webnovel

Justice or Crime - Eps 15

Pagi itu sekitar pukul 08:00 Ayah Tia menanyakan perihal Tyo tidak bisa di hubungi kepada Tia.

"Tia kok Tyo tidak bisa di hubungi ya sedari pagi ayah telpon?", tanya Ayah Tia.

"Iya yah dari pagi juga Tia hubungi dia tidak di angkat-angkat", jawab Tia.

"Tidak maksud ayah ingin tanya gimana hari ini apa bisa datang ke Toko untuk bantu ayah", ucap Ayah Tia lalu berjalan menuju teras depan.

"Kemana ya dia ko ga bisa di hubungi sama sekali di kirim pesan juga ga di bales sama sekali", gumam Tia kesal karena Tyo sulit dihubungi.

Di teras Ayah sedang duduk melamun dengan sebatang rokok yang ia hisap.

"Aku tidak akan membiarkan toko milikku yang sudah ku bangun hingga sampai saat ini harus di rebut atau pun di hancurkan oleh orang itu", gumam si Ayah.

Lalu ibu datang menghampiri Ayah dengan membawa secangkir kopi untuk Ayah.

"Ayah sudah jangan di pikirkan ini ibu buatkan kopi untuk Ayah", ucap Ibu membuyarkan lamunan si Ayah.

"Oh ibu iya bu ayah sudah bingung harus bagaimana , terima kasih ya bu kopinya", ucap si Ayah.

"Iya yah ibu juga sudah tau cerita soal Tyo , pesen dia kan agar Tia jangan sampai tahu", ujar Ibunya.

"Yang ayah takutkan itu kan dia hanya tinggal berdua dengan adiknya malah jadi sasaran dari pihak itu yang ingin menghabisi mereka semua bu", ucap Ayah.

"Iya semoga nanti pihak itu tidak jadi merebut toko ayah", doa si Ibu pada Ayah.

"Bu kalo nanti Ayah gagal mempertahankan toko dan Ayah tidak kembali jangan pernah salahkan Tyo ya bu", pesan Ayah pada ibu.

"Ibu sudah anggap Tyo anak sendiri ayah jadi jangan pernah kuatir , ibu juga merasakan apa yang ayah rasakan.", jawab ibu.

"Tiaa kamu tidak berangkat biasanya kamu berangkat pagi", teriak Ayahnya.

"Ini Tia sudah rapi tinggal berangkat", jawab Tia.

"Lho tumben kamu berangkat siang nak", ucap Ibunya.

"Iya bu soalnya Tia ada kasus yang di perintahkan sama komandan dan datengnya siang jam 10an bu", jawab Tia pada ibunya.

"Oh yasudah", ucap Ibunya.

"Oh iya ayah nanti Tia malam ke Toko ya", ujar Tia pada Ayahnya sembari cium tangan untuk berangkat.

"Ohh yasudah kamu hati-hati ya tetap semangat jadi prajurit ya nak", ucap ayahnya memberi semangat.

"Tumben ayah memberi semangat ke Tia hehehe", ucap Tia.

"Tidak mengapa kan Ayah kalo memberi semangat anaknya", jawab si ayah.

"Iya si tidak mengapa tapi tumben aja gitu hehe , yasudah Tia berangkat ya", ucap Tia lalu berangkat.

Di kediaman Tyo yang kejadian malam itu ia masih di rumahnya dengan duduk membungkuk melihat adiknya yang sudah tak bernyawa dengan kondisi yang masih menangis.

"Orang itu tidak akan ku maafkan sampai kapan pun dan satu lagi itu adalah orang satuan keamanan yang aku tidak pernah lupa akan logo yang terlihat di balik jaketnya yang tidak tertutup rapat", gumam Tyo penuh dengan kebencian di matanya yang menyala orange dan di hiasi air mata yang masih belum kering.

Tiba-tiba ia di datangi oleh 2 orang tak di kenal menghampiri rumahnya.

"SIAPA DILUAR??", teriak Tyo mengetahui ada seseorang yang dimana ia merasakan 2 orang suku legenda.

"Boleh kami masuk?", jawab 2 orang itu di balik pintu.

"DARI SUKU MANA KALIAN??", teriak Tyo lagi.

"Aku dari Suku Mataru", jawab pria di balik pintu itu.

"Dan aku dari suku Mahimut", jawab wanita di balik pintu itu juga.

"Masuk saja tidak di kunci", ucap Tyo pelan.

Kemudian mereka berdua masuk dan menghampiri Tyo yang sedang duduk membungkuk.

"Aku suku yang lolos dari pembantaian", ucap wanita itu pada Tyo.

"Aku dan adikku adalah yang tersisa dari pembantaian para suku legenda", ucap pria itu.

"Lalu untuk apa kalian kesini?", tanya Tyo lirih.

"Boleh kami ikut denganmu?", tanya mereka berdua.

"Aku bukan pemimpin suku kalian", jawab Tyo lagi.

"Sekarang dan seterusnya kau adalah pemimpin kami dari suku yang tersisa", ucap mereka mendeklarasikan diri untuk Tyo.

"Hah untuk apa , itu tidak penting , yang terpenting adalah menghabisi 2 orang itu", ucap Tyo penuh dengan amarah dan ambisi balas dendam yang sangat pekat hingga membua mata 2 orang itu aktif menyala.

"Kita punya tujuan yang sama jadi kami mohon untuk jadilah pemimpin kami", pinta Wanita itu dengan memohon.

"Baiklah jika itu yang kalian mau , aku ingin mengumpulkan sisa suku yang tersisa dari pembantaian dahulu", jawab Tyo dengan aura balas dendam teramat sangat.

"Boleh kita bantu menguburkan saudaramu ketua", ucap mereka berdua menawarkan diri.

Lalu mereka bertiga menguburkan jenazah adik Tyo itu di belakang pekarangan rumah miliknya.

Siang itu Ayah Tia sudah sampai di Toko miliknya dan membereskan beberapa peoduk yang ia jual di toko itu , ya Ayahnya Tia menjual buku baik itu novel atau pun buku ilmu pengetahuan dan semacamnya.

"Saya ingin menawarkan lagi untuk negosiasi pak , toko bapak kami beli ya sekarang untuk berapa jumlah uang yang bapak inginkan kami penuhi agar toko bapak bisa kami beli", isi pesan singkat di handphone si Ayah.

Tak lama setelah membaca isi pesan singkat itu telpon si Ayah berdering karena ada panggilan masuk dari si pengirim pesan singkat itu.

"Ya hallo", jawab si Ayah setelah mengangkat panggilan masuk itu.

"Bagaimana pak negosiasi nya", tanya si penelpon itu.

"Maaf tapi saya tidak ingin menjual toko ini karena saya sudah membangun toko ini dari awal", jawab si Ayah.

"Yasudah kalo penawaran 200 juta bapak tidak mau bagaimana kalo 550 juta yang kami tawarkan pak?", tanya penelpon itu lagi berusaha membujug dan merayu si Ayah dengan nominal yang fantastis.

"Maaf saya tetap tidak menjualnya", jawab si Ayah.

"Baiklah bagaimana kalo bapak sebut saja berapa pun bapak sebut saya akan berikan sepenuhnya tanpa ada kurang sedikitpun", tawar si penelpon itu lagi.

"Saya tahu toko saya ingin di beli agar kalian bisa meratakan toko ini kan dan membangun sebuah tempat hiburan", ucap si Ayah.

"Loh saya kan sebagai pembeli untuk urusan saya mau meratakan atau membangun tempat hiburan kan bukan urusan bapak", jawab si penelpon sedikit dengan nada membentak.

"Maaf saya tetap tidak akan menjual toko milik saya", tegas si Ayah kepada si penelpon itu.

"Baiklah kalo begitu bapak akan menerima akibatnya karena sudah berkata tidak sopan pada saya", ancam si penelpon.

"Iya saya terima dan saya tidak takut ancaman kalian", tegas si Ayah penuh dengan amarah yang tertahan.

"Ttuuuuttt . . . Ttuuuttt".

Tak lama telpon itu di matikan oleh si penelpon dan setelah itu si Ayah duduk di tempat kerjanya lalu termenung dengan tindakan nya, si Ayah pun melanjutkan menulis sesuatu di bukunya.

Kembali ke masa sekarang.

Di tempat lain lebih tepatnya di markas Divisi 1 Kesatuan Keamanan sedang ada sebuah rapat penting yang dibuat oleh Siska untuk membahas perihal kasus Distric 2.

"Jadi rapat kali ini akan membahas perihal kasus distric 2 Selatan yang aku ingin meminta laporan dari kalian", ucap Siska membuka rapat siang itu.

"Apa ada informasi mengenai kasus yang sedang kita kerjakan?", tanya Siska.

"Komandan", ucap Rizki mengangkat tangan.

"Ya silahkan Rizki", ucap Siska.

"Untuk informasi yang kutelusuri ada kemungkinan ini berkaitan dengan salah satu organisasi yang gelap yang juga punya koneksi jaringan terhadap para mafia dan para geng tersebut", jelas Rizki.

"Organisasi? Bisa kau jelaskan lebih?", ucap Siska bertanya.

"Ya komandan saat ini ada 2 organisasi yang sudah ku cari informasinya yang pertama organisasi dengan lambang burung gagak mungkin bisa di katakan seperti itu , organisasi ini masih ada koneksi jaringan dengan para mafia dan para geng itu dan menurut analisis yang ku dapat dari beberapa sumber", jelas Rizki.

"Kemudian satu organisasi terendus oleh beberapa sumber masih dalam analisis abu-abu atau bisa di katakan masih belum cukup valid untuk ikut andil dalam kasus yang sedang kita tangani ini", tambah Rizki.

"Organisasi berlambang burung gagak?", tanya Siska heran.

"Apa ini berkaitan dengan laporan yang kanu jelaskan kemarin ya Tia?", ucap Siska lalu bertanya pada Tia.

"Iya itu organisasi BlackBird ya wajar dikatakan burung gagak karena memang itu mereka, dan mereka jelas ada kaitan koneksi jaringan dari tindak kejahatan yang terjadi pada kasus yang kita tangani ini karena penjelasan dari salah satu inteligen yang gugur disana", jelas Tia.

"Jika memang organisasi BlackBird andil dalam masalah ini lalu kaitan dengan suku legenda apa", ucap Siska.

"Apa yang mendasari suku legenda bisa berkaitan dengan kasus ini komandan?", tanya Tia.

"Ya karena Jenny melihat dalah satu dari petugas kita adalah salah satu dari suku legenda yang menyamar dan berkaitan dengan tersangka yang kemarin terbakar itu", jelas Siska.

"Bukan begitu Jenny ?", tanya Siska pada Jenny.

"Iya betul , aku tidak bisa memastikan keterkaitan suku legenda dengan organisasi BlackBird tapi aku melihat dengan mata kepala ku sendiri petugas yang menyamar itu matanya menyala terang", jelas Jenny.

"Apakah Tyo berkaitsn dengan kasus ini?", gumam Tia.

"Tidak mungkin , tapi jika itu mungkin adalah Tyo berarti aku harus membalaskan dendam Ayahku kepadanya", Tia kembali bergumam.

Tiba-tiba Siska mendapat panggilan telpon.

"Ya disini Siska Komandan Divisi 1", jawab Siska menerima panggilan telpon itu.

"Panggilan misi untuk Divisi 1 untuk mengecek terjadinya perang antar geng di wilayah Pusat , segera pantau pergerakan mereka di sana", perintah misi yang di sampaikan oleh Minna.

"Baiklah akan kami jalankan misi ini nanti malam bu", jawan Siska.

"Baiklah semua kita akan ada misi nanti malam untuk memantau wilayah pusat karena terindikasi akan adanya perang antar geng disana", jelas Siska setelah menutup panggilan telpon itu.

"Lalu bagaimana dengan kasus yang sedang kita jalankan komandan?", tanya Doni.

"Untuk kasus ini tetap kita jalankan dan untuk misi nanti malam aku akan mengutus Jenny, Tia dan Rizki", jelas Siska.

"Untuk aku dan Doni akan mengurus kasus distric 2 selatan bersama divisi 4", tambah Siska.

"Duo Gadis Petarung sudah cukup untuk mengatasi perang antar geng bukan di tambah Rizki yang akan mengawasi dengan jarak untuk situasi dan kondisi lapangannya dan yang bertanggung jawab untuk misi kalian adalah Tia", jelas Siska sambil menunjuk Tia yang akan menjadi kapten di misi nanti malam.

Dengan terkejut Tia berkata ,

"Kenapa aku komandan?", tanya Tia bingung.

"Karena aku percaya padamu dan percaya pada Jenny serta Rizki untuk berada pada misi ini", jawab Siska dengan senyumnya.

"SIAP KOMANDAN", ucap Jenny dan Rizki.

"Apa kamu tidak siap Tia", tanya Siska dengan senyum sinisnya.

"TIA SIAP KOMANDAN", jawab Tia lantang.