingin membuat DanBam lebih besar lagi. Tapi salah satu masalah besar saat ini adalah masakanmu. Masakanmu biasa saja. Ini tak bisa dibiarkan. Kau tahu, 'kan?" ujar Sae Ro Yi, sangat serius.

"Aku mengerti."

"Terima ini," ujar Sae Ro Yi dan memberikan segepok amplop berisi uang. "Ini gajimu bulan ini."

"Terima kasih untuk segalanya selama ini," ujar Hyun Yi, tulus dan bersyukur. Matanya juga berkaca-kaca.

"Aku beri dua kali lipat," lanjut Sae Ro Yi, membuat semuanya terkejut. Awalnya, mereka mengira Sae Ro Yi akan memecat Hyun Yi, namun tidak. "Bila kau suka dengan kedai ini, bekerjalah dua kali lebih keras seperti gajimu ini. Apa kau bisa?"

Hyun Yi jelas menyanggupi. Semua terkejut dengan keputusan yang Sae Ro Yi ambil. Mata Sae Ro Yi pun berkaca-kaca. Yi Seo tidak bisa mengerti dengan keputusan Sae Ro Yi.

"Satu lagi. Dengar ini baik-baik. Aku adalah mantan narapidana yang dihindari orang-orang. Dan kalian, Yi-seo, Geun-soo, Seung-kwon... Kalian adalah orang yang membuat kedai ini tutup sementara. Hyun-yi? Dia bekerja keras dan tak merugikanku satu detik pun. Sama dengan kalian, dia orangku. Itu penting bagiku. Kalian bisa tak nyaman dengannya. Aku senang jika kalian mengerti. Aku tak akan paksa bila tak bisa. Namun, jika kalian tak ingin bekerja dengannya hanya karena dia transgender, katakan padaku sekarang. Tak peduli siapa pun itu, aku akan ambil keputusan."

Semua diam. Tidak ada yang protes sama sekali. Yi Seo juga tidak protes lagi dan menyuruh Hyun Yi untuk bekerja dengan baik. Hyun Yi dengan yakin menjawab kalau dia akan demikian.

--

Esok hari,

Yi Seo berjalan ke DanBam dengan cemas. Tapi, di tengah jalan, dia sudah di tunggu oleh Guk Bok Hee and the gang. Yi Seo mah tidak peduli dan jalan pergi begitu saja. Mereka malah memanggilnya dan menyebut Yi Seo mengabaikan mereka yang satu alumnus SMA. Yi Seo langsung membenarkan kalau mereka tidak lulus SMA yang sama dengannya, jadi tidak bisa di sebut alumnus.

Kebetulan sekali, Geun Soo lewat dan langsung memihak Yi Seo. Bok Hee menegur Geun Soo untuk tidak ikut campur. Mereka mulai saling berdebat. Bok Hee masih tidak terima.

"Ini diskriminasi terbalik atau apa? Anak pejabat dikeluarkan dari sekolah, tapi anak SMA ketahuan minum dilepaskan saja?" omel Bok Hee.

"Astaga, bagaimana kau bisa tahu itu? Apa kau mengikutiku? Kau penguntit?"

"Menurutmu bagaimana? Itu karena aku yang melaporkanmu," ujar Bok Hee.

Yi Seo benar-benar terkejut. Dia mengira Soo Ah yang melapor dan Soo Ah juga mengakui itu pada Sae Ro Yi, tapi ternyata semua salah.

Geun Soo juga marah karena perbuatan Bok Hee, bos DanBam harus menderita kerugian karena mereka. Bok Hee tidak peduli dan malah lebih galak. Dia hendak memukul Yi Seo juga, tapi Yi Seo yang balas menamparnya. Yi Seo bahkan bilang kalau dia jadi teringat saat menampar wajah ibu Bok Hee dulu seperti itu juga (di episode 3).

Kedua teman Bok Hee jadi takut. Apalagi saat mereka melihat Bok Hee yang melawan, tapi tidak bisa dan jadinya di tampar berulang kali oleh Yi Seo. Yi Seo benar-benar marah karena perbuatan Bok Hee, Sae Ro Yi jadi harus merugi karena harus tutup kedai selama 2 bulan. Saking marahnya, saat Geun Soo memegang tangannya, Yi Seo menampiknya.

--

Soo Ah ada di atas kedai Jangga. Dia melihat diluar ada mobil polisi dan tampaknya ada sesuatu terjadi. Melihat mobil polisi, Soo Ah jadi teringat kejadian di hari itu.

Flashback

Soo Ah waktu itu, memang menelpon 112 dan hendak melaporkan kedai DanBam yang menerima anak di bawah umur. Tapi, ketika sudah tersambung, dia mengurungkan niatnya dan tidak jadi melapor.

Saat itu, Bok Hee dan temannya lewat dan tidak sengaja menabrak Soo Ah. Dan kebetulan sekali, mereka melihat Yi Seo di dalam kedai DanBam. Mereka segera memfoto hal itu dan segera melapor polisi, melapor. Soo Ah ada di sana dan melihat apa yang Bok Hee dan temannya lakukan.

End

Entah apa yang di pikirkan oleh Soo Ah sekarang ini.

--

Yi Seo merasa tidak tenang usai tahu kalau bukan Soo Ah yang melapor ke polisi hari itu. Dia terus memikirkannya sampai malam dan merenung di atap. Park Sae Ro Yi menghampirinya. Dia mengira kalau Yi Seo stress karena memikirkan mengenai Hyun Yi.

"Merugi karena rasa peduli? Mereka sebut orang seperti itu pecundang," ujar Yi Seo.

"Aku mengerti pikiranmu. Aku juga tak ingin membicarakan itu lagi. Namun, aku tak berubah pikiran."

"Baguslah. Kau bukan pecundang. Jangan ubah pemikiranmu dan ajari Hyun-yi agar kita tak merugi," pinta Sae Ro Yi.

"Bagaimana aku mengajarinya? Aku tak bisa memasak."

"Tapi kau tahu rasa yang enak atau tidak, 'kan? Beri saja reaksi yang jujur kepadanya. Sesuai standarmu. Dengan reaksi jujurmu, Hyun-yi akan terus meningkatkan rasa masakannya. Lalu suatu saat..."

--

Dan karena permintaan Sae Ro Yi, Yi Seo setiap harinya mulai mencoba masakan Hyun Yi. Dia dengan blak-blakan memberi komentar pedas mengenai masakan Hyun Yi. Hyun Yi tidak sakit hati, sebaliknya, dia terus berusaha memperbaiki masakannya hingga menjadi sesuai selera Yi Seo.

Hyun Yi tidak menyerah sama sekali. Mengulang dan terus mencoba. Hingg akhirnya…

"Ini enak. Ini benar-benar enak," puji Yi Seo, tulus. "Rambutmu terlihat sangat rusak. Kau lebih cantik dengan warna hitam. Kak Hyun-yi."

Hyun Yi sangat bahagia mendengarnya. Yi Seo telah menerimanya. Seung Kwon dan Geun Soo juga sangat senang karena masakan Hyun Yi akhirnya bisa memuaskan Yi Seo. Saking senangnya, mereka memberikan jempol mereka pada Hyun Yi.

Yi Seo menemui Sae Ro Yi. Yi Seo tahu kalau Sae Ro Yi pasti sudah bisa menebak semua ini dari awal. Sae Ro Yi berujar kalau dia percaya pada Hyun Yi dan juga pada Yi Seo. Dia membelai kepala Yi Seo dan mengucapkan "kerja bagus."

Semua tampak senang.

--

Soo Ah minum di café hingga mabuk. Dia bahkan tertawa kesal karena pusing memikirkan ucapan Presdir Jang tempo hari yang menyiratkan agar dia berpihak pada Jangga bukan pada Sae Ro Yi.

Soo Ah pulang dengan langkah sempoyongan karena mabuk. Sambil jalan, dia terus saja berujar 'menyebalkan' karena pusing harus memilih Jangga atau Sae Ro Yi.

"MENYEBALKAN!" teriak Soo Ah, menarik perhatian semua orang yang ada di sekitar sana.

Termasuk Sae Ro Yi yang lewat bersama karyawannya. Dia segera memegang tangan Soo Ah dan bertanya, siapa yang membuat Soo Ah kesal? Soo Ah menampik tangan Sae Ro Yi dan menjawab, "Kau." Soo Ah juga menyuruh Sae Ro Yi untuk jujur saja. Pasti, bagi Sae Ro Yi dia juga menyebalkan dan menjijikan bukan.

Sae Ro Yi tahu kalau Soo Ah dalam keadaan mabuk, jadi dia menyuruh karyawannya untuk pergi duluan. Yi Seo tidak mau pergi dan tetap melihat perbincangan Soo Ah dengan Sae Ro Yi.

"Aku berusaha menghindarimu belakangan ini. Baguslah kita bertemu. Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Apa rahasia kau bisa berjualan dengan baik? Tak bisakah kau beri tahu aku? Kita teman, 'kan?"

"Karena aku punya manajer berbakat?" jawab Sae Ro Yi.

"Begitu rupanya. Gadis manis itu? (menunjuk pada Yi Seo)."

Sae Ro Yi tahu kalau Soo Ah sudah terlalu mabuk, jadi dia ingin mengantarkan Soo Ah pulang. Tapi, Soo Ah tidak mau.

"Kau tahu? Aku tak merasa bersalah padamu. Kau tahu alasannya? Karena aku merasa aku yang paling berharga. Dan aku... hanya peduli diriku sendiri. Apa ini salah?" ujar Soo Ah.

"Tentu tidak."

"Jangan bicara omong kosong. Hei. Kau menyebalkan… ketika berpura-pura mengetahui semuanya. Dikeluarkan dari sekolah dan mantan narapidana. Kau membuat orang lain merasa tidak enak."

"Kenapa kau begitu tertekan? Jangan begitu. Apa pun yang kau lakukan, aku akan baik-baik saja. Kau hanya melakukan yang terbaik untuk hidupmu. Kau tidak salah apa-apa."

"Aku mohon... Aku mohon jangan katakan itu kepadaku," frustasi Soo Ah. "Sebenarnya… Saeroyi. Kau… bagiku... selalu...," ujar Soo Ah. "bersinar... terlalu terang," ujarnya di dalam hatinya.

Soo Ah begitu terbawa suasana hingga dia maju semakin dekat, hendak mencium Sae Ro Yi. Sae Ro Yi bahkan sudah memenjamkan matanya, siap menerima ciuman dari Soo Ah.

Syaattt!!!!

Momen romantis terhenti! Yi Seo muncul di tengah mereka dan mendorong wajah Soo A dengan tangannya, membuat Soo Ah dan Sae Ro Yi terkejut.

"Hukum Pidana Pasal 32. Mencium seseorang tanpa izin termasuk pelecehan seksual."