webnovel

10

Hangout

Drt drt

Hape Yuki bergetar. Yuki yang sedang tertidur pulas, akhirnya terpaksa bangun karena getaran tersebut. Masih dengan perasaan enggan Yuki meraih hap di nakas, tepat diatas buku yang semalam ia baca.

"Halo ... Assalamualaikum" sapa Yuki kepada orang di seberang sana.

"Halo, waalaikum salam. Hei belum bangun lo ya ?!" tanya Alona sedikit berteriak. Membuat Yuki akhirnya sadar se sadar sadarnya.

"Apa si Al ? Masih pagi juga. Lo tuh ganggu tidur gue !" sungut Yuki tak mau kalah.

"Sori sori tapi ini udah siang nyonya bos! Lo mau ikut ngumpul sama anak-anak nggak ?"

"Sama anak-anak mana nih?"

"Anak-anak kampus kita dulu lah"

Mata Yuki langsung berbinar senang. Semangat empat lima pokoknya kalau begini ceritanya. Yuki segera bangkit dari tidur malasnya. "Jam berapa kalian akan kumpul? " tanya Yuki sambil bercermin di kaca meja rias nya.

"Jam sepuluh, beb! "

Yuki melihat jam yang tertera di layar hape miliknya. Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh itu berarti setelah jam lagi. Gila saja dia harus bersiap setengah jam?

"Kenapa tidak membangunkanku dari tadi !" kesal Yuki pada Alona. Alona hanya terkikik geli.

***

Yuki sudah berada di caffe bersama teman-teman masa kuliah beberapa tahun lalau, sekalipun harus terlambat setengah jam dari jadwal. Kalian tahu kan ya kalau cewe dandan pasti lama dan itu berlaku pula pada Yuki.

Bagi sebagian mantan mahasiswa, kuliah adalah masa yang mengasinkan. Tidak memikirkan masalah uang karena masih minta, jam kuliah yang sedikit bebas daripadaasa sekolah yang terikat dan masih banyak lainnya. Tapi semua kebahagiaan itu akan berubah ketika mendekati masa-masa akhir kuliah. Pusing ngurus skripsi yang belum kelar, revisi sana sini, tuntutan segera selesai dari orangtua, tuntutan omongan orang yang katanya nggak rampung-rampung, dan lagi pusing masalah jodoh dan pekerjaan bagi yang sudah lulus dan nganggur. Jadi kalau ada undangan reuni dari kawan dekat terutama pasti dengan semangat empat lima akan datang, sekalipun hanya duduk, makan, pulang.

"Wehhh nyonya besar baru datang!" sapaan yang cukup sopan Yuki dapat dari kawan-kawan gesreknya.

"Nyonya... Nyonya... Gue ini karyawan asal kalian tahu ya. "

Yuki tahu betul sapaan tadi adalah sebuah sindiran.

"Iya tapi sebentar lagi akan jadi Nyonya Kohler. " celetuk Alona tak bisa terelakkan.

"What????!!! " seru mereka hampir serempak.

"Lo sinting Alona....!" geram Yuki frustasi.

Bagaimana tidak frustasi, hubungannya dengan Al aja masih ngambang lha ini gara-gara mulut besar Alona, hubungan Yuki yang ngambang gempar di telinga kawan-kawannya.

"Lo serius Ki jadian sama Al, pengusaha terkenal itu? " Joshua Otai atau biasa di panggil Josh bertanya pada Yuki.

"Wahh wahh upik abu jadi cinderella nih, " Goda Vebi.

"Ehh mulut, udah donk. Lo jangan pada kaya Alona deh ya. Gue sama dia itu--"

"Kami emang pacaran. "

"Woww pangeran loe datang Ki! " seru para wanita Alona, Vebi, Nadya dan Nina.

Yuki menengok ke belakang, tepat di belakangnya ada seorang pria yang baru saja memotong ucapan Yuki dan membuat kawan-kawan Yuki terkagum-kagum.

Al tersenyum setelah mata Yuki memandangnya. Tanpa di suruh Al ikut bergabung duduk di sebelah Yuki.

Cup

Al mendaratkan kecupan ke pipi Yuki membuat si empunya pipi melotot tajam. Muka Yuki merah karena malu dan juga kesal. Bisa-bisanya Al bertingkah memalukan di depan banyak orang dan Al tenang-tenang saja, padahal jantung Yuki sudah kemana-mana.

"So sweet... " cletuk Nadya sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Merem oi merem masih banyak anak di bawah umur. " lanjut Rizki.

"Kalian boleh pesan lagi, aku yang traktir kalian hari ini. " seru Al.

Yuki semakin menggelengkan kepala melihat tingkah tak biasa Al. Yuki menempelkan telapak tangan di dahi Al, ia ingin mengecek suhu badan mungkin saja Al sedang demam jadi otaknya sedikit bergeser.

"Kok nggak panas?!!" tanya Yuki polos.

"Aku emang enggak sakit sayang,"

Setelah kedatangan Al yang tiba-tiba membuat baik Yuki dan kawannya kaget kecuali Alona karena memang Alona tahu jika Al akan datang. Pagi tadi Al bm Alona mencari Yuki yang nggak balas pesan dan angkat telepon nya. Karena Al ingin sekali berjumpa dengan Yuki maka Alona memberi tahu dimana mereka berada. Kini mereka membaur menjadi satu. Salah satu trik Al juga untuk mendekati Yuki kembali sebenarnya, Al merasa jika dia juga harus akrab dengan kawan-kawan Yuki kalau dia mau dekat dengan Yuki. Hal tersebut tak pernah terfikir oleh Al dulu, sehingga sekarang ia mencoba untuk memperbaikinya.

"Kapan nih Al bawa Yuki ke pelaminan? Diantara kita Yuki paling tua masa dia mau nikah belakangan juga. Apalagi sekarang udah ada gandengan nih. " Josh bertanya serius pada Al. Yuki hanya menggerutu dalam hati mendengar pertanyaan Josh. Dia laki-laki tapi mulutnya comel.

"Tenang aja, bentar lagi kalian pasti terima undangan dari kita. " jawab Al santai.

"Beneran ya? Kita akan siapin kado tempat buat kalian bulan madu pokoknya! " timpal Rizki bahagia.

"Heh lo pikir nggak mahal apa nyiapain tempat bulan madu. Lo kira Al mau bulan madu di hutan, dia pasti dah nyiapin tempat istimewa lah. " lanjut Nina.

"Kalian tenang aja, apapun yang kalian berikan pasti kami gunakan kok, jadi nggak perlu khawatir. "

Asik, kesan pertama yang Al terima saat berjumpa dengan kawan-kawan Yuki. Al terus menanggapi apapun yang teman Yuki bicarakan apalagi menyangkut pernikahan Al dan Yuki yang memang masih dalam rencana angan-angan. Tapi Al yakin secepat mungkin semua itu akan terealisasi.

***

Yuki dan Al berada dalam satu mobil. Untunglah tadi Yuki berangkat naik taxi jadi nggak ribet kalau harus niggalin mobil di caffe dan minta sopir Al mengambil, akan merepotkan pikir Yuki. Sekalipun sudah cukup sering, tapi Yuki tetap tak enak hati.

"Kok diem..?" sedari tadi Al memperhatikan Yuki yang hanya diam sembari menerawang ke jalanan.

"Ehh... Kenapa? " Yuki balik bertanya.

"Kenapa diem? Marah sama aku? "

"Nggak kok, lagi mikir aja. Kenapa kamu bisa ada di sana. " pertanyaan yang sedari tadi ingin Yuki tanyakan pada Al.

"Alona.. Tadi aku tanya ke dia kamu dimana soalnya aku bm dan telpon nggak ada respon."

Yuki buru-buru membuka tas dan mencari hape pintar miliknya. Benar saja, setelah ia membuka kunci di layar tertera panggilan tak terjawab dan juga pesan. Pasalnya setelah ribut dengan dandanan ia tak lagi membuka hape hingga detik tadi.

"Ada kan? "

Yuki nyengir malu ke arah Al. "Sori aku nggak lihat-lihat hape. Habis buru-buru ke caffe, udah telat akunya. "

Al mengacak ramput Yuki "Makanya meskipun libur tetap bangun pagi donk, Yang! "

"Biarin lah, salah sendiri mau ngumpul nggak bilang-bilang. " Bela Yuki.

"Kalau udah jadi istri nggak bakalan aku bolehin kamu bangun siang kecuali... " Al menggantungkan ucapannya.

"Kecuali apa? "

"Ya... Kalau ..." Al menatap Yuki dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada maksut tersirat disana. Tapi Yuki mengabaikan, Yuki tahu betul otak Al.

"Jangan harap! " sungut Yuki

"Dosa lho kalau nolak,"

"Aisss, ke cucian mobil yuk! " ajak Yuki

"Mau ngapain? "

"Cuci otak kamu biar bersih! "

Al tertawa terbahak menanggapi perkataan Yuki. Mereka memang abstrak, tapi keabstrakan mereka inilah yang akhirnya menyatukan keduanya dalam sebuah hubungan yang ngambang.

****

10