webnovel

Arsen meminta bantuan Cahya

Hari-hari telah berlalu, semakin hari Cahya semakin merasa sedih. Pasalnya dia merasa kehilangan Arsen yang dulu selalu ada waktu untuknya kapan saja dan di manapun dia berada. Tetapi saat ini Arsen sudha menjadi milik Sandra. Arsen sudah menyatakan perasaannya kepada Sandra di depan Cahya waktu di café. Saat akan menyatakan perasaannya dengan Sandra waktu itu, Arsen mengajak Cahya juga ke café. Cahya sangat senang, dia pikir saat itu Arsen akan mengajaknya bermain seperti biasanya. Tetapi, begitu tiba di café yang dimaksud oleh Arsen, tiba-tiba tubuh Cahya mendadak lemas. Dia disuruh menjadi saksi atas pernyataan cinta Arsen kepada Sandra. Batinnya terasa sesak namun sebisa mungkin Cahya menyembunyikan perasaannya itu agar Arsen tidka tahu.

Hari ini setelah pulang sekolah, Cahya disuruh oleh ibunya untuk mencuci baju lagi seperti biasanya. Sedangkan kakaknya tidak pernah melakukan pekerjaan apapun. Dia dijadikan ratu oleh ibunya sehingga membuat Cahya merasa iri karena dia tidak pernah mendapatkan perlakuan yang baik dari mereka. Kadang Cahya berpikir, apakah dia anak kandung ibunya atau bukan. Kenapa dia dibedakan sejak kecil oleh ibunya sehingga membuat batinnya selalu menahan tangis teramat sangat. Karena ingin menumpahkan tangisannya pun percuma bagi Cahya, karena tidak ada yang peduli lagi kepadanya. Kecuali Arsen, tetapi dia sudah sibuk dengan Sandra saat ini. Waktu yang dilaluinya terasa lambat sekali, ingin sekali Cahya segera lulus namun dia masih kelas sebelas semester akhir.

"Cahya, cepetan kalau nyuci baju jangan ngelamun. Abis ini kamu ibu suruh beli galon ke warungnya bu Minah!" teriak mamanya saat melihat dari kejauhan jika Cahya tidak segera mencuci bajunya. Cahya yang mendengar teriakan ibunya langsung segera menyelesaikan pekerjaannya. Tidak ada lagi kata protes yang dilontarkan oleh Cahya karena dia sudah kebal.

Tak berapa lama kemudian akhirnya cucian sudah selesai dan Cahya segera mengganti bajunya yang basah. Dia akan menjemurnya terlebih dahulu dan mengerjakan perintah ibunya yang lain. Lelah, sebenarnya itu yang dirasakan Cahya saat ini. Apalagi akhir-akhir ini tubuhnya sangat tidak fit dan dia sering pusing karena kurang tidur.

Saat Cahya sudah selesai menjemur pakaiannya, ponselnya berdering. Dengan cepat Cahya mengangkat panggilan teleponnya. Ternyata Arsen yang memnghubunginya setelah sekian lama dia tidak menghubungi Cahya lagi seperti dulu. Cahya tentu saja merasa senang, karena Arsen mau menghubunginya lagi.

"Halo, Ar. Ada apa?" tanya Cahya dengan perasaan cemas. Pasalnya dia sekarang jarang sekali berbaur dengan Arsen di sekolah karena dia sudah dengan Sandra selama tiga bulan pacaran. Dan Cahya pun tidak ingin menganggunya.

"Lo dimana? Gue minta tolong sama lo bisa nggak Ay?" tanya Arsen yang terdengar khawatir. Sehingga membuat Cahya semakin penasaran, ada apa dengan Arsen kali ini.

"Ya Ar ada apa? Siapa tau gue bisa bantu lo." Cahya memastikan pada Arsen jika dirinya sedang tidak sibuk.

"Lo bisa datang ke sini nggak? Ke jalan xx, gue lagi butuh bantuan lo kali ini," sahut Arsen meminta Cahya agar datang ke tempat yang sudah disebutkannya barusan. Cahya penasaran, ada apa dengan Arsen kali ini sehingga memintanya untuk segera datang ke tempat itu yang dia tahu adalah tempat mewah. Cahya mendadak curiga namun dia tetap penasaran.

"Iya bisa, tapi gue masih bantuin ibu dulu bentar ya. Abis ini gue otw ke situ," sahut Cahya meyakinkan Arsen jika dirinya akan ke sana sebentar lagi.

"Oke gue tunggu lo ya, bye," sahut Arsen seraya mematikan ponselnya dan Cahya pun segera ke warung bi Minah yang berada tidak jauh dengan rumahnya. Setelah itu dia membeli apa yang diminta oleh ibunya. Dengan cepat dia melakukannya dan ingin segera menemui Arsen. Cahya sangat khawatir dengan keadaan Arsen saat ini sehingga dia tidak ingin menunda terlalu lama.

Setibanya di rumah Cahya langsung meletakkan galon yang baru dibelinya di dapur. Galon dengan berat 19 liter itu diangkat oleh Cahya sendiri, itu udah hal biasa bagi Cahya karena semua pekerjaan rumah dia yang lakukan. Kemudian Cahya mengganti pakaiannya yang lebih pantas agar tidak membuat Arsen malu karena Cahya tahu tempat itu adalah yang sering dikunjunginya bersama Arsen saat pulang sekolah. Arsen sering mengajak Cahya ke tempat itu dan setahunya itu adalah tempat café. Tapi Cahya masih belum tahu apakah Arsen ada di café itu atau tidak.

"Mau kemana kamu?" tanya Ibunya saat melihat Cahya yang sudha rapi dan membawa tas slempang untuk tempat ponselnya. Kali ini Cahya menggunakan dress sederhana dengan motif bunga dan menggunakan sepatu sneakersnya. Cahya menoleh dan menghentikan langkahnya.

"Mau keluar dulu, ada kepentingan sama Arsen," jawab Cahya datar saat ibunya berdiri di depannya dengan wajahnya yang tidak ada senyuman sama sekali. Hal yang tidak pernah Cahya lihat sejak dia masih kecil dulu. Selalu saja perlakuan buruk yang dia terima dari ibunya, ayahnya bahkan kakaknya juga.

"Arsen terus, kamu lama-lama udah kayak anak nggak bener mainnya sama Arsen terus. Apa nggak ada temen lain selain Arsen?" bentak mamanya saat Cahya memberitahu tujuannya.

Cahya tidak peduli, dia langsung melanjutkan langkahnya lagi karena jika dirinya keluar pasti akan seperti itu pada akhirnya. Ibunya berteriak pun Cahya tidak menoleh sama sekali, dia langsung meraih sepedanya dan segera meninggalkan halaman rumahnya. Dalam hatinya merasa sesak, namun dia tahan karena tidak ada yang solusinya juga jika dia menangis.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Cahya sudah tiba di tempat yang disebutkan oleh Arsen tadi. Dia mencari keberadaan Arsen, ternyata Arsen duduk sendirian di dekat pintu masuk sehingga Cahya tidak sulit menemukan keberadaan Arsen kali ini.

"Hai Ar, ngapain lo nyuruh gue ke sini?" tanya Cahya yang mengagetkan Arsen karena dia masih fokus pada ponselnya. Arsen langsung meletakkan ponselnya dan menyuruh Cahya untuk duduk terlebih dahulu.

"Lo mau pesen apa? Pesen aja dulu," ucap Arsen.

"Nggak usah, lo ngomong aja mau apa nyuruh gue ke sini?" tanya Cahya sekali lagi karena dia sangat penasaran.

"Lo bisa bantu gue buat nyiapin kejutan buat Sandra kan Ay? Plis bantu gue dong," pinta Arsen yang membuat tubuh Cahya menegang, dia terlalu kaget mendengar permintaan Arsen barusan. Dia pikir Arsen memintanya datang untuk bermain seperti biasanya ngobrol santai dan bercanda. Tetapi Arsen malah memintanya untuk menyiapkan kejutan untuk Sandra, kekasih Arsen yang sudah pacaran selama tiga bulan.

"Kejutan?"

"Iya kejutan, dia lagi ulang tahun hari ini. Makanya gue butuh bantuan lo, bisa kan?" tanya Aresen memastikan. Bahkan Arsen tidak sadar dengan Cahya yang menyukainya sejak lama.

"Bisa, gue harus ngapain nih?" sahut Cahya yang berusaha untuk menguasai dirinya agar tidak terlihat sedih di hadapan Arsen jika saat ini dia sedangn terluka karena Arsen memintanya untuk membuat kejutan Sandra.