webnovel

Istri Kecil Presdir

Keluarga Grissham memiliki 2 penerus. Hanya saja, lahir dari wanita yang berbeda. Gavin Grissham, penerus pertama dan tentu saja dari Istri pertama, seharusnya menjadi kebanggaan. Namun semua itu hanyalah sebuah mimpi. Davin Grissham terlahir tidak sempurna sehingga hanya tubuhnya saja yang berkembang pesat tapi otaknya memiliki IQ rendah dan membuat Gavin bersikap seperti anak yang berumur 5 tahun. Siapa yang sudi menikah dengan pria tidak normal? Sedangkan, menikah adalah syarat utama dari Tuan Grissham untuk mendapatkan hak waris. Guinnevere, Putri angkat Tuan Grissham harus menelan kepahitan itu karena dipaksa menggantikan Agatha menikah dengan Tuan muda Gavin. Bisakah Guin menerima Tuan muda Gavin?

Sabrina_Angelitta · Teen
Not enough ratings
304 Chs

16. . RUMAH SAKIT PITIE-SALPETRIERE

Gavin menunggu Guin bangun setelah Dokter memberikan obat. Gavin mengusap pipi Guin yang memar. Gavin tidak menghubungi siapapun karena Dokter mengatakan Guin tidak perlu rawat inap.

"Guin, ini pasti sakit ya," gumam Gavin.

Gavin tidak makan juga tidak minum selama menunggu Guin sadar. Perasaannya sama sekali tidak tenang. Satu suap makanan yang berusaha Gavin telan, sama sekali tidak masuk dan keluar lagi.

Gavin seperti seorang anak yang menunggu Ibunya pulih. Gavin tidak melakukan apa-apa dan Ralio yang bergerak. Apa begitu tidak bergunanya Gavin? Lalu, untuk apa tubuhnya yang kekar? Untuk pajangan?

Jika bisa menghujat dan protes, Gavin juga pasti tidak ingin terlahir tidak sempurna. Namun, keberuntungan bukan hanya terdapat pada kesempurnaan diri namun bisa dari beberapa hal.

"Tuan!" panggil Ralio.

"Apa kau sudah menyelesaikannya?"

"Beres!"

"Bagus! Aku puas mendengarnya!"

***

"Accchhhhh... Ampun Ayah!" teriak Agatha.

Wajah pembisnis besar, Tuan Garmond sedang menjadi perbincangan hangat disemua kalangan. Wajahnya terpampang jelas di koran, berita, ataupun majalah.

Tuan Garmond yang sangat marah, menendang Agatha yang dinilainya sangat bodoh. Agatha yang kembali ke rumah dengan diseret beberapa orang. Selain malu, Tuan Garmond juga mendapatkan kejutan yang sangat luar biasa.

Tuan Garmond pulang dengan emosi yang meletup-letup. Sesampainya di rumah langsung menghajar Agatha tampa ampun.

Semua relasi, investor menarik semua investasi dan membatalkan kerjasama. Dalam hitungan detik, perusahaan milik Tuan Garmond dinyatakan bangkrut.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah bodoh? Siapa yang kau singgung?" bentak Tuan Garmond.

"Aku—aku tidak melakukan apapun, Ayah," jawab Agatha.

"Bohong! Kau pasti berbuat sesuatu diluar pengawasanku. Jawab!"

"Ak—aku hanya menculik Guin."

"Apa? Dasar bodoh!" maki Tuan Garmond.

'Apa hubungan Guin dengan orang itu?' batin Tuan Garmond.

***

"Tuan, tanpa kita harus bergerak, Tuan Garmond sudah lenyap."

"Kau benar," jawab Tuan Grissham. "Itu adalah karma yang sudah dibayar tunai!"

'Aku tidak perlu bersusah payah mengotori tanganku!' batinnya.

***

Guin membuka matanya. Matanya melihat ke sekeliling, di mana infus terpasang dan pemandangan asing lainnya. Satu hal yang sudah tidak asing, di mana ada Gavin yang tertidur dengan posisi duduk. Tidurnya sangat tenang dan juga wajahnya tidak berubah, tetap tampan.

"Guin sudah bangun? Kenapa tidak bersuara?" tanya Gavin.

"Gavin baik-baik saja kan?"

"Guin seharusnya mengkhawatirkan..."

"Aku baik-baik saja kalau Gavin merasa seperti itu."

"Maaf!"

Entahlah, Guin merasa lega karena Gavin tidak ikut terlibat dan terluka. Guin bersyukur karena yang masuk ke dalam untuk menyelamatkannya adalah Ralio.

Tidak bisa dipungkiri jika Guin juga mengharap Gavin yang datang untuk menjadi pahlawan terbaik tapi sejak awal Guin tahu kekurangan Gavin. Keluarga Gavin sama sekali tidak menutupi kekurangan itu.

Guin merasa bosan setelah 1 jam hanya diam seribu bahasa karena Gavin melanjutkan tidurnya. Entah siapa yang sakit dan siapa yang sehat. Ranjang yang tidak seberapa lebar itu dipakai berdua untuk tidur Gavin dan Guin.

"Menahan kantuk saja tidak bisa. Bagaimana aku tidak khawatir padamu?" gumam Guin lirih.

Guin duduk sedangkan Gavin tidur dengan memeluk kaki Guin. Guin harus menunggu 1 infus habis, baru di ijinkan untuk pulang. Pipinya sudah tidak memar dan hanya tertinggal sedikit bekas kemerahan.

"Guin terus menatapku, apa Guin ingin menciumku?" ucap Gavin tiba-tiba.

"Hah?"

***

Mimik wajah Ralio sangat berbeda ketika sampai di tempat tersembunyi. Wajah datar menjadi sangat mengerikan. Ekspresinya membuat merinding seluruh kulit.

"Bagaimana? Sudah ditemukan siapa otak dibalik penculikan Nyonya?" tanya Ralio pada Ron.

"Aland!"

"Kau selesaikan saja tugas penting yang lain. Urusan ini biar menjadi urusanku!"

"Tuan..."

"Jangan tanyakan hal yang tidak perlu kau tahu. Semakin kau mengerti itu akan bahaya untukmu."

"Baik!"

"Aku sudah sering mengatakannya padamu maupun Syeril. Jangan buat aku bicara sampai telinga kalian bosan mendengarnya."

***

Suara ribut terdengar dari luar ruangan Guin dirawat. Gavin langsung terbangun mendengar hal itu.

"Ada apa?" tanya Gavin yang masih lesu.

"Sudah tidur lagi. Matanya masih merah karena Gavin masih ngantuk," ucap Guin.

"Elus-elus," pinta Gavin.

Guin mengusap rambut Gavin yang wangi. Rambutnya tebal dan sedikit panjang. Bulu mata Gavin juga ternyata panjang dan lentik dengan alis yang tebal, membuat ketegasan wajahnya semakin sempurna. Ditambah lagi dengan kumis tipis yang menghiasi area bibirnya.

'Sebenarnya siapa yang sakit? Kenapa jadi dia yang berbaring dan tidur?' batin Guin.

BRAKKK!

Pembuat rusuh datang. Pintu kamar Guin dibuka dengan kasar. Security sudah mencegah tapi tidak bisa menahannya yang datang dengan penuh amarah.

"Tuan, biarkan orang itu masuk," ucap Guin pada Security.

"Guin, siapa?" tanya Gavin yang masih mengantuk.

"Guin! Apa yang sebenarnya kau lakukan?" bentaknya.

"Ayah, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa sebenarnya yang sedang kau lakukan di sini?" Guin membalikkan pertanyaan dari Tuan Garmond.

"Bagaimana bisa kau memiliki hati yang sangat jahat? Kau membuat perusahaanku bangkrut!"

"Ayah, apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti," ucap Guin.

"Baca menggunakan matamu itu!" Tuan Garmond melemparkan majalah pada Guin.

Majalah itu tidak terjatuh menimpa Guin atau Gavin karena meskipun Gavin masih tetap pada posisinya dan matanya masih terpejam, tangannya bisa tepat menangkap majalah yang hampir saja menimpuk kepalanya.

"Jadi dia Suamimu? Sebenarnya kau berhubungan dengan berapa pria? Bagaimana bisa perusahaan misterius itu menargetkanku dan membuatku bangkrut kalau pemiliknya tidak memiliki hubungan denganmu? Apa karena Suamimu ini cacat, jadi kau menyerong pada pria lain?" ucap Tuan Garmond dengan nada menghina.

"Kau boleh menghinaku, tapi kau tidak boleh menghina Suamiku. Gavin Suamiku! Meskipun tidak sempurna, tapi dia mencintaiku!" bela Guin.

"Cinta? Pria yang tidak bisa apa-apa, bahkan melindungimu saja tidak becus, apa yang bisa diharapkan?" ejek Tuan Garmond.

"Ayah, sekarang kau sudah miskin tapi masih saja sombong. Seharusnya Ayah berkaca diri," balas Guin.

"Memiliki Suami cacat saja kau sudah sangat angkuh!"

"Kita tidak memiliki urusan lagi. Aku juga tidak harus memanggilmu Ayah. Benar bukan, Tuan Garmond?"

"Aku pasti akan membalas penghinaanmu hari ini!" ucapnya sembari pergi.

"Aku tunggu hari pembalasan itu."

Tuan Garmond sudah pergi. Guin juga sudah tenang meskipun setelah itu matanya mulai berair. Gavin diam selama Tuan Garmond menghinanya. Guin berfikir Gavin saat ini sedang ketakutan padahal yang terjadi adalah sebaliknya.

Gavin terpana dengan cara Guin yang membelanya. Selama ini hanya Nyonya Calista yang terus membelanya tanpa melihat kekurangannya.

"Guin jangan menangis."

"Tidak. Maaf ya, kau pasti takut. Sekarang sudah aman, orangnya sudah pergi. Gavin bisa tenang dan tidur kembali ya."

"Guin, tadi Guin bilang kalau aku mencintai Guin. Apa Guin juga mencintaku?