webnovel

Kelas Itaewon

Itaewon Class menceritakan tetang mantan terpidana Park Sae-roy yang hidupnya telah terbalik setelah ia dikeluarkan dari sekolah karena meninju perundung, dan ayahnya terbunuh dalam suatu kecelakaan. Mengikuti langkah-langkah ayahnya, ia membuka restoran bar DanBam di Itaewon dan bersama dengan manajer dan stafnya, berusaha keras menuju kesuksesan dan mencapai tingkat yang lebih tinggi.

Shinta123 · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Chapter 4

"Waktu kasus kadarluwasa," ujar Sae Ro Yi sembari mencengkeram pergelangan tangan Geun Won dengan keras. Membuat Geun Won ketakutan. "Keras kepala. Kenekatan. Aku tunjukkan semua nanti. Karena itu kau… tunggu saja," peringati Sae Ro Yi.

Geun Won meringis kesakitan karena pergelangannya di cengkeram begitu kuat. Dan setelah Sae Ro Yi melepaskannya dan pergi, Geun Won baru menggerutu kesal dengan ucapan Sae Ro Yi. Dia bahkan meludah.

Saat itu, Geun Won baru sadar ada Yi Seo di sana. Dia tidak mempedulikannya dan beranjak pergi sambil bergumam merasa di permalukan karena tadi sempat ketakutan.

Yi Seo diam. Matanya berkaca-kaca. Dia baru tahu apa yang di alami Sae Ro Yi hingga begitu kuat menolak bantuan dari Geun Won. Dan itu membuatnya semakin tertarik pada Sae Ro Yi.

--

Sae Ro Yi berdiri di tengah jembatan penyemberangan. Banyak hal yang di pikirkannya, termasuk tekadnya untuk membalas dendam.

--

SMA Yonggak,

Yi Seo dan Geun Soo di hukum berlari keliling lapangan sekolah oleh pihak sekolah karena sudah mendapatkan laporan polisi kalau mereka pergi ke kedai minum padahal masih di bawah umur. Geun Soo masih merasa bersalah karena Sae Ro Yi terpaksa harus menutup kedai selama 2 bulan karena mereka. Dan hukuman yang mereka terima hanyalah menulis permintaan maaf dan lari berkeliling. Ini sama seperti yang Sae Ro Yi katakan kalau mereka anak kecil tidak bisa bertanggung jawab. Sae Ro Yi bahkan tidak marah sama sekali ketika tahu hukuman yang harus di terimanya.

Yi Seo hanya berkomentar kalau Sae Ro Yi pamer dan sok dewasa. Dia terus berlari dengan kencang. Geun Soo bingung melihatnya, mengira Yi Seo tidak mempunyai rasa bersalah.

--

Yi Seo dan Geun Soo melanjutkan hukuman dengan menulis surat permintaan maaf. Geun Soo melakukannya dengan sangat serius. Tapi, Yi Seo tidak menulis sama sekali. Dia memikirkan perkataan Geun Soo mengenai Sae Ro Yi yang tidak marah sama sekali pada mereka. Dan di surat permintaan maaf itu, Yi Seo melukis wajah Park Sae Ro Yi.

--

di DanBam,

Seung Kwon terus menerus mengantuk-antukan dahinya ke meja. Dia merasa sangat bersalah pada Sae Ro Yi. Karena perbuatannya yang berpura-pura tidak tahu kalau Yi Seo anak di bawah umur, kedai mereka jadi harus di tutup selama 2 bulan.

Flashback

8 tahun yang lalu,

Choi Seung Kwon masuk penjara dan satu sel bersama dengan Park Sae Ro Yi serta napi lainnya. Berbeda dengan Sae Ro Yi, begitu masuk, Seung Kwon langsung berlutut dan memberi hormat sembari memperkenalkan dirinya. Ketua sel, Hee Hoon (yang tampak tertarik pada Sae Ro Yi), menyambut dengan ramah dan juga memberitahu kalau Sae Ro Yi kalau Seung Kwon lebih muda 1 tahun dari Sae Ro Yi, jadi jaga dia.

Sae Ro Yi duduk di sudut ruangan dan membaca buku biografi Presdir Jang dengan sangat serius. Dia membalas kalau tidak ada yang bisa di lakukannya untuk Seung Kwon. Hee Hoon sampai bergumam kalau Sae Ro Yi benar-benar tidak sopan.

Hari itu kali pertama aku bertemu dengannya.

Seung Kwon menjadi pengikut Hee Hoon dan berlaku dengan sangat sopan padanya. Saat mereka berada di lapangan, Seung Kwon semakin penasaran dengan Sae Ro Yi yang masih tetap asyik membaca buku. Dia ingin tahu siapa Park Sae Ro Yi.

Hee Hoon memberitahu kalau Sae Ro Yi setahun lebih tua dari Seung Kwon. Jadi, dia harap mereka berdua bisa akur seperti saudara. Seung Kwon berujar kalau Sae Ro Yi tampak tidak sopan pada Hee Hoon. Hee Hoon tertawa dan berujar, walaupun Sae Ro Yi tidak sopan, Sae Ro Yi bukan dari sini. Jangan coba mengganggunya. Sae Ro Yi benar-benar gila.

Seung Kwon semakin penasaran. Dia mendekati Sae Ro Yi dan menanyakan apa yang Sae Ro Yi sedang baca. Sae Ro Yi tahu Seung Kwon basa-basi dan bertanya apa yang ingin Seung Kwon katakan? Seung Kwon menjadi tidak ada, dia hanya mau tahu itu buku apa karena Sae Ro Yi selalu membacanya.

"Ini karena aku ingin belajar banyak," jawab Sae Ro Yi, masih terus membaca.

"Untuk apa? Bagi kita yang terlahir tak punya apa-apa, tak ada gunanya belajar keras," ujar Seung Kwon.

"Walau terlahir tak punya apa-apa, aku ingin banyak hal."

"Seorang mantan narapidana tak akan dipekerjakan di mana pun."

"Menurutmu kau tak punya kesempatan karena mantan narapidana miskin dan bodoh? Kenapa kita menyerah sebelum mencobanya sendiri? Tentu harus dicoba dahulu," balas Sae Ro Yi.

Seung Kwon sedikit tersinggung mendengarnya, hingga berdiri dan menatap Sae Ro Yi dengan sengit. "Perkataanmu menusuk. Apa perkataan itu untukku? Apa kau sedang menceramahiku?"

"Tentu tidak. Hanya saja jangan paksa aku memahami pendapatmu."

Emosi Seung Kwon terpancing. Dia menarik kerah baju Sae Ro Yi dan menegaskan kalau hidup Sae Ro Yi sudah hancur sebagai mantan napi!

"Lalu? Kau juga hancur? Hanya bisa menilai diri sendiri rendah. Dasar pecundang!" balas Sae Ro Yi.

Seung Kwon marah mendengarnya dan meninju wajah Sae Ro Yi. Sae Ro Yi terjatuh ke tanah. Seung Kwon masih belum puas dan menendang tubuh Sae Ro Yi berulang kali. Dia mengejek kalau setelah keluar, Sae Ro Yi hanya akan menjadi kuli bangunan atau nelayan!

Petugas polisi yang berjaga, segera meniup peluit dan menghentikan perkelahian! Mereka menahan Seung Kwon. Sae Ro Yi kembali bangkit berdiri. Menyeka darah di sudut bibirnya.

"Belajar? Kuli bangunan? Nelayan? Aku bisa mulai dari itu. Aku akan lakukan yang kubisa. Kau tak berhak menentukan nilai hidupku. Hidupku baru mulai! Dan aku akan mewujudkan yang kumau!" teriak Sae Ro Yi, marah.

--

Musim dingin,

Seung Kwon akhirnya bebas dari penjara.

Waktu berlalu.

Seung Kwon mulai bekerja sebagai kuli bangunan di siang hari dan di malam hari bermain di warnet.

Rutinitas yang berulang.

Dia bergabung menjadi preman dan bekerja memukuli orang, tawuran.

Hari-hari yang membosankan.

Di saat dia melakukan semua itu, Sae Ro Yi sibuk dengan kegiatannya.

Seperti itulah… tujuh tahun berlalu.

Sae Ro Yi akhirnya berhasil membuka toko di Itaewon.

Seung Kwon telah menjadi anak buah Hee Hoon. Dia heran karena tiba-tiba Hee Hoon mengajak semua anak buahnya pergi ke Itaewon. Hee Hoon memberitahu kalau pria yang di kenalnya, membuka kedai di sini, jadi mereka harus berpesta di tempatnya. Ah, Seung Kwon juga mengenalnya, kok!

Seung Kwon sedikit kaget. Tidak tahu siapa orang yang Hee Hoon maksudkan.

Dan terdengar suara Sae Ro Yi yang memanggil Hee Hoon. Hee Hoon benar-benar kagum karna Sae Ro Yi berhasil membuka kedai. Entah berapa banyak uang yang Sae Ro Yi habiskan untuk membuka toko di sini.

Seung Kwon tampak sangat terkejut. Sae Ro Yi benar-benar berbeda darinya.

Semua… mendapat waktu yang sama.

Sae Ro Yi melihat Seung Kwon dan menyapanya dengan ramah.

Namun, waktuku dan dirinya... Keduanya… sangatlah berbeda.

Sejak hari itu, Seung Kwon selalu datang ke kedai DanBam. Sae Ro Yi sampai heran, namun, dia tidak masalah dengan hal itu karena dia bisa menjual lebih banyak soju. Seung Kwon berujar Sae Ro Yi begitu sibuk padahal tidak ada tamu, jadi mari minum bersamanya saja.

Sae Ro Yi mau minum dengan Seung Kwon. Dia juga menanyakan apakah Seung Kwon mempunyai masalah?

"Tidak juga. Aku hanya senang melihat hyung bekerja di sini. Aku penggemarmu."

"Bicara apa kau?"

"Hyung itu keren, bisa hidup melakukan yang kau mau. Aku ingin hidup benar sepertimu."

"Apa itu hidup benar?" tanya Sae Ro Yi, balik.

"Tidak melakukan hal jahat. Bekerja dengan benar."

"Aku ingat kali pertama kita bertemu," bahas Sae Ro Yi. Dulu, dia menyebut Seung Kwon sebagai pencundang. "Apa kau masih pecundang?" tanya Sae Ro Yi.

Seung Kwon diam.

End

Seung Kwon masih terus mengantukan dahinya ke meja, menampar wajahnya dan memaki diri sendiri sebagai orang bodoh. Dia benar-benar merasa bersalah.

Sae Ro Yi dan Hyun Yi memperhatikannya. Hyun Yi sampai heran melihat kelakuan Seung Kwon.

--

di Rumah,

Yi Seo menyalakan komputer dan masuk ke dalam akun SNS-nya. Dia mencari nama Park-Sae-Ro-Yi tapi tidak ada hasil. Dia mengetikan nama Dan-Bam tapi juga tidak ada hasil di internet. Yi Seo teringat ucapan Geun Won di rumah sakit kalau Sae Ro Yi satu sekolah dengannya dan di keluarkan sebelum lulus. Itu artinya, Sae Ro Yi sudah lulus SMA sekitar 10 tahun.

Yi Seo mulai mencari berita-berita terkait Jang Geun Won. Dia berhasil menemukan berita dari 9 tahun yang lalu, dengan judul : "Putra Sulung Jangga di serang. Polisi menahan murid SMA atas percobaan pembunuhan."

Yi Seo mulai mengumpulkan kepingan-kepingan informasi yang di punyainya.

--

Geun Won berada di ruang kerja ayahnya dan mereka bermain catur bersama. Geun Won membertahu ayahnya kalau dir. Kang sering menemui pemegang saham. Presdir Jang tidak merasa khawatir karena dia dan mendiang ayah dir. Kang sudah mengenal lebih dari 40 tahun dan menurutnya Dir. Kang sama seperti ayahnya.

Geun Won tetap khawatir. Dia memanas-manasi agar ayah-nya tetap waspada terhadap dir. Kang. Bagaimanapun, Jangga terbangun karena Presdir Jang dan mendiang ayah dir. Kang. Jadi, mustahil dir. Kang tidak tergoda memiliki Jangga mengingat perusahaan ini bisa saja menjadi miliknya. Presdir Jang dengan tegas berkata tidak mau membicarakan masalah ini. Dia sudah memikirkan hal itu.

Geun Won akhirnya mengalihkan topik. Dia membahas mengenai Geun Soo yang tempo hari tertangkap pergi ke kedai minum, dan kedai itu adalah milik Park Sae Ro Yi. Presdir Jang tampak cukup terkejut. Geun Won lanjut memberitahu kalau Park Sae Ro Yi mendapat hukuman untuk menutup toko selama 2 bulan.

"Dia ingin membuat sebuah kedai kecil. Dan kedai itu hasil kerja kerasnya selama tujuh tahun. Dia takkan punya uang untuk bertahan. Dia pasti gagal, 'kan?" ujar Geun Won.

Sambil bicara, Geun Won juga fokus bermain catur baduk. Dan dia mengeluarkan langkah terakhir yang membuat ayahnya skakmat. Presdir Jang memuji Geun Won yang akhirnya tahu cara melangkah. Geun Won senang mendengarnya dan merendah kalau dia masih harus belajar lagi.

Presdir Jang jujur memberitahu Geun Won kalau perasaan-nya tidak enak. Sae Ro Yi lagi-lagi menderita karena keluarga mereka.

Geun Won tertawa dan berkata kalau tidak semua orang bisa berbisnis. Dia kemudian pamit pada ayahnya.

Setelah Geun Won keluar, Sekretaris Kim masuk. Presdir Jang masih melihat permainan baduk dimana Geun Won mengalahkannya. Presdir Jang bergumam kalau dia tidak melihat keseluruhannya. Kita tak bertahan dengan baik untuk melindungi pusat pion-nya. Apa ini bisa di sebut permainan yang baik?

"Sekr. Kim, bagaimana kabar Geun Soo?"

--

Geun Soo bekerja di sebuah restoran BBQ sebagai pelayan. Di saat dia sibuk melayani pelanggan, tidak sengaja dia mendengar obrolan bos-nya dengan juru masak. Bos merasa berat karena upah pekerja sambilan akan naik tahun depan. Juru masak merasa keberatan karena menurutnya Geun Soo bekerja dengan baik. Jika Geun Soo di pecat, mereka juga harus membayar pesangon-nya.

Bos malah berkata tidak ada pesangon. Lagipula, siapa yang mau memperkerjakan murid SMA? Geun Soo malah harusnya berterimakasih karena mereka sudah memberi kesempatan untuknya bekerja. Dan karena itu, bos menyuruh juru masak untuk memarahi Geun Soo terus agar Geun Soo mau berhenti sendiri.

Geun Soo mendengar semua obrolan itu dengan sangat jelas.

--

Geun Won sedang sangat menggebu-gebu. Dia tidak tahan ingin melihat wajah masam Park Sae Ro Yi saat kedainya itu tutup.

--

Berbeda dengan bayangan Geun Won, Park Sae Ro Yi tampak baik-baik saja. Dia bahkan membawa Hyun Yi dan Seung Kwon ke karaoke untuk menghibur mereka berdua. Dia sibuk menyanyi, tidak menyadari kalau Hyun Yi dan Seung Kwon terganggu dengan nyanyian-nya.

Hyun Yi tahu kalau Seung Kwon masih merasa bersalah. Dia tidak marah, sebaliknya memberikan obat salep untuk Seung Kwon sembari menasehati untuk tidak begitu lagi lain kali. Seung Kwon mengiyakan.

--

Selesai karaoke, Sae Ro Yi membawa kedua anak buahnya ke café. Seung Kwon terus saja mengucapkan 'maaf.' Sae Ro Yi dan Hyun Yi sampai bosan. Sae Ro Yi bilang kalau mereka tidak bisa murung terus karena nasi sudah menjadi bubur. Dan jika Seung Kwon bilang 'maaf' lagi, dia akan memecatnya.

Seung Kwon langsung diam. Hyun Yi yang jadi bersemangat dan menyuruh Seung Kwon untuk meminta maaf sekali lagi. Seung Kwon mana mau, karna takut di pecat.

Sae Ro Yi menyemangati semuanya dengan berkata untuk memanfaatkan waktu 2 bulan ini sebagai kesempatan utnuk memperbaiki hal yang buruk. Semua mengiyakan.

--

Perusahaan Jangga,

Dua orang pemegang saham menemui Dir. Kang, di ruangannya. Mereka membahas mengenai Presdir Jang yang menampar Geun Won saat rapat. Mereka terkejut karena seburuk apapun Geun Won, Presdir Jang tidak pernah sampai menamparnya seperti itu. Dir. Kang merasa kalau itu mungkin karena ulah Geun Won belum lama ini dan membuat saham perusahaan sempat turun. Presdir Jang sudah mencoba bersabar, tapi Geun Won terus menyebut dirinya sebagai penerus Jangga ke semua orang, jadi Presdir hanya mencoba menbuatnya sadar.

Setelah berbasa basi, kedua orang itu mulai membahas maksud mereka sebenarnya. Mengenai siapa penerus Presdir Jang selanjutnya, mengingat Presdir Jang sudah berumur. Dan mereka hendak mendukung dir. Kang. Mereka tidak bisa membiarkan Jangga jatuh ke tangan Geun Won yang bermasalah karna itu akan membuat Jangga hancur.

Berbeda dengan kebalikan ekpetasi mereka, Dir. Kang tidak menyukai rencana itu.

"Selain keberanian kalian. "Tidak seperti dahulu lagi." Tanpa dia, maksudku Presdir Jang. Apa Jangga dapat berjalan baik tanpanya?"

"Direktur Kang, mohon jangan salah sangka."

"Aku abaikan pembicaraan tadi. Aku juga tidak menyukai Jang Geun-won. Tapi aku terlalu muda untuk dijadikan tameng bagi para direksi."

"Apa maksudmu?" tanya mereka, berpura-pura bodoh. "Kenapa kau bicara begitu?"

--

Yi Seo datang ke Itaewon. Dia lewat di depan kedai DanBam yang tutup dan tertempel pengumuman di pintu : Kedai ini tutup dua bulan.

Di depan kedai, ada seekor anak kucing liar. Yi Seo mencoba tidak peduli.

Tapi…

Dia malah jadi sering datang ke Itaewon.

Selamat tahun baru,

Itaewon menjadi sangat ramai untuk menyambut tahun baru. Yi Seo juga termasuk di dalamnya.

Yi Seo bahkan pergi ke café dengan langkah percaya diri bersama dua orang temannya sambil menunjukkan KTP-nya. Kali ini, itu adalah KTP asli, bukan palsu lagi.

Dua puluh tahun. Aku diterima di semua universitas yang kulamar. Aku yang menjadi 20 tahun di 1 Januari ini merasa bosan. Alasanku bergaul dengan orang-orang bodoh ini? Anak Kepala Jaksa. Anak pemilik perusahaan tekstil. Aku berhubungan dengan orang saat mereka memiliki yang kumau.

Yi Seo menghabiskan waktu bersama kedua temannya itu tapi tampak jelas dia merasa bosan. Saat itu, seorang pria datang ke meja mereka dan mengajak Yi Seo dkk bergabung ke meja dia dan teman-temannya. Teman Yi Seo menyukai ajakan itu dan Yi Seo juga setuju saja untuk bergabung meja.

--

Bogwang Gosiwon

Geun Soo kembali ke gosiwon dengan menghela nafas berat. Dia memeriksa ponselnya. Dia tadi ada mengirim pesan pada Yi Seo, mengucapkan selamat karena Yi Seo akhirnya genap 20 tahun. Apa ada masalah? Tapi, pesannya itu belum juga di baca Yi Seo.

Geun Soo tidak sadar kalau Presdir Jang dan sek. Kim ada di sana memperhatikan-nya. Sek. Kim memberitahu kalau Geun Soo tinggal di Gosiwon itu dengan sewa 300.000 won dan tempat-nya sempit. Apa Presdir Jang ingin bertemu? Presdir Jang menyuruh Sek. Kim untuk jalan pergi saja.

--

Yi Seo sangat bosan berada di tengah-tengah teman dan pria-pria itu. Bukan hanya bosan, tapi juga kesal. Dia menilai 3 pria yang ada di hadapannya : Pecundang yang haus cinta, si brengsek tanpa otak dan orang yang tidak punya pikiran.

Aku tak berpikir kencan buta itu jelek. Entah karena kesepian, hasrat seksual, ataupun rasa bosan. Pria, wanita, dan insting. Ini hanya untuk memuaskan hasrat yang ada. Bila kita memuaskan hasrat masing-masing, ini akan jadi pertemuan yang baik. Namun, aku tak ingin apa pun dari orang-orang ini. Aku bosan. Kenapa?

Yi Seo teringat mengenai Sae Ro Yi.

Sejak aku bertemu dengannya, aku tak tertarik dengan apa pun.

Yi Seo hanya terus meminum bir-nya.

--

Sae Ro Yi pergi menemui Soo A di café Seuk Cheon. Seuk Cheon menyambut-nya dengan ramah. Dia juga membahas mengenai kedai Sae Ro Yi yang harus tutup 2 bulan karena menjual alkohol ke anak di bawah umur. Dia merasa ikut sedih karena hal itu terjadi saat akhir tahun dan awal tahun dimana itu adalah saat-saat yang penting (pengunjung paling ramai). Dia jadi kesal memikirkan ada orang yang melaporkan hal itu. Dan untuk menghibur, dia akan memberikan minuman gratis pada Sae Ro Yi.

Sae Ro Yi tersenyum senang.

--

Teman-teman Yi Seo mulai mabuk dan tidak fokus, hanya Yi Seo yang masih tetap sadar. Pria 1 (yang mengundang mereka) mulai mencoba merayu Yi Seo dengan menawarkan membelikan es krim untuk menghilangkan mabuk. Pria 2 dan 3 setuju dan menyuruh mereka pergi, biar mereka yang menjaga kedua teman Yi Seo lainnya.

Yi Seo mencoba tetap sopan. Dia menolak dan beranjak pulang duluan. Pria 1 tidak menyerah dan tetap mengikutinya. Yi Seo sampai harus memperingati mereka kalau salah satu temannya adalah anak dari Kepala Jaksa Seoul, jadi jangan berbuat macam-macam.

Pria 1 semakin tertarik pada Yi Seo.

--

Sae Ro Yi dan Soo A minum bersama. Soo A merasa senang dan berujar kalau hal ini mengingatkannya pada masa lalu. Dia mengingatkan kalau Sae Ro Yi selalu mencoba mendekatinya saat mereka sekolah dulu. Sae Ro Yi langsung meralat kalau sekarang pun masih begitu.

Soo A tertawa dan menyebut Sae Ro Yi yang sudah mabuk. Sae Ro Yi mengatakan tidak dan hanya berkata dia asal bicara. Soo A membahas kalau Soo A selalu saja bilang tidak-tidak. Dan kalau di lihat-lihat, Sae Ro Yi lucu juga karena tidak pernah mengajaknya berpacaran. Apa Sae Ro Yi hanya bermain-main?

"Tak mungkin aku main-main. Kita berdua adalah orang yang mementingkan pekerjaan. Dan bila bisnisku berjalan lancar, kau akan jadi pengangguran. Pasti seru jika aku mengajakmu berpacaran…," ujar Sae Ro Yi.

Senyum yang ada di wajah Soo A menghilang. Sae Ro Yi jadi meralat kalau yang di katakan-nya hanyalah omong kosong, jadi jangan terlalu serius.

"Aku tak pernah lihat kau omong kosong," balas Soo A. "Tak apa. Walau jadi pengangguran dan tak bisa berbuat apa-apa, aku tetap mendukungmu."

Sae Ro Yi tersenyum mendengarnya. Entah apa yang di pikirkannya.

--

Pria 1 terus mengejar Yi Seo. Dia menawarkan untuk mengantar Yi Seo pulang. Yi Seo dengan tenang berkata kalau dia akan pulang dengan taksi. Pria 1 memberitahu kalau tidak ada taksi di Itaewon, jadi dia akan menemani Yi Seo sampai bus pertama. Ayo mian lagi.

Yi Seo tetap tenang menolak. Dia akan pulang lewat jalan besar dan bisa dapat taksi. Pria 1 jadi kesal dengan penolakan Yi Seo dan bertanya alasan Yi Seo tiba-tiba pulang. Apa karena tidak suka padanya?

"Ya," benarkan Yi Seo.

"Kenapa? Kenapa kau tak suka padaku?"

"Wajah, cara bicara dan suaramu. Bola mata, gigimu, bulu matamu. Aku tak suka semuanya darimu."

Pria 1 tidak terima. Dia marah dan menyebut Yi Seo yang sudah gila. Kalau Yi Seo tidak menyukainya, kenapa ikut minum tadi? Apa Yi Seo tahu berapa alkohol yang di minumnya tadi? Yi Seo tertawa dan mengeluarkan uangnya, melemparnya pada pria itu.

Pria itu tidak terima. Dia mengejar Yi Seo dan saat Yi Seo berbalik, dia menampar-nya dengan keras (gila! Pria tak guna!!!). Yi Seo sampai terkejut. Pria itu tidak merasa bersalah malah berkata kalau orang tidak sopan tentu harus di pukul. Dan juga, tidak akan ada yang menolong.

"Diriku sendiri," jawab Yi Seo.

Pria itu malah semakin kurang ajar. Dia mencengkeram baju Yi Seo dengan kasar dan hendak memukulinya lagi. Yi Seo tidak diam saja dan melakukan bantingan punggung. Kemudian menendangnya dan menyebutnya pencundang.

Pria itu masih saja berlaku gila. Dia lari mengejar Yi Seo. Jelas, Yi Seo langsung lari. Dia mencoba menyelamatkan diri dengan lari ke toilet, tapi malah salah masuk ke toilet pria.

Takdir! Di dalam toilet itu, lagi ada Park Sae Ro Yi yang sedang pipis. Park Sae Ro Yi tentu terkejut karena ada cewek masuk ke toilet pria, dan orang itu adalah Yi Seo. Yi Seo malah menatapnya dengan mata berbinar senang karena berhasil menemukannya.

Pria 1 ikut masuk. Dia menarik tangan Yi Seo, dan Yi Seo mengibaskannya dengan kasar. Dia tidak berani macam-macam karena ada pria di kamar mandi itu. Pria itu berusaha menarik Yi Seo dengannya. Park Sae Ro Yi juga sudah selesai, mencuci tangan dan hendak keluar.

"Tunggu," panggil Yi Seo.

Tapi, dia tidak berani mengatakan apapun karena masih merasa canggung (bersalah) pada Park Sae Ro Yi. Pria 1 langsung mengatakan pada Park Sae Ro Yi, tidak ada apa-apa dan dia hanya ingin bicara dengan pacarnya. Yi Seo langsung merespon, sejak kapan dia mencari pacarnya? Pria itu malah berakting seolah Yi Seo mabuk dan bicara ngawur.

Park Sae Ro Yi masih belum pergi dan terus menatapnya.

"Pipimu bengkak," ujarnya pada Yi Seo.

Pria itu langsung berkata kalau ada sedikit masalah. Dan jika Park Sae Ro Yi tidak ada urusan lagi, silahkan pergi.

"Aku maunya juga begitu, tapi ini tak bisa kutinggalkan. Pipinya bengkak, dan dia melihatku seperti itu. Aku kenal dengan dia," ujar Sae Ro Yi.

"Kenapa kau bicara panjang lebar? Pergi saja baik-baik dan tak usah ikut campur."

"Katakan padaku. Apa ini sok ikut campur bila aku terlibat sekarang?" tanya Sae Ro Yi pada Yi Seo, karena Yi Seo dulu pernah bilang kalau dia tukang ikut campur. "Aku tak bisa lakukan apa pun, bila kau tak bilang apa-apa."

"Ya. Tolong aku," jawab Yi Seo.

Park Sae Ro Yi akhirnya mendekat dan mengandeng tangan Yi Seo, mengajaknya pergi bersamanya. Pria itu langsung berusaha menghentikan. Park Sae Ro Yi langsung membantingnya. Dan jelas, pria itu bukan tandingan Park Sae Ro Yi karena dia terkena pukulan-nya.

Karena pria itu tampak tidak mau menyerah, Park Sae Ro Yi akhirnya lari bersama Yi Seo. Soo A ada di depan pintu toilet, dan Park Sae Ro Yi mengajaknya untuk lari bersama. Soo A sampai bingung ada apa, tapi Sae Ro Yi menyuruhnya untuk lari saja.

Mereka bertiga lari bersama. Dengan senyum.

Soo A, Sae Ro Yi dan Yi Seo akhirnya berhenti berlari di taman. Soo A masih menanyakan alasan mereka lari. Sae Ro Yi malah tanya pada Yi Seo. Yi Seo menjawab kalau Sae Ro Yi menyelamatkannya dari pria aneh tadi.

Soo A baru melihat wajah Yi Seo dan jadi kesal. Dia ingat siapa Yi Seo, anak di bawah umur yang di laporkannya karena minum di kedai Sae Ro Yi (dan Soo A berpura-pura tidak tahu).

"Aku tahu kau mudah dipengaruhi, tapi apa kau berkeliaran untuk menyelamatkannya?" tanya Soo A, terdengar jengkel.

Sae Ro Yi heran mendengar cara Soo A dan intonasinya dalam bertanya. Apa Soo A mengenal Yi Seo? Soo A kaget mendengar pertanyaan itu dan membantah dengan gugup kalau dia tidak kenal. Dia beralasan hanya merasa frustasi melihat Sae Ro Yi yang selalu memikirkan orang lain. Dia mengajak Sae Ro Yi untuk pergi saja.

Sae Ro Yi sebelum pergi, menanyakan Yi Seo dulu. Apa mereka harus ke kantor polisi untuk melapor? Apa dia terluka?

Yi Seo menolak untuk melapor ke polisi. Dan dia merasa sakit di pipinya karena di tampar dengan keras tadi. Sae Ro Yi hanya menyuruhnya unutk ke rumah sakit dan hati-hati saat pulang. Yi Seo berterimakasih.

Eh, Yi Seo tidak bisa menyerah. Dia membuat alasan ingin balas budi sekarang dan mengajak untuk minum kopi bersama. Dia benci punya hutang. Sae Ro Yi menolak dengan sopan dan berkata tidak apa-apa. Soo A juga ikutan sok menolak dan menyuruh Yi Seo untuk tidak membuat Sae Ro Yi merasa tidak nyaman.

"Tempo hari kau tertarik untuk mempromosikan kedaimu. Aku ingin memberi sedikit tips. Itu area keahlianku," tawari Yi Seo, masih tidak menyerah.

Dan benar saja, Sae Ro Yi langsung tertarik.

--

Mereka akhirnya pergi bertiga ke café. Tampak jelas dari wajah Soo A kalau dia tidak menyukai Yi Seo. Sae Ro Yi tidak sadar dan hanya ingin tahu mengenai tips dari Soo A dan apa Soo A tertarik dalam periklanan? Yi Seo memberitahu kalau dia menghasilkan uang dengan melakukan promosi melalu SNS dan blog. Yi Seo tiba-tiba juga membalik pertanyaan dengan menanyakan hubungan Sae Ro Yi dan Soo A.

"Kami berteman," jawab Soo A cepat. "Tapi… Sae Ro Yi menyukaiku," tambahnya. "Sudah sekitar sepuluh tahun?"

Sae Ro Yi biasa saja. Dia dengan santai pamit ke kasir untuk mengambi kopi pesanan mereka. Tinggallah Soo A dan Yi Seo berdua.

Soo A mulai membahas Yi Seo yang ternyata selebgram. Dia mulai membahas kalau Yi Seo terlihat tidak asing dengannya dan baru ingat kalau Yi Seo pernah ada di daftar model pomosi media sosial Jangga. Yi Seo tertawa dan bertanya balik, kenapa dia tidak di rekrut?

Eh, Soo A malah membalikan topik dengan bertanya alasan Yi Seo mendekati pria seperti Park Sae Ro Yi? Apa mungkin… Yi Seo menyukai Park Sae Ro Yi?

"Menyukainya? Aku memang mendekatinya. Tapi aku tak tahu apa aku suka padanya. Aku tertarik dengannya," jawab Yi Seo.

"Sae-ro-yi memang menarik. Namun, dia tak bisa dihadapi oleh anak sepertimu."

"Anak sepertiku? Apa maksudmu?"

"Begini… Orang yang berpikir semua berpusat kepadanya. Tak ingin tahu dunia luar," jawab Soo A, sinis.

"Kau sepertinya sudah bisa tebak karakterku dari media sosialku. Tak bisa kuhadapi? Apa maksudmu tentang mantan narapidana kasus percobaan pembunuhan?" tanya Yi Seo balik.

Soo A cukup terkejut karena Yi Seo tahu hal itu. "Kau mendekati dia walau tahu itu?"

"Itu membuatku lebih tertarik," jawab Yi Seo blak-blakan.

Soo A tertawa dan menyebut anak muda tidak tahu malu seperti Yi Seo sama sekali tidak imut. Dia mulai mengingatkan kalau Sae Ro Yi tidak bisa berjualan karena Yi Seo, tapi Yi Seo malah tampak tidak merasa bersalah sama sekali. Yi Seo mulai menggabungkan ucapan aneh Soo A seolah mengenalnya tadi (saat di taman) dan ucapannya sekarang. Ah, dia sadar.

Dia bertanya bagaimana Soo A bisa tahu hal itu? Soo A masih berbohong kalau Sae Ro Yi bercerita padanya. Dia tahu kalau Yi Seo ketahuan minum di sana dan karena itu Sae Ro Yi di hukum tidak bisa berjualan selama 2 bulan. Sae Ro Yi masih harus tetap bayar uang sewa meski kedainya tutup dua bulan. Apa Yi Seo tahu kerugiannya?

"Tunggu dulu. Dia dilarang berjualan karena aku. Bagaimana kau tahu itu? Dari tadi sudah terasa aneh. Dia tak pernah bicarakan ini denganmu, 'kan? Kenapa kau pikir dia dilarang berjualan karena aku? Apa… Apa mungkin... kau yang lapor polisi?" tanya Yi Seo, langsung dan antusias menunggu jawaban.

Muka Soo A memucat, terdiam. Yi Seo langsung menyuruh Soo A untuk menjawab dan mengelak. Tidak mungkin seorang teman melakukan hal seperti itu! Dia dengar kerugian yang di alami benar-benar hebat bila dilarang berjualan. Woww! Ternyata benar! Yi Seo tertawa ngakak, tidak menyangka tebakannya benar. Tapi… kenapa? Kenapa Soo A mengkhianati Sae Ro Yi? Apa karena kedai Sae Ro Yi di seberang kedai Soo A (Jangga)?

"Karena itu kau mengkhianati teman yang menyukaimu sepuluh tahun lebih? Astaga. Kau sangat hebat. Orang macam apa kau ini? Kau ingin membuat batasan di sekitarnya. Kau tak rela orang lain memilikinya."

"Pada akhirnya, kau tak punya peluang sama sekali," tegas Soo A.

"Kenapa?"

"Sae-ro-yi seperti itu. Dia tak berubah."

"Walau begitu, bila dia tahu perbuatanmu, bukankah dia akan sedikit berubah? Tak usah khawatir. Seperti yang kukatakan, aku hanya sedikit tertarik dengannya."

Pas saat itu, Sae Ro Yi kembali dengan minuman. Dia bisa merasakan suasana terasa tidak enak dan bertanya, apakah mereka berdua bertengkar? Yi Seo menjawab mereka tidak bertengkar. Dan memuji Soo A yang sangat hebat hingga dia tidak bisa melawannya. Soo A tahu jelas itu sindiran untuknya.

"Sae Ro Yi. Orang yang melaporkan kedaimu ke polisi tempo hari. Itu aku," akui Soo A. "Kau masih suka denganku walau begini?" tanyanya tanpa malu. Membuat Sae Ro Yi dan Yi Seo terkejut.

"Masih. Kau pasti punya alasan tersendiri," jawab Sae Ro Yi jujur. "Aku tak akan tahu bila kau tak beri tahu aku. Aku hanya… akan merasa sedikit sedih."

Soo A gantian terdiam mendengar jawaban itu. Dia tidak tahu harus bagaimana dan memilih untuk pergi dulu.

Setelah Soo A pergi, Sae Ro Yi mengajak Yi Seo untuk pulang juga. Yi Seo tidak mau dan mengingatkan kalau dia kan sudah bilang ingin mempromosikan kedai Sae Ro Yi. Dan karena hari ini dia juga sudah cukup umur, jadi, ini saat yang tepat untuk minum bersama. Bagaimana?

--

Soo A berjalan pulang sendiri ke rumahnya. Dia mengingat masa lalu, saat Sae Ro Yi menggendongnya pulang (episode 02) dan bilang kalau dia merasa sangat bersyukur karena Soo A selalu bilang mengharapkan kebahagiaan-nya. Kalimat itu menguatkannya.

Dan sekarang, Sae Ro Yi masih begitu. Kaki Soo A terasa lemas.

"Menyebalkan," ujarnya.

--

Yi Seo dan Sae Ro Yi pindah ke café lain yang menyediakan alkohol. Sae Ro Yi menyarankan Yi Seo untuk pulang dan beristirahat setelah mengalami kejadian tadi, tapi Yi Seo berkata tidak apa-apa. Yi Seo kemudian bertanya, apakah Sae Ro Yi tidak marah? Teman yang di sukai selama 10 tahun berkhianat.

"Hal itu tak bisa disebut pengkhianatan. Walau dia tak beri tahu aku, kurasa aku tahu ada masalah apa. Itu karena dia bekerja keras dalam pekerjaan dan juga hidupnya."

"Kau seperti Gandhi," sinis Yi Seo.

""Karena aku suka denganmu lebih dari sepuluh tahun, kau juga harus menyukaiku." Ini bukan soal bisnis. Memberi dan menerima tak berlaku untuk perasaan."

Yi Seo sampai menggelengkan kepala dan tidak ingin membahas hal itu lagi. Dia tidak mau dengar.

--

Seung Kwon ada di kedai dan sedang olahraga angkat barbel. Hyun Yi yang melihat kelakuannya sampai heran. Seung Kwon santai saja dan bertanya kenapa Hyun Yi datang? Hyun Yi menjawab kalau dia harus membereskan bahan-bahan saat ada waktu.

"Sedang apa kau?" tanya Hyun Yi balik.

"Aku bosan saat bersih-bersih."

Eh, Seung Kwon terpikirkan hal lain. Mumpung Hyun Yi ada di sini, dia mengajaknya untuk pergi sauna bersama. Dia yang akan bayar, jadi Hyun Yi tolong gosok punggungnya. Dia juga akan gosok balik (wkwkwk. Seung Kwon benar-benar mengira Hyun Yi adalah pria). Hyun Yi jelas marah dan menolak pergi.

Seung Kwon masih belum sadar juga. Dia malah mengira alasan Hyun Yi menolak karena Hyun Yi tidak percaya diri. Dia sok menyemangati 'ukuran' bukan segalanya. Hyun Yi kesal dan meleparkan kain kotor ke wajah Seung Kwon dan langsung pergi.

--

Yi Seo mulai bertanya, bagaimana cara Sae Ro Yi bisa membuka kedai? Sae Ro Yi menjawab kalau dia hanya bekerja keras dan mengumpulkan uang.

"Tapi kau tak pernah kerja di sebuah kedai?" tebak Yi Seo.

"Bagaimana kau tahu itu?"

"Kedaimu memberi kesan itu. Banyak masalah lain yang harus diselesaikan daripada promosi."

"Masalah apa?"

"Semuanya. Kau tak punya dasarnya."

"Coba jelaskan lebih detail," pinta Sae Ro Yi.

"Kau hanya membuat semuanya sampai sekarang dengan semangat. Interior terlihat berantakan. Staf juga tampak tak berpengalaman. Kedai yang tak ada dasar dan ciri khas. Apa menurutmu akan berhasil?"

"Bagaimana kau tahu itu? Kau bilang kau baru 20 tahun."

"Aku menghasilkan uang dari promosi di media sosial dan blog. Makan dan pergi ke restoran bagus terhitung sebagai konten menarik. Bila aku membandingkan semua tempat, akan terlihat kesamaan mereka," jelas Yi Seo.

Sae Ro Yi kagum dan memuji Yi Seo yang hebat. Dia sampai membelai kepala Yi Seo, membuat Yi Seo terperangah. Yi Seo melihat gelas Sae Ro Yi yang sudah kosong. Dan Sae Ro Yi menjawab kalau dia harus berhenti minum karena sudah mabuk. Dia kemudian, melihat gelas Yi Seo yang kosong dan berujar kalau Yi Seo sepertinya kuat minum alkohol. Yi Seo membenarkan karena rasa alkohol-nya terlihat manis.

"Berarti hari ini sangat berkesan untukmu," ujar Sae Ro Yi (sepertinya ucapan ayahnya dulu. Kalau terasa manis, artinya hari ini terasa berkesan).

"Nama kedaimu juga bermasalah," beritahu Yi Seo, mengalihkan topik lagi.

"DanBam? Kenapa?"

"Itu terdengar kampungan. Itu tak cocok dengan Itaewon. Kenapa kau beri nama DanBam?"

"Hidupku dapat dikatakan pahit. Hidupku sangat pahit. Aku tak bisa tidur nyenyak malam hari. Karena aku rindu, kesepian, dan juga penuh amarah. Karena itu aku bisa bekerja seperti ini. Tidak ada alasan lain. Hanya saja… aku ingin malam yang pahit itu dan hidupku bisa sedikit lebih manis," cerita Sae Ro Yi.

Dan Yi Seo mendengarkan dengan seksama.

Lagi. Aku kembali merasa aneh.

Yi Seo merasa mengantuk dan merasa sudah terlalu mabuk hingga bicara omong kosong. Dia beranjak tapi malah jatuh pingsan di lantai.

Saat ini aku sama sekali tidak mabuk. Pria berambut kastanye ini pingsan karena mabuk. Dia terlihat tampan. Aku dalam masalah. Malam pria yang kesepian ini. Aku harap bisa lebih sedikit manis. Aku ingin membuat hidup pria ini menjadi lebih manis. Perasaanku ini adalah hal terbodoh yang bisa dilakukan manusia. Dan aku tak bisa menahan dorongan ini. Aku menyukainya.

Yi Seo memandang wajah Park Sae Ro Yi yang pingsan dengan lekat. Dia bahkan meletakkan kepala Sae Ro Yi di pangkuannya. Dia menyukai Park Sae Ro Yi. Dan… dia mencium bibirnya. Sae Ro Yi tidak tahu apapun karna sedang dalam keadaan pingsan.

--

Park Sae Ro Yi bangun dan kaget karena ada di rumah sakit. Tapi, sepertinya dia tahu kalau Yi Seo menciumnya dan mengira kalau itu adalah mimpi. Dia sampai memarahi dirinya sendiri karna sudah mimpi yang berbahaya.

--

di Rumah,

Yi Seo berbincang dengan ibunya. Ibu sampai menegur Yi Seo yang terlalu banyak minum kemarin malam. Yi Seo protes kalau umur 20 tahun adalah hal yang menyenangkan. Dia tidak bisa bertemu pria baik karena belajar terus.

"Apa kau punya pacar?" tanya Ibu, serius. "Jangan berpacaran. Orang yang kau pacari di umurmu sekarang tak ada gunanya."

"Aku selalu penasaran. Kenapa Ibu menikah dengan Ayah?"

"Karena ibu mencintainya. Itulah kenyataannya. Setidaknya saat itu."

"Kenapa Ibu bercerai?"

"Perasaan setiap orang sangatlah menipu. Ia dapat berubah seiring dengan perubahan situasi. Ibu melahirkanmu, menjadi gendut, dan keriput ibu mulai muncul."

"Jadi, ini semua karena aku? Begitu?"

"Ibu ingin menjadi wanita yang selalu dicintai alih-alih menjadi ibu seorang anak. Jadi, ibu bercerai. Semudah itu."

"Ibu berarti menyesal bertemu dengan Ayah."

"Tidak juga. Berpacaran dua tahun, menikah tujuh tahun. Itu memang singkat, kurang dari sepuluh tahun. Tapi ibu dan Ayah saling mencintai. Itu menyempurnakan masa muda ibu. Bila tidak ada itu, hidup ibu sebagai wanita tak ada apa-apanya."

"Jika aku menyukai orang yang biasa saja, dan aku…"

"Jangan begitu," peringati Ibu. "Jangan merusak hidupmu hanya karena cinta. Kau terlalu hebat. Anakku yang baik. Kau tak akan buat ibu sedih, 'kan?"

"Ibu benar-benar egois," ujar Yi Seo, kesal.

Ibu malah tersenyum mendengarnya.

--

Yi Seo pergi ke Jembatan Jamsu. Dia merenung di sana.

Hidup itu adalah pilihan yang berulang. Kau harus membawa nilai diri yang tepat untuk mendapat sebuah hasil. Itu yang mereka sebut pilihan tepat atau jawaban yang benar. Dua puluh tahun. Umur ambigu untuk berbicara nilai hidup.

Yi Seo mengeluarkan sebuah koin. Dia mulai membuat taruhan dengan dirinya sendiri berdasarkan koin itu. Jika yang keluar adalah bagian kepala (gambar), dia akan melakukan apa yang ibunya mau. Dan jik ayang keluar bagian belakang (angka), maka ibunya akan menangis. Dan Yi Seo melempar koin itu.

Sayangnya, dia gagal menangkap koin tersebut, dan koin itu jatuh ke dalam sungai.

Apa koin itu akan tunjukkan bagian depan atau bagian belakangnya? Saat kulempar koin ini, sisi mana yang kuharapkan muncul? Kuputuskan sisi belakang yang muncul.

Yi Seo berjalan pergi dari jembatan setelah memutukan bagian apa dari koin yang di inginkannya. Dengan kereta bawah tanah, Yi Seo pergi ke Itaewon.

Langkah jalannya mencepat dan akhirnya dia berlari. Dengan wajah tersenyum. Bahagia.

Yi Seo pergi ke depan kedai DanBam. Nafasnya terengah-engah. Dari dalam kedai, Park Sae Ro Yi berjalan keluar. Dia kaget melihat Yi Seo.

Aku langsung sadar saat melihatnya.

"Kau kembali dengan selamat kemarin?" tanya Park Sae Ro Yi.

Ini bahkan tak perlu kupikirkan lagi.

"Ya."

"Kenapa kau ke sini?"

Yi Seo berjalan mendekat pada Park Sae Ro Yi, matanya hanya fokus pada Park Sae Ro Yi.

"Aku ingin bersamamu."

"Apa? Apa kau bilang?" kaget Park Sae Ro Yi.

Seperti kata Ibu, aku terlalu hebat. Cinta, kesuksesan. Aku bisa dapatkan itu semua.

"Maksudku…," ujar Yi Seo.

Sedihlah sebentar, Ibu.

"Aku ingin bekerja di sini. Aku akan wujudkan mimpimu, Bos."

Dia takkan menjadi seseorang yang biasa. Akan kubuat dia menjadi pria yang hebat. Pasti kulakukan.

Hellloo… ada yang menarik. Di versi webtoon, adegan saat Yi Seo melempar koin dan koin terjatuh ke air, webtoonist ada menggambarkan bagian mana yang sebenarnya di tunjukkan oleh koin tersebut. Yaitu, bagian kepala (gambar)! Namun, webtoonist membuat Yi Seo mengambil keputusannya sendiri, dengan menganggap bagian yang di tunjukkan oleh koin adalah ekor (angka).