webnovel

JALAN TERJAL (Hiatus)

WARNING: BANYAK KONTEN DEWASA 21++ dan kekerasan berlebihan baik verbal maupun non verbal. Perhatikan usia anda, harap menanggapi dengan bijak hanya untuk hiburan semata Kehidupan siswa St Morin yang beragam dan menyimpan banyak kejutan. Sylvia yang serba kekurangan. Rose yang serba berkecukupan. Vicko yang cerdas dari keluarga terpandang, ketua siswa.yang berwibawa, semua menyimpan banyak rahasia

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Berteman

Jam istirahat siang

Rose bersandar pada tembok atap gedung sekolah, dia sedang mengoleskan salep dipergelangan tangannya, seseorang sedikit berjongkok di sampingnya, bukannya dia tidak menyadari derap langkah sepatu Sylvia yang mendekatinya, tapi dia hanya tidak ambil peduli.

" Apa kau luka? "

Rose berhenti mengoleskan salep, dia menoleh sebentar, sinar matahari siang menyilaukan pandangan matanya, sehingga tidak jelas menangkap sosok wajah Sylvia.

" bukan apa-apa, ini sudah biasa "

Sylvia mencuri lirik, ada luka di pergelangan tangan gadis itu, tapi dia segera menutupinya dengan jam tangan. Sylvia mengulurkan tangan dengan uang dalam genggamannya.

" Ini punya mu, Aku tidak bisa menerimanya, ini banyak sekali "

Rose tertawa geli mendengar kalimat Sylvia

" hahaaaa... ambil saja Sylvia, itu untukmu, lagian aku masih punya banyak "

Mulut Sylvia menganga, dia tidak percaya saat Rose membukakan dompetnya, benar saja dompet itu penuh dengan lembaran dolar, ya ampun itu banyak sekali, pasti Rose sangat kaya raya.

" ya ampun, aku pertama kali melihat uang sebanyak itu "

" hahaaha.. kau lucu sekali, kalau begitu, nih..."

Rose mengambil segepok lembaran dari dalam dompetnya lalu menerbangkannya di udara, Sylvia tambah terkejut dengan tingkah gadis cantik itu, dia tidak percaya dengan hujan uang dihadapannya saat ini.

Sementara Rose masi tertawa menikmati tingkahnya, Sylvia sibuk mengumpulkan uang yang berserakan.

" Aku harus bekerja sampai matipun belum tentu bisa sebanyak ini " batin nya.

" belilah beberapa baju, ganti juga seragam sepatu dan tas mu, ini hadiah dariku " ucap Rose sambil menolak uluran Sylvia yang hendak mengembalikan uang itu.

" ta, ta, tapii.. " dia tergagap tak percaya

" hei, bukankah kita teman "

" iya "

Pada akhirnya Sylvia menerima uang itu dengan dada yang berdebar, uang sebanyak ini bisa untuk perawatan ibu ke rumah sakit pikirnya. Kedua gadis itu berjongkok, Sylvia merapikan uang-uang itu, Rose mencoba membantunya, tanpa sadar seorang pria sudah berdiri dibelakang mereka.

" Rose, kau dengan siapa ? "

Rose membalikkan badannya, sementara Sylvia tidak berani membalikkan badan, dia mengenali suara pria itu,itu suara ketua siswa yang berpidato panjang lebar di hari pertama masuk, dan juga pacarnya Rose?, tiba-tiba degub jantung Sylvia semakin kencang, sepertinya gadis itu ketakutan, pertama pergi ke atap sekolah adalah pelanggaran, kedua dia menganggu orang pacaran.

" ooh Ada ketua, hhehe.. aku sudah kangen sekali padamu, kemana saja kau hari ini "

" a, aku, aku ada urusan "

Kenapa suara pria itu terbata-bata, sebegitu sulitkah menjawab pertanyaan Rose, kalau itu terjadi padaku sih wajar, tapi untuk orang yang berdiri berorasi di mimbar bukankah hal aneh, pikir Sylvia menduga-duga.

" Rose, aku bisa melindungi mu, tapi siapa gadis ini ? "

" aah dia temanku, kau harus bisa melindunginya juga "

" tapi.. "

Aku mendengar jelas pembicaraan mereka, apakah pasangan akan berbicara seperti itu antar satu sama lain, aku belum pernah memiliki pacar, jadi kata melindungi itu terasa seperti apa ya. memangnya mau perang perlu dilindungi, batin Sylvia.

" Ayolah ketua tampan "

Sylvia mencoba bangkit, dia melihat temannya itu sedang merayu lelaki dihadapannya, sorot matanya begitu menggoda, bahkan tangannya sudah bersender di bahu pria itu, wajah mereka amat dekat, Sylvia menahan tawa melihat ekspresi gugup sang ketua, pria berkacamata itu merona merah dan gemetar tapi dia menahannya.

Rose memainkan jari jemarinya di atas kemeja putih ketua, wajahnya semakin mendekat, gadis itu berbisik sesuatu di telinga ketua, entah apa tapi yang jelas laki-laki itu semakin merona. Sylvia hanya mematung melihat adegan di hadapannya, kali ini lebih jelas dan dekat.

Rose membuka berlahan kancing kemeja pria itu, mereka berciuman panas dihadapan orang lain, Sylvia menahan mual tatkala saliva saling tarik menarik antara bibir mereka. Jari lentik itu menelusuri dada terbuka ketua, tangannya berhenti di atas kancing celana pria itu, HAH! Sylvia menutup mulut dengan kedua tangannya. Rose meremas pelan sesuatu yang menegang di bawah telapak tangannya, Sylvia tidak sanggup lagi, dia segera membalikkan badan, jantungnya berdetak kencang seakan mau lepas, keringat membasahi keningnya.

" gila, apa yang gadis itu lakukan! " batin Sylvia tegang. Dia tak berani menerka adegan apa di belakang punggungnya, suara jantungnya semakin tak beraturan, dia mulai salah tingkah dan kikuk, apa yang seharusnya dia lakukan, dia hanya bisa membatu.

" Hei, sudah selesai " gumam Rose ditelinga Sylvia, gadis lusuh itu masih saja bengong.

" kau tau sil, melawan laki-laki itu bukan dengan amarah, emosi, atau dengan perdebatan "

Sylvia mencoba menatap Rose yang santai sambil membersihkan tangannya dengan tissu basah, wajah Rose kembali seperti biasa, tadi dia terlihat garang dan menantang, sedangkan Sylvia, wajahnya merah seperti udang rebus.

" laki-laki itu mudah sekali menundukkannya, kau mau aku ajari ? "

Sylvia tidak merespon, tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu atap, siapa lagi itu.

" Ah maaf, Aku mencari ketua "

" ooh, ketua ke toilet di ujung sana ! "

Rose menunjuk toilet atap yang berada di pojokan belakang, pria itu mengucapkan terimakasih sambil berlalu, sementara Rose masih berceloteh Sylvia menangkap pandangan Pria itu yang mencuri-curi ke arah mereka.

" aah dia cantik sekali "

gumam Vicko sambil memegang dadanya. Belum pernah dia melihat gadis cantik yang ramah, selama ini dia melihat banyak gadis cantik yang angkuh dan sombong, apalagi gadis dengan status sosial tinggi, Dia tau betul berapa harga jam tangan yang dikenakan Rose, belum lagi ikat pinggang, dan sepatu pantofelnya tapi gadis tadi menjawab pertanyaanya sambil tersenyum lebar, wajahnya bersinar menyilaukan, bahkan gadis yang bersamanya tidak menjawab pertanyaanku, dia tidak cantik tapi yah sudahlah, pikir Vicko sambil menelusuri lantai atap mencari sosok Ketua yang tadi dia ikuti ke arah atap.

" ketua kau dicari pak kepala "

" i, iya.. "

Vicko segera menyampaikan pesan ketika melihat ketua keluar dari toilet, Pria itu masih merapihkan ikat pinggangnya, Vicko hanya menatap tanpa curiga, tapi wajah bersemu merah ketua jelas aneh menurutnya.

" ada apa ini ? " Batin Vicko sambil berlalu menuruni anak tangga, sekali lagi dia menoleh ke arah dua gadis yang masih asik mengobrol disana. Vicko tersenyum sendiri

" Hei, kau lihat apa? " Rose mengganggu pandangan Sylvia yang menatap punggung kedua lelaki tadi, mereka menghilang menuruni anak tangga.

" siswa tadi, dia menatap mu terus "

" hahahaa.. biarkan saja Sil, aku sudah biasa, tapi dia bukanlah tipeku "

" aah begitu.."

tentu saja ditatap banyak mata adalah hal biasa untuk gadis cantik seperti Rose, Sylvia tidak pernah merasakan itu wajar saja dia merasa aneh.

" hari minggu nanti aku akan menjemputmu, tuliskan alamat dan nomor henponmu disini "

Rose mengulurkan ponsel merk buah ternama, Sylvia gemetar menyambutnya, ini bagus sekali batin Sylvia, tapi dia menurut saja, Sylvia menaruh nomer ponselnya disitu.

piiip.... piiip..

dengan terburu-buru Sylvia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, dia melihat nomer tak dikenal, ah ternyata Rose mencoba missed call, Sylvia menatap Rose. Wajah gadis cantik itu diam saat menatap ponsel hitam kecil di tangan Sylvia, dia tak menyangka masih ada yang memakai ponsel seperti itu, tapi dia berusaha menggaris senyum.

" itu ponselmu? ah iya, pasti itu ponselmu "

" Weekend nanti ayo pergi jalan-jalan denganku, kau tidak boleh menolak ya "

" kau tahu aku ini tidak punya seorang temanpun, aku sangat senang bisa mempunyai teman seperti mu, jadi jangan pernah menolak permintaanku yah... "

" apa kau menyukai makanan manis? aku sangat menyukai red velvet.. "

Sylvia hanya diam saja menanggapi celotehan Rose, dia mengikuti langkah gadis itu menuruni anak tangga.

** baca juga coretanku yang lain, LOVE OR MONEY, BUKAN SALAH JODOH, KAMPUNG GAIB, AKU KAMU DAN MASA ITU, LANGIT DAN BUMI

Tolong Like dan Komen ya, semoga saya tetap semangat, silahkan tuliskan karya masing-masing saya juga akan mendukung!