webnovel

JALAN TERJAL (Hiatus)

WARNING: BANYAK KONTEN DEWASA 21++ dan kekerasan berlebihan baik verbal maupun non verbal. Perhatikan usia anda, harap menanggapi dengan bijak hanya untuk hiburan semata Kehidupan siswa St Morin yang beragam dan menyimpan banyak kejutan. Sylvia yang serba kekurangan. Rose yang serba berkecukupan. Vicko yang cerdas dari keluarga terpandang, ketua siswa.yang berwibawa, semua menyimpan banyak rahasia

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Selamat datang

Sylvia melirik kiri dan kanannya, semua orang sudah berkenalan bahkan sudah terlihat akrab, hanya dia sendiri yang terpojok di kelas, siswa yang lain sudah membentuk geng sesuai ketertarikan mereka, Sylvia sadar tidak akan ada yang tertarik terhadapnya bahkan sekedar menjadi teman. Bahkan masa remaja nya pun akan dihabiskan sendiri seperti biasanya. Sylvia menarik kursinya berlahan, dengan langkah tak bersuara dia meninggalkan ruangan kelasnya.

Sekolahan ini begitu luas dan megah, lorong-lorongnya yang panjang dipenuhi loker siswa yang berjejer rapi, beberapa siswa asyik mengobrol, tertawa, bercanda di sepanjang lorong, Sylvia tidak memiliki tempat disana. Kakinya terus melangkah, kini dia mulai menaiki anak tangga terakhir, kakinya akan menginjak pembatas lantai terakhir sekolahnya. Dia berjalan menuju atap gedung st Morin.

" loteng sekolah adalah tempat terbaik untukKu " pikir Sylvia, dia memacu derap langkahnya, dengan cepat dia mendorong pintu, sedikit dengan tenaga akhirnya pintu itu bisa terbuka.

Mata Sylvia terbelalak membesar, wajahnya terkejut, dia tidak bisa menyembunyikan kekagetannya, dengan jelas dia melihat dua orang siswa berciuman panas di depan sana. Seorang gadis dengan rambut tergerai panjang yang tertiup angin, tangannya menjangkau tengkuk pria yang merangkulnya erat. Sylvia salah tingkah sendiri, Dia berusaha memalingkan wajah, berjalan mundur, hendak kembali menuruni anak tangga tapi dengan pikirannya saja, yang ada badannya masi berdiri kaku di depan daun pintu.

Gadis itu menyadari keberadaan Sylvia, tentu saja membuat Sylvia kwatir, dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan, apa gadis itu akan marah padanya, memaki atau memukulnya karena bisa saja gadis itu mengira bahwa Sylvia sengaja ikut campur urusan mereka.

" ups, ada yang lihat "

Suara gemas gadis itu memecah ketegangan, Pria dengan tinggi semampai itu sontak menoleh, membalikkan badan. Sylvia semakin terkejut mengetahui wajah pria itu.

" Ketua wakil siswa ! " hati Sylvia seperti berteriak, tidak percaya dengan pandangannya. Bagaimana mungkin seorang ketua siswa melakukan hal seperti ini di sekolah? Sylvia ingat betul saat di mimbar ketua ini mengingatkan untuk fokus belajar bukan hal lainnya, dasar munafik! upat Sylvia dalam hati.

Gadis cantik itu menyentuh dagu sang ketua, sekali lagi mereka berciuman panas dihadapan Sylvia yang tiba-tiba merinding, dia ingin ke kamar mandi, mereka gila ya ! melakukan semua itu dihadapan orang lain, adegan panas itu menaikkan hormon yang melihatnya.

Angin berhembus kencang, waktu istirahat sekolah tinggal beberapa menit lagi. Sylvia masi berdiri di sana, sementara ketua sudah meninggalkan tempat itu. Dengan langkah santai gadis itu menghampiri Sylvia, dialah Rose.

" Hey! sampai kapan kamu begini "

Rose menepuk pundak Sylvia, dan menyadarkannya. Rose membenarkan makeup dan bajunya, sementara Sylvia hanya tertunduk diam , dalam hatinya berbisik.

" bukankah dia gadis cantik di aula waktu itu, gadis yang menggenggam bungkus r*kok. kali ini dia berciuman dengan ketua siswa " Sylvia tidak habis pikir, seperti apa gadis ini sebenarnya.

" namaku Rose "

Dia mengulurkan tangan, dengan ragu dan tatapan penuh selidik pada akhirnya Sylvia menyambut tangannya.

" Syl...Syl.. via.. "

" siapa ! "

Sahut Rose dengan suara lantang, membuat Sylvia kaget, tentu saja Rose tidak bisa mendengar suara pelan Sylvia yang berbarengam dengan hembusan angin.

" Sylvia " ulangnya dengan nada yang berusaha naik. Rose tersenyum lebar.

" Mulai sekarang kita berteman, ayo bertemu lagi besok, disini " ucap Rose sambil menarik tangan Sylvia, menggandengnya menuruni anak tangga atap.

Beberapa pasang mata menatap mereka, dua teman baru yang mencuri perhatian, seorang gadis berwajah malaikat, bertubuh model dan status sosial yang sulit disaingi menggandeng seorang siswi perbantuan yang lusuh, dengan seragam lungsuran, pemandangan yang kontras, tapi lihatlah mereka bisa tersenyum bersama. Tidak bisa dipungkiri Sylvia merasa tak percaya bisa memiliki seseorang 'teman' , dalam tundukannya yang dalam dia berusaha menyembunyikan senyumannya.

Sylvia merapikan tasnya, dia tidak percaya dengan kejadian hari ini, tentu saja dia senang akhirnya bisa memiliki teman baru, tapi ada keraguan dalam pikirannya, seperti apa Rose sebenarnya, mengapa gadis itu merok*k, dan gaya pacarannya yang sangat ekstrim. Itu hal baru untuk Sylvia, dia tidak pernah berpacaran bahkan sampai saat ini.

Ponsel jadulnya menunjukan jam 4 sore, Sylvia bergegas mengganti pakaian, masih dengan sepatu kanvas yang sama dia berlari meninggalkan rumah, dia akan bekerja menurunkan dan menyusun barang di gudang pak Felen malam ini.

Sementara

Rose membuka kotak besar bingkisan yang terletak di atas tempat tidurnya. disitu ada nota kecil.

ini seragam mu malam ini kelinciku

Rose merobek bungkusannya dengan kasar, Dia sudah menduga apa isi kotak itu. Bando hitam dengan telinga panjang warna pink, pakaian ketat dengan jaring model swimsuit, berikut stoking hitam dengan bulu-bulu di pangkal nya. Sudut bibirnya tertarik, dia mengangkat pakaian itu, mencoba meletakkan di atas tubuhnya, dia menatap cermin.

" kelinci nakal " bisiknya dengan wajah genit. Rose membuka seragam sekolahnya, dia mencoba pakaian baru itu dengan segera.

Dan di tempat lain.

Sudah berapa jam berlalu, Sylvia masih dengan semangat memindahkan beberapa kotak besar kayu berisi stok isi toko, keringatnya membasahi bajunya, dia menyeka keringat dengan tangannya, lihatlah tubuhnya seperti anak lelaki saja, daritadi dia tak henti mengangkat beban, itulah mengapa pak Felen menyukai pekerjaanya.

" Syl, ini upah mu, jangan lupa belikan obat untuk ibumu! "

dengan berlari cepat Sylvia menghampiri pak Felen, hari ini dia bisa membelikan obat dan beberapa roti enak pikir nya, ibunya tidak perlu kwatir untuk beberapa hari ini. Pak Felen tidak pernah mengecewakan perihal uang.

" Besok kau bantu Andre jaga ! "

Ucapan pak Felen membuat Andre anaknya menyibir, dia tidak menyukai bau Sylvia saat ini, daritadi dia memperhatikan gadis itu tak berjeda bekerja.

" Jangan lupa Kau mandi dulu yang bersih "

Sylvia mengangguk saja menanggapi ledekan Andre dia berpamitan ingin segera pulang, bayangan wajah ibunya terus saja timbul. Andre memberikan saputangan pada Sylvia sebelum gadis itu berlalu.

" Hey! Jangan cari muka pada gadis itu, pacari anak toko sebelah saja, Ayah tidak akan mau berurusan dengan orang susah, hidup kita saja masih susah ! "

Pak Felen menepuk bahu anaknya, menyadarkan pandangan pria itu yang tak lepas menatap punggung Sylvia.

" Aku cuma kasiahan yah "

******

Rose menuangkan minuman alkohol ke gelas kosong, pakaiannya yang minim mengekspose setiap lekuk tubuhnya, dia mendarat di pangkuan tuan Abraham, tangan kasar lelaki itu tak henti mengelus paha mulusnya, sesekali di sela menuangkan minuman Rose memainkan pundak lelaki itu.

Tuan Abra begitu dia biasanya dipanggil, pemilik club malam ini sangat menyukai service Rose, dia tidak pernah bisa lepas dari gadis muda itu. Walau koleganya menuntut serius membahas proyek dan usaha bisnis mereka, tetap saja sesekali tuan Abra terdistract dengan gadis di pangkuannya.

Lelaki paruh baya dengan tampilan metroseksual itu beberapa kali mendaratkan ciuman di leher Rose, tangannya sering mengelus paha mulus rose, dan terkadang mencoba meremas bagian atas tubuh gadis nakal itu. Rose membisikan sesuatu, membuat lelaki itu mengangguk setuju, terakhir dia mencium punggung tangan Rose sebelum akhirnya mereka berpisah.

Disaat lain.

Sylvia berlari cepat dengan sekantung roti ditangannya, saking terburu-buru dia hampir saja ditabrak mobil. Seorang pria tampan dengan pakaian parlente keluar dari mobil.

" Hey, lihat-lihat kalau menyebrang ! "

Sylvia hanya mengangguk sambil menunduk, dia tidak begitu peduli dengan hardikan kasar pria itu, dia hanya ingin makan roti bersama ibunya, membantu ibunya kembali ke ranjang setelah meminum obat, itulah kebanggannya sebagai seorang anak saat ini.

Pria itu masih kesal, dia membanting pintu mobilnya, wajahnya mengeryit menyimpan sisa kekesalan, dia melirik spion mobil, tertangkap bayangan gadis itu masih berlari di sisi jalan.

" dia mengejar apa sih, sampai berlari seperti itu "

Vicko melanjutkan laju mobilnya, dia tidak ingin terlambat mengikuti kelas malamnya, hari ini dia akan mengambil kelas malam untuk sastra dan piano.

Sementara,

Rose meninggalkan hingar bingar bangunan dengan lampu warna warni itu, Dia merapatkan coatnya, udara malam ini terasa dingin.

Seseorang yang dia kenal melintas cepat dihadapannya, Rose mencoba mengejarnya, gadis itu berlari dengan cepat membuat Rose kehilangan sosoknya , tapi jelas tadi Dia melihat Sylvia, teman barunya hari ini.

" SYIIIIILVIIIAAAAA....!!! "

Teriakan nyaring Rose seperti menghentikan aktivitas orang disekitarnya, begitupun langkah kaki Sylvia, dia menoleh mencari tau suara siapa barusan.

Rose berlari kecil menghampiri Sylvia yang terlihat kaget. Caranya memang jitu, dengan cepat aku bisa menemukanmu, pikir Rose sambil tersenyum kecil. Beberapa orang menatap langkah Rose, tapi dia tak ambil peduli.

" Hey, kau sedang apa malam begini ? "

tanya Rose, Sylvia tidak menjawab, entah dia masih kaget atau memang dia tidak ingin menjawab pertanyaan itu.

Rose melihat kantung roti ditangan Sylvia, dia bisa menebak seperti apa rasa roti itu, dia juga pernah merasakannya.

Rose merogoh saku celananya, mencari-cari sesuatu disana.

Tak berapa lama Rose menarik telapak tangan Sylvia, gadis itu masih saja terdiam.

Dia memberikan beberapa lipatan lembar dolar , Sylvia masi tak percaya dengan apa yang Rose berikan padanya, belum sempat dia berkata-kata Rose sudah menyetop taksi dan pergi mendahuluinya.

" ini banyak sekali " gumam Sylvia tidak percaya.

Kali ini dia tidak lagi berlari, tangannya menggenggam uang pemberian Rose di dalam saku jaket tranningnya, ada rasa tak percaya, takut tapi juga senang saat ini. Sylvia mengecek lembaran uang dari saku bajunya, ada plastik kecil yang menyelip diantaranya.

" Apa ini ? "

Sylvia mencoba merobek plastik kecil itu, mungkin permen pikirnya, tapi dia tidak mendapatkan sesuatu yang manis di dalam kemasan itu, melainkan karet elastis berwarna terang, sontak Sylvia kaget dan refleks membuangnya.

** Mohon maaf sebelumnya jika ada kesengajaan yang menyinggung atau melukai perasaan, gambar hanya pendukung dalam berimajinasi.

Tolong Like dan Komen ya, semoga saya tetap semangat, silahkan tuliskan karya masing-masing saya juga akan mendukung!