webnovel

Istri Kecil Presdir

Keluarga Grissham memiliki 2 penerus. Hanya saja, lahir dari wanita yang berbeda. Gavin Grissham, penerus pertama dan tentu saja dari Istri pertama, seharusnya menjadi kebanggaan. Namun semua itu hanyalah sebuah mimpi. Davin Grissham terlahir tidak sempurna sehingga hanya tubuhnya saja yang berkembang pesat tapi otaknya memiliki IQ rendah dan membuat Gavin bersikap seperti anak yang berumur 5 tahun. Siapa yang sudi menikah dengan pria tidak normal? Sedangkan, menikah adalah syarat utama dari Tuan Grissham untuk mendapatkan hak waris. Guinnevere, Putri angkat Tuan Grissham harus menelan kepahitan itu karena dipaksa menggantikan Agatha menikah dengan Tuan muda Gavin. Bisakah Guin menerima Tuan muda Gavin?

Sabrina_Angelitta · Teen
Not enough ratings
304 Chs

15. Melindungi Guin 2

Mendengar teriakan Gavin, Ralio langsung menghampirinya. Melihat mimik wajah Gavin, pasti terjadi sesuatu. Gavin tidak pernah mengeluarkan ekspresi sekesal itu.

"Tuan muda..."

"Guin hilang. Dalam 15 menit, aku mau Guin sudah ada di depan mataku."

"Baik!"

Gavin membawa barang-barang milik Guin bersamanya. Gavin duduk manis di dalam mobil, sedangkan Ralio yang sibuk mencari keberadaan Guin.

Ralio masuk mobil dengan tergesa-gesa. Kakinya sudah tancap gas tanpa banyak bicara karena Gavin sangat tidak menyukainya.

"Urusan..."

"Biar Ron yang mengurusnya!" kata Gavin memotong ucapan Ralio.

***

'Sebenarnya siapa orang-orang ini? Mereka menyumpal mulutku, menutup mataku. Aku ada di mana sekarang?' batin Guin.

BYURRRR

Guin merasakan hidungnya pedih karena air masuk ke dalam hidungnya. Membuatnya ham[ir tersedak karena air itu masuk ke dalam tenggorokannya. Penculikan yang Guin tidak tahu karena tujuan apa mereka menculik Guin.

Tangan Guin di ikat ke belakang, sedangkan kakinya di rantai menyatu dengan tiang sehingga Guin tidak akan bisa kabur dari cengkraman penculik.

"Apa kau sudah bangun?" suara wanita terdengar tapi Guin tidak tahu suara siapa itu.

Orang itu membuka penutup mata Guin dan juga kain yang digunakan untuk menyumpal mulut Guin.

"Hallo, Kakak!" sapanya.

"Agatha!" pekik Guin.

"Apa Kakak suka hadiahnya?" Agatha membuka pakain Guin dan terlihat jelas dada Guin.

"Agatha, apa yang sedang kau lakukan?" teriak Guin sembari meronta.

"Aku hanya memfotonya saja. Asal Kakak nurut padaku, aku tidak akan menyebarkannya. Lihatlah, bukahkah foto Kakak yang seperti ini sangat menggoda?" Agatha menunjukkan foto memalukan Guin.

"Agatha hapus!" teriak Guin.

"Tidak akan pernah!"

"Agatha, aku dan kau sudah tidak memiliki hubungan lagi. Aku tidak mengusikmu dan kau seharusnya tidak mengusikku!"

"Tapi aku bahagia kalau aku mengusikmu, Kakak!"

"Aku sudah menggantikanmu untuk menikah, apa kau masih tidak puas?"

"Tentu saja aku sangat puas. Seharusnya Kakak berterimakasih padaku. Suami Kakak yang cacat itu tidak akan mungkin bisa memuaskan hasrat," bisik Agatha.

"Kau tidak berhak untuk menghinanya, Agatha! Bahkan jika dia cacat seumur hidup, dia jauh lebih baik dari iblis sepertimu!"

PLAKKK!

Pipi Guin terasa kebas, panas, dan pandangannya mulai berkunang-kunang. Tamparan dari Agatha sangat keras sehingga Guin langsung diam. Telinganya berdengung seperti ada ribuan lebah yang masuk.

"Kenapa? Sakit? Aku sudah mengirim foto Kakak yang sexy ke orang itu."

"Orang itu siapa? Kau jangan macam-macam, Agatha!" bentak Guin.

"Dia yang bisa memberikan nafkah batin untuk Kakak. Bagaimana? Kakak pasti berterimakasih padaku."

"Dasar tidak tahu malu!" bentak Guin.

"Kalau Kakak bisa ambil ponselku, ambil saja!"

Agatha sangat pandai memainkan trik untuk membuat Guin kembali ke tempat yang terendah. Seakan-akan ketika Guin memohon padanya, itu adalah kebahagiaan tersendiri untuknya.

"Dia tidak bisa, tapi aku bisa!" ucap Ralio yang tiba-tiba sudah mengambil ponsel dari tangan Agatha.

"Siapa kau?" pekik Agatha.

"Aku orang yang akan membuat kau mengemis untuk dikembalikan kehormatanmu sebagai Putri konglomerat." Jawabnya.

"Orang gila dari mana yang memiliki kemampuan sombong seperti itu?" ucap Agatha remeh.

"Detik ini kau menjadi Putri konglomerat tapi beberapa detik ke depan, kau akan menjadi orang yang paling melarat!" bisiknya.

Agatha merasa sekujur tubuhnya merinding saat pria itu berbisik dengan satu kalimat yang membuatnya langsung mematung. Dalam sekali tarik, rantai yang digunakan untuk mengikat Guin langsung putus.

"Ralio, kau tidak melibatkan Gavinkan?"

'Dalam kondisinya yang seperti ini, Nyonya masih memikirkan Tuan,' batin Ralio.

Guin sudah berada di gendongan Ralio. Agatha yang tersadar dari pikirannya yang sempat syok jika dia harus hidup dalam kemiskinan, langsung menarik lengan Ralio.

"Tidak akan ada yang boleh pergi!" teriak Agatha.

Tiga kali petikan jari, beberapa orang berkumpul. Tentu saja orang-orang yang disewa Agatha untuk situasi bahaya.

"Hajar saja orang ini. Dia hanya sendirian, kalian tidak perlu takut," pinta Agatha.

Ralio hanya melirik dan menyorotkan pandangan matanya yang tajam. Orang-orang tidak berani maju dan bergerak sedikitpun.

"Kalau kalian masih ingin hidup, lempar wanita itu ke halaman rumahnya," ucap Ralio.

"Apa yang kalian lakukan? Tidak! Aku tidak mau!"

Ralio tidak menoleh sedikitpun meskipun mendengar teriak dari Agatha. Prioritas utama adalah menyelamatkan Guin.

Guin menggigil kedinginan karena air yang disiramkan ke tubuhnya bukan air biasa, melainkan air es. Ralio sudah memasukan Guin ke dalam mobil. Gavin mengusap rambut Guin. Rambut yang basah, juga pipi yang bengkak.

"Ke Rumah Sakit!" ucap Gavin.

Gavin memeluk erat Guin dengan sangat erat supaya membantu mengurangi hawa dingin dalam tubuhnya. Pakaian Guin terbuka, lalu Gavin membuka pakainnya sendiri.

"Jangan menoleh!" ujar Gavin pada Ralio.

Gavin menyalurkan kehangatan dari tubuhnya secara langsung. Hangat, suhu tubuh Gavin yang hangat langsung mengurangi dingin yang Guin rasakan.

"Bertahanlah sebentar lagi, sayang!"

***

"AAARRRRRRHHHHHHH!!!" teriak Aland sembari melempar-lemparkan semua barang.

Proyek dipercayakan padanya gagal karena tender dimenangkan oleh perusahaan yang pemiliknya tidak pernah muncul.

"Rugi! Bukan seratus atau dua ratus, tapi miliaran!" maki Aland pada dirinya sendiri.

Alan kalah saing. Pesain dalam dunia bisnis bukan hanya bersaing dalam saham tapi juga bisa saling menjatuhkan. Mana yang kuat dia akan menang, sedangkan untuk yang lemah akan semakin di injak-injak.

"Sebenarnya, orang seperti apa pemilik GN grup? Dia bisa menelan semua investor. Bahkan Perusahaan Ayah di bawahnya beberapa %," gumam Aland.

Nyonya Amber yang memutuskan langsung menemui Putranya setelah mendapatkan kabar kalau kalah. Tentu saja Nyonya Amber begitu khawatir karena Aland akan menjadi karyawan biasa.

"Aland!" panggil Nyonya Amber yang baru saja tiba.

"Ibu!"

"Kenapa ruangannya sangat berantakan?"

"Ibu, aku kalah! Aku tidak mau turun pangkat," ucap Aland.

Tringggg

Ponsel Aland berdering sebagai tanda ada pesan yang masuk. Aland membukanya dan bibirnya tersenyum licik. Tersirat niat licik yang ada diotaknya.

"Aland, ada apa?" tanya Nyonya Amber yang masih terserang panik.

"Aku punya satu cara."

"Apa itu?"

Aland membisikkan sesuatu pada Nyonya Amber, Nyonya Amber mendengarnya dengan fokus. Bibirnya ikut tersenyum licik ketika rencana Aland masuk ke dalam syaraf otaknya.

Apakah ini yang dinamakan buah jatuh tak jauh daru pohonnya? Nyonya Amber berubah licik demi harta yang tidak akan di bawa mati. Sedangkan Aland, pikirannya yang masih dangkal harus dipengaruhi oleh Nyonya Amber.

Secara tidak langsung, Nyonya Amber menciptkan moral yang tidak baik untuk Putranya sendiri. Mengajarkan bagaimana mengejar ambisi sampai tidak peduli dengan jalan apa yang dilalui.

"Apa kau yakin cara ini bisa menjadi senjata?"

"Tentu saja!"

"Manfaatkan kesempatan ini dengan baik. Ingat, hal seperti ini tidak akan ada kesempatan kedua," ucap Nyonya Amber.

"Kali ini tidak akan salah!"