webnovel

Rasa Kecewa

Cahya tidak pernah mendengar Arsen begitu marah padanya seperti tadi. Dia sendiri tidak sengaja ingin membuat rencana Arsen gagal. Sebab dia masih belum siap dan Sandra keburu masuk. Membuat Cahya merasa bersalah pada sahabatnya itu yang ingin membuatkan kejutan untuk sang pacar.

"Ar, maaf gue nggak sengaja. Tadi gue belum siap dan Sandra udah masuk duluan. Maafin gue ya?" ucap Cahya seraya memohon pada Arsen yang terlihat sangat marah. Kali ini dia kecewa dengan Cahya yang tidak bisa membuatnya senang.

Sedangkan Sandra yang baru saja datang merasa heran dengan apa yang terjadi pada Arsen sehingga dia terlihat sangat marah sekali pada Cahya. Baru kali ini Sandra melihat Arsen sangat marah pada Cahya. Karena biasanya mereka selalu terlihat akrab dan menempel bagaikan perangko. Sandra mendekat, namun dia masih memperhatikan keduanya.

"Gue kan udah bilang sama lo buat siapin dulu Cahya. Kenapa lo gagal sih, gue kecewa!" Arsen meninggikan suaranya lagi sehingga membuat hati Cahya berdenyut nyeri saat dia mendengar Arsen yang memanggilnya dengan panggilan Cahya. Arsen layaknya orang asing yang belum pernah kenal dengannya sama sekali. Biasanya Arsen memanggilnya dengan sebutan Ay, dan itu terdengar manis di telinga Cahya. Cahya benar-benar diliputi rasa bersalah pada Arsen.

"Tapi gue nggak sengaja Ar," sahut Cahya lagi, dia tidak ingin Arsen marah padanya.

Sandra mendekat pada Arsen dan berdiri tepat di samping cowok tampan itu. "Ada apa yank? Kok kamu marah banget sama Cahya?" tanya Sandra yang berusaha ingin tahu permasalahan mereka berdua. Arsen menoleh, wajahnya terlihat sendu dan merasa bersalah karena tidak jadi membuat kejutan untul Sandra.

"Maaf ya Beb aku nggak bisa kasih kejutan buat kamu malam ini karena harus gagal," ucap Arsen sendu sambil meraih tangan Sandra, Cahya yang melihat itu langsung merasa sesak. Dia tidak menyangka jika perasaannya begitu dalam untuk Arsen sehingga melihat Arsen bersikap manis dengan kekasihnya membuat darahnya mendidih, Cahya tidak kuat.

Sandra lalu menatap Cahya, dia menghembuskan napas pelan. "Terus kamu meminta bantuan sama Cahya tadi?" tanya Sandra pada Arsen, dan dijawab anggukan oleh Arsen karena dia merasa tidak enak hati dengan Sandra karena membuatnya kecewa di saat malam spesial seperti ini.

"Maaf ya San, aku nggak sengaja untuk mengacaukan semuanya. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Cahya lirih pada Sandra. Sandra tersenyum, lalu dia menatap Arsen kembali. Malam ini Sandra tampil begitu cantik untuk kencan berdua dengan Arsen. Arsen yang melihat Sandra yang cantik malam ini sangat terpesona. Sehingga dia melupakan keberadaan Cahya yang sejak tadi merasa sedih karena telah merasa bersalah dengan kejadian barusan.

"Udah kamu nggak usah marahin Cahya begitu, dia kan sahabat kamu. Berarti sahabat aku juga, jadi aku nggak masalah kok kalau kamu gagal memberi kejutan buat aku malam ini. Besok-besok kan masih bisa," ucap Sandra pada Arsen sambil menangkup pipi Arsen sambil mendongakkan wajahnya karena tubuh Arsen yang terlampau tinggi. Cahya yang melihat kemesraan yang ada di depan matanya langsung merasa tidak nyaman, dia ingin pergi dari hadapan mereka berdua dan perlahan berjalan mundur. Arsen dan Sandra tidak menyadari jika Cahya sudah menghilang dari café itu karena keduanya sedang saling tatap dengan perasaan yang saling memuji satu sama lain.

Sedangkan Arsen yang sudah terlena dengan kecantikan Sandra kini langsung menarik tangan Sandra dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu ke tampat yang sudah dipesannya sejak tadi. Dia sangat bahagia malam ini karena bisa mengadakan acara untuk Sandra, gadis yang disukainya sejak pertama kali masuk ke sekolah SMA.

"Kamu bisa makan sepuasnya malam ini dan apapun yang kamu suka," ucap Arsen sambil matanya tak lepas memandang wajah cantik Sandra, senyuman pun tak pudar dari wajah Arsen saat Sandra hanya malu-malu.

"Beneran nih?" tanya Sandra memastikan dengan senyum yang mengembang.

"Iya, kamu bisa bebas pilih apapun yang kamu mau," sahut Arsen lagi, tangannya kini menggenggam tangan Sandra yang ada di atas meja. Hal itu tak luput dari pandangan Cahya yang masih bersembunyi dan mengintip dari luar apa yang dilakukan oleh Arsen dan Sandra saat ini. Hatinya mencelos menertawakan dirinya sendiri yang masih saja mencintai Arsen sejak SMP persisnya.

"Makasih Sayang!" ucap Sandra dan Arsen langsung mengangkat tangan Sandra dan mengecupnya singkat. Sandra langsung memerah saat mendapatkan perlakuan manis seperti itu dari Arsen.

"Happy birthdays sayang, sweet seventeen." Arsen mengucapkan ulang tahun kepada Sandra tanpa menyadari jika dirinya telah mengabaikan Cahya yang saat ini sedang terluka karena melihat orang yang dicintainya terlihat romantis dengan gadis lain. Cahya kesal dengan dirinya sendiri yang bisa terjebak friendzone dengan Arsen, padahal dia sudah berusaha untuk bersikap biasa saja. Namun dirinya tidak bisa, otaknya selalu dipenuhi oleh Arsen dan Arsen.

***

Sementara itu, Cahya yang tidak ingin larut dalam kesedihan kini langsung meninggalkan café tersebut karena tidak ingin membiarkan hatinya semakin sesak. Dengan mata yang tampak berkaca-kaca Cahya menuntun sepedanya menyusuri jalanan. Cahya bahkan menghilangkan rasa takutnya malam ini agar bisa sampai ke rumah. Saat ini jam menunjukkan pukul 8 malam, Cahya yakin jika kedua orang tuanya akan marah dan tidak mengizinkan dirinya masuk malam ini karena keluar malam. Cahya tidak pernah diizinkan untuk keluar malam oleh kedua orang tuanya.

Saat Cahya melamun tiba-tiba langkahnya terhenti saat ada beberapa preman yang menghadang langkahnya kali ini. Membuat Cahya gugup dengan dada yag berdebar karena takut akan terjadi sesuatu pada dirinya malam ini. Cahya berusaha untuk menguasai dirinya agar tidak terlihat sedang takut. Kini Cahya menelan salivanya susah payah saat melihat para pria bertato dengan wajah yang tampak menyeramkan baginya. Jujur dia sangat takut.

"Mau apa kalian, permisi saya mau lewat," ucap Cahya yang berusaha untuk memberanikan diri agar mereka tidak berani dan mencoba mengganggunya, Cahya takut dan merapalkan doa-doa agar dia selamat dari para preman itu yang berjumlah tiga orang.

"Kita antar ya Neng? Nggak baik loh cewek keluar sendiri malam-malam begini." Preman dengan tato penuh di lengannya itu kini mendekat dan ingin menggoda Cahya. Sedangkan Cahya melangkah mundur sambil menuntun sepedanya. Dia benar-benar takut.

"Tolong jangan ganggu saya, saya mau pulang!" teriak Cahya dengan mata yang berkaca-kaca. Sumpah demi apapun dia sangat takut dengan keadaan seperti itu yang tidak pernah dia bayangkan selama ini. Cahya berharap jika ada Arsen yang tiba-tiba mau menolongnya. Namun sepertinya hal itu tidak akan terjadi karena Arsen sedang bersenang-senang saat ini bersama sang kekasih untuk merayakan ulang tahunnya.

"Buru-buru amat sih Neng, ayo ikut kita!" ucap pria satu lagi yang bertubuh kekar, tangannya menarik tangan Cahya sehingga membuat Cahya menjerit ketakutan.

"Jangan ganggu dia, lepaskan!" sontak semuanya menoleh saat mendengar suara yang mengganggu aksi mereka.