webnovel

KASIH KELUARGA YANG HILANG

Seorang anak lelaki bungsu yang bernama Andreas dari 6 anak bersaudara, periang, jiwa bersahabat, ramah dan menyayangi orang nya meskipun Andreas tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya dan selalu di acuhkan. Dalam kehidupan keseharian nya kerja adalah obat kerinduan akan kasih dari keluarga, orang tua yang tidak pernah adil dan saudara-saudara yang menganggap nya sebagai benalu. Benalu yang menjadi bank berjalan bagi keluarga nya, dia hanya di perlukan ketika keluarga nya dalam masalah, sakit hati sudah biasa di rasakan nya, kepedihan sebagai anak yang tidak pernah di perhatikan dirasakan dalam setiap relung kehidupan nya. Seorang gadis yang disukai nya bernama Indah, yang membawa nya ke harapan kehidupan yang bahagia, perhatikan dan kasih sayang tulus buat Andreas. Tapi percintaan nya tidak lah mulus, di karena kan Abang-abang nya belum menikah, adat istiadat yang masih di pegang orang tua menjadi penghalang nya untuk merajuk rumah tangga yang bahagia bersama indah akhirnya pupus. Indah calon istri nya dinodai oleh Abang nya Sulung nya. sehingga Indah wanita yang disayangi nya memilih untuk mengakhiri hidup nya dengan cara bunuh diri. Kehidupan Andreas berubah berbanding terbalik, yang dulu nya sangat menyayangi orang tua kini menjadi tidak perduli, bahkan sengaja menghindari nya. Dingin, acuh tak acuh dan pendiam itu lah Andreas setelah di tinggal oleh Indah wanita yang di cintai nya. Apakah Andreas bisa menemukan cinta baru? bagaimana perlakuan Andreas kepada orang tua nya lagi? ini lah kisah Andreas kisah cinta dan keluarga.

parles_nababan · Realistic
Not enough ratings
11 Chs

PACAR BANG EVAN HAMIL

Baru aja Rasanya tertidur lelap tiba-tiba pintu rumah di gedor dengan kuat, kulangkah kaki ini walaupun terasa berat untuk membuka pintu rumah.

Ku lihat bang Evan bersama Pacarnya sedang berdiri dengan raut wajah cemas, dan langsung masuk begitu saja sambil berteriak-teriak memanggil mamak dan Bapak.

"Mak..... Mak....

"Bapak... bapak....

begitulah ber ulang-ulang kali, dan akhirnya mamak dan bapak serta bang Rado disusul oleh bang Rivan keluar dari kamar Nya.

"kenapa mang.... kenapa teriak-teriak?"

ya dah duduk lah dulu baru cerita.

Mamak bertanya dengan lembutnya ke bang Evan, sambil mempersilahkan Evan dan pacar nya itu untuk duduk di tikar pandan alas tidur ini. tapi bang Rado dan bang Rivan hanya duduk di kursi yang ada di meja makan.

"Mak.... pak....

pacar Evan, Nadira ini hamil anak ku Mak.

ahhhhhhh.....

mamak dan bapak mengeluarkan napas nya dengan berat, terlihat bang Evan mengatakan nya dengan leluasa dan gampang tanpa merasa bersalah. sementara bang Rido dan Rivan hanya bengong demikian juga dengan ku, kami bengong akan pengakuan bang Evan di tengah malam ini.

"Jadi ini gimana Evan? bukan kamu ingin mendaftar jadi tentara itu?"

"Ngak jadi Mak, karna si Kelvin aja yang pintar tidak lulus bahkan sudah 3 kali ikut tes tapi tidak lulus juga, gimana dengan ku Mak?

Ku perhatikan mamak dan Bapak menekuk leher nya, sementara aku hanya terdiam melihat mereka semua. belum juga mencoba mendaftar kan tapi sudah mengeluh dan menyerahkan segampang itu ya, dan sekarang bawa pacar yang lagi hamil.

"kenapa sih Mak?

kan tinggal kawin kami aja, biar mamak dan bapak tidak malu di kampung ini, karna belum ada orang lain yang tau kalau Nadira ini hamil, hanya Keluarga Nadira dan kita semua yang tau.

segampang itu bang Evan menyelesaikan masalah nya, ku lihat lagi mamak dan bapak sudah melototi Evan dan pacar nya itu.

"Kawin itu perlu uang Evan, bapak dan mamak dapat uang dari mana?

"Amang Boru... Bou....

kami juga sudah ngomong sama Bapak dan mamak di rumah, biaya pernikahan dan pesta nya akan di tanggung oleh keluarga kami, amang Boru dan bou hanya perlu menyediakan sinamot atau mahar sebesar 35 juta."

Nadira menjelaskan nya kepada bapak dan mamak dengan enteng nya, sebutan atau panggilan dalam Batak Toba amang Boru dan bou adalah panggilan calon menantu perempuan kepada calon mertua nya.

dan juga panggilan kepada saudara perempuan dari pihak bapak.

"Nadira..... itu adalah uang besar bagi kami, sementara Abang nya Evan masih kuliah dan butuh biaya Juga."

"Pokoknya Nadira tidak mau tau bou, bang Evan harus menikahi ku dan mahar 35 juta harus ada, kalau ngak Evan akan di adukan bapak ke polisi.

Nadira berkata dengan suara yang di tinggikan, orang tua Nadira adalah peternak hebat dan punya sawah yang luas, menurut kabar yang beredar Nadira adalah anak satu-satu nya dan anak manja.

"Amang Boru dan bou besok harus ke rumah menemui orang tua ku, bang Evan antar kan aku pulang sekarang.

Kami ber lima masih bengong, sementara Evan dan Nadira sudah berlalu, suara motor kini sudah hilang di telan gelap nya malam ini.

dan Seketika itu bang Rado dan bang Rivan beranjak dari kursinya dan menemui kami di tikar pandan ini.

"Bapak gadaikan aja SK PNS bapak itu, seratus juta dapat nya itu, mahar nya 35 juta dan sisa nya buat beli motor kami berdua.

bang Rivan bicara seenak jidat nya aja, dan hanya memikirkan tentang kemauan mereka aja, anak kembar itu memang selalu sehati apalagi kalau urusan uang.

Bapak adalah pegawai negeri sipil dengan jabatan bendaharadi kantor Camat, dan mamak adalah guru matematika di SMP di kampung kami berstatus pegawai negeri.

"bapak Gilbert ...

Kasihan anak-anak kita, gadaikan aja SK PNS nya bapak, kan masih ada gaji ku, kasihan si kembar kita ini tidak punya motor seperti kawan-kawan nya.

"baik lah ma kalau begitu, dari pada kita malu kan."

Sangat mengherankan, ku kira bapak dan mamak akan marah besar terhadap bang Evan eh ternyata salah.

Tahun lalu saya mintak di belikan sepatu baru, dan sampai sekarang sepatu itu tidak pernah ada, dan akhirnya Uda Paima yang membeli nya untuk ku.

Kini kedua Abang ku mintak motor, langsung di kabulkan dengan cara menggadaikan SK PNS nya. itu memang sudah biasa saya di rumah dianggap tidak ada, ku lirik bapak dan mamak.

"pak.... bukan nya bapak pernah ngomong kalau bapak dan mamak akan menikah kan kami secara berurutan sesuai dengan Adat?"

"bapak jelaskan pun kamu tidak akan mengerti Evan."

hanya itu lah yang disampaikan oleh Bapak, setelah itu, mereka pun berlalu ke kamar nya, begitu juga dengan kedua Abang ku itu.

Ku baringkan kembali tubuh ini ke ke lantai yang beralasan tikar pandan ini, ku bawa semua nya yang ku alami dan peristiwa malam ini ke dalam mimpiku.

**

Pagi sudah tiba bapak dan Mamak sudah siap untuk menuju rumah keluarga Nadira, sementara kedua Abang kembar ku itu masih tertidur karena memang pengangguran.

Sementara aku harus mencuci piring dan menjemur kan kain yang ku cuci tadi malam, setelah itu ku bersiap untuk beribadah Minggu khusus muda-mudi Gereja.

Di ibadah ku kali ini saat doa, ku adukan semua nya ke pada pencipta ku, perasaan, perlakuan terhadap ku dan juga pergumulan ku di dalam doa, saat menyampaikan doa dan permohonan ku ini tak terasa air mata ku mengalir begitu saja.

Setelah selesai ibadah langsung pulang ke rumah dan mengambil tas ransel ku kemudian kembali ke rumah Uda Paima, rumah dan keluarga yang membuat ku semangat menghadapi hidup ini.

Sesampai di rumah Uda Paima, segera ku ganti baju ku dan langsung ke kandang bebek, Uda Paima dan istrinya nya saat ini sedang Ibadah Minggu.

Berselang waktu kedengaran suara teriakan bapak dan mamak memanggil Uda Paima, ada apa gerangan? tumben bapak dan mamak mau berkunjung kemari?.

Dengan berlari kecil ku temui bapak dan mamak, jarak kandang dengan rumah Uda ku ini tidak terlalu jauh.

"Ada apa pak... Mak.....

"Uda mu mana?

"kan ibadah Pak, mangnya bapak sama mamak ngak ibadah?"

"itu ngak terlalu penting Evan."

"jadi yang terpenting sekarang apa Mak?"

"bertemu dengan Uda mu."

"ya dah Mak, bapak masuk dulu biar ku buatkan minuman.

"ngak perlu Evan mamak bawa minuman kok, lagian mamak ngak mau makan dan minum dari rumah ini karena disini jorok dan bau."

sebenarnya sakit hati mendengar perkataan mamak, setelah duduk di sofa ku perhatikan mamak sesekali tutup hidung sambil ber kipas, padahal daerah kami tidak lah panas.

Ku perhatikan bapak dengan wajah gusarnya, sedangkan mamak dengan gaya angkuh nya sambil memainkan kipas nya. ku dengar suara motor nya Uda Paima di luar dan tidak berapa lama akhirnya Uda Paima dan inang Uda Paima tiba di dalam rumah.

"lama kali kalian Mak Paima, ngapain aja kalian di gereja? dah lama kami nunggu disini loh.

"ngak juga nya kak, memang jam segini nya pulang ibadah, Andre minuman Bapak dan mamak kok ngak buatin?

"ngak usah pala Mak Paima, lagian saya ngak mau makan dan minum dari rumah ini, di tempat jorok seperti ini."

Mendidih rasa nya darah ini mendengar omongan mamak, seorang tenaga pengajar berbicara tanpa ber etika.

"Mak..... rumah ini jauh lebih bersih dan lebih besar dan mewah dari rumah kita, eh.... bukan rumah kita, tapi rumah dinas, Pegawai Negeri sipil kok ngak punya rumah?"

"Andre.....

jaga sopan santun mu mang, inang Uda ngak pernah mengajari tak ber etika kepada orang tua."

Nasihat inang Uda Paima selalu ku ingat dan berusaha untuk melaksanakan dalam hidup ku, tapi hinaan mamak ini membuat ku lupa akan nasihat Inang Uda Paima.

"maaf kan Andre ya kak namanya juga anak muda masih labil emosi nya, ada keperluan apa kakak datang kemari?

"Gini...Mak Paima si Evan mau kawin sama Nadira, awal nya keluarga Nadira yang menanggung semua biaya nikah dan pesta nya, tapi sekarang beda kesepakatan.

mahar 35 juta dan setengah biaya pesta nya harus kami yang tanggung.

"loh....kok mendadak Kali kak, apa yang terjadi?"

"itu bukan urusan mu Mak Paima."

"kalau bukan urusan ku ngapain kakak datang kemari?."

"Dengar ya Mak Paima kalau bukan mendesak saya tidak akan datang kemari paham.

mamak seperti nya emosi nada suara nya di tinggi kan, tapi Inang Uda Paima masih saja sabar.

"tenang kak.....

sekarang apa keperluan apa kakak datang kemari?

"langsung aja, saya tidak betah lama-lama disini, Andre kan dah lama bantu-bantu kalian disini, jadi sadar diri lah berikan upah nya sekarang pada ku saya butuh uang itu."

"Mamak kok kyak gitu? bukan bapak akan menggadaikan SK PNS bapak buat pesta bang Evan?"

"Andre..... nanti ngak cukup untuk buat beli motor Abang mu.

"Mak...

kenapa hanya Abang dan Abang, bagiamana dengan apa aku bukan....

"Andre..... jaga sopan santun."

Uda Paima langsung memotong pembicaraan, perasaan ku sudah tidak bisa ku definisi kan, tanpa terasa air mataku ini mengalir lagi. dan Seketika itu juga Inang Uda Paima memeluk ku seketika membuat hati menjadi tenang, pelukan seperti ini tidak pernah ku dapat kan dari mamak.

"kak... bang ....

sebaiknya kalian pergi dari sini saya muak lihat kalian berdua.

"eh..... pak Paima mandul, saya hanya memintak hak anak saya.

"hak kakak bilang, ha....

kewajiban kalian mana? saya dan istri ku yang membiayai Andre, jika pun ada uang nya Andre itu untuk biaya pendidikan nya, bukan buat pesta nikah anak mu.

pergi... pergi.....

Akhirnya bapak dan mamak pergi meninggalkan kami setelah Uda Paima membentak nya, dan Uda Paima pun ikut memeluk ku, setelah agak tenang kami pun Duduk, ku pandangi wajah Uda pak Paima dan inang Uda Paima.

"Uda.... inang Uda, apakah saya bukan anak kandung bapak dan mamak? kenapa perlakuan bapak sama mamak berbeda terhadap ku?"

"Andre..... kamu itu anak kandung bapak dan mamak mu, dulu bapak dan mamak mu berharap kamu lahir sebagai perempuan, tapi kamu yang lahir sebagai laki-laki.

sementara mamak mu tidak bisa lagi melahirkan karna rahim mamak mu sudah diangkat karena komplikasi saat melahirkan mu, itu lah sebab nya mang. dan saat kami memintak mu untuk kami adopsi bapak dan mamak mu menolaknya.

Rasanya jiwa ku ini meronta-ronta dan berkecamuk, untuk kesekian kali prinsip ku langgar lagi, tak terasa air mata mengalir lagi, Uda dan inang Uda Paima hanya memeluk ku.

"Andre..... dengar inang Uda ya, kamu sudah kami anggap sebagai anak kami."

"Andre... selama Uda dan inang Uda ini masih hidup, kamu akan kami perjuangkan.

Perkataan Uda Paima dan inang Uda Paima membuat menjadi teduh dan tentang, serta bersyukur karna masih ada yang mengasihi ku dengan tulus.