webnovel

Episode 2 - Tragis

𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢𝙣𝙮𝙖...

"Jangan sampai mereka tahu, jika aku tidak dapat melihat mana di sekitar, mungkin aku akan mencoba merasakan mana di dalam diriku ini" Ucapnya dalam hati.

"Sialan, sedari aku terseret ke dunia ini mengapa aku tidak bisa memakai sihir" Ucapnya dalam hati sambil mengkerutkan wajahnya.

"Apa mugkin aku tidak mempunyai bakat sama sekali dalam hal sihir?" Ucapnya dalam hati.

"Kukira jika terseret ke dunia fantasi ini bakal jadi MC utama seperti komik yang pernah akuku baca sebelumnya, huuuf..." Ucapnya sambil menghela nafas.

"Tapi aku tidak akan menyerah, aku harus bisa menguasainya. Jika aku tidak memiliki bakat di dunia yang belum aku kenal ini, yang pasti diriku akan mati sia-sia." Ucapnya dalam hati.

"Dari penjelasan Pak tua(Gorgon) yang aku dapat tadi, bentuk mana di sekitar seperti gelembung-gelembung kecil yang melayang ya? Entah bagaimana dunia ini bekerja, aku masih bingung." Ucapnya dalam hati sambil memikirkan hal tersebut.

[𝙋𝙚𝙣𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨𝙖𝙣]

Jika dalam sebuah video game, mana berarti sama halnya seperti 𝗠𝗣 dan nyawa adalah 𝗛𝗣. Jadi sistem dunia ini tidak jauh berbeda dengan sebuah sistem video game.

"Mungkinkah bakat sihir merupakan pemberian dari dewa? Jika seperti itu, berarti aku ini termasuk orang yang di katakan sial?" Ucapnya dalam hati dengan wajah yang kasihan.

Katsu Hajime masih bersemangat untuk melakukan latihan merasakan mana pada dirinya sendiri, waktu demi waktu sudah terlewat cukup lama. Di dunianya yang lama, dia adalah orang yang tidak kenal kata menyerah.

"Huuuf.. haaaa... Sialan" Ucapnya yang kelelahan.

Waktu pagi hingga menjelang malam pun akhirnya tiba, tetapi tampaknya dia masih berusaha sekeras mungkin. Rafael melihat dia di balik jendela rumah, sebenarnya Rafael tidak tega melihat Katsu Hajime berusaha dengan mati-matian.

"Ayah, apakah pemuda itu tidak mempunyai bakat sihir?" Tanya Rafael.

"..." Gorgon hanya terdiam dan mendengar putrinya itu.

Keesokan paginya, Katsu Hajime terbaring di atas kasur kamar itu. Tiba-tiba ia terbangun dengan kagetnya, sekarang dia bingung dan bertanya-tanya, kenapa dia bisa berada di atas kasur. Sedangkan Rafael membawakan sebuah sup ayam yang begitu lezat menuju kamar Katsu Hajime. Sup ayam itu terlihat bermacam-macam sayuran, dan tentu saja dengan lauk ayamnya yang menggoda.

"Apa, kenapa aku berada di sini?" Ucapnya dalam hati.

"Tok tok tok" Suara ketukkan pintu.

"Ini Rafael, apakah aku boleh masuk?" Tanya Rafael.

"Masuklah" Jawabnya.

"A.. a.. apa kamu baik-baik saja?" Tanya Rafael sambil tersipu malu.

"Aku tidak apa-apa" Jawabnya.

"Ini, makanlah terlebih dahulu. Kamu latihan juga butuh banyak tenaga bukan?" Ucap Rafael.

".." Ia tersontak kaget merasakan masakan Rafael dengan pipinya yang memerah.

"Waaah, sup ayam Ini enak sekali, ternyata gadis sepertimu pintar memasak." Ucapnha sambil melahap makanan itu.

".." Rafael yang tersipu malu akan pujiannya.

"Terima kasih atas hidangannya" Ucapnya.

Setelah menghabiskan makanannya itu tanpa sisa, Katsu Hajime bergegas pergi ke luar rumah. Ia mulai berlatih kembali, di luar juga terlihat Gorgon dan Alex sedang melakukan latihan tanding.

"Hajime, bagaimana keadaanmu?" Tanya Gorgon.

"Aku baik-baik saja" Jawabnya.

"Lantas bagaimana, apakah latihanmu begitu lancar?" Tanya Gorgon.

"Apa aku harus berkata jujur saja ya padanya, bahwa aku tidak mempunyai bakat sihir?" Ucap Katsu Hajime dalam hati.

"Pak tua, a.. a.. aku sebenarnya tidak mempunyai bakat dalam sihir sama sekali." Jawabnya dengan gagap sambil berteriak ketakutan.

"Hahahahah, hahahaha..." Tawa Gorgon dan Alex.

"Anak muda, kenapa kamu begitu ketakutan?" Ucap Gorgon.

"Ehh, apa kamu tidak merundungku?" Tanyanya.

"Apa-apaan pertanyaan bodohmu itu?" Tanya Gorgon.

"Anak muda, asal kamu tahu. Bahwa di desa ini banyak sekali yang tidak mempunyai bakat sihir maupun bertarung. Tetapi, penduduk desa ini berusaha semaksimal mungkin dengan apa yang mereka mampu lakukan." Ucap Gorgon memotivasi Katsu Hajime.

"Jadi, jangan biarkan dirimu ini masuk ke jurang kegagalan, setiap orang mempunyai kemampuannya masing-masing." Ucap Gorgon.

"Hiks, hiks... Pak tua, kamu membuat ku sedih. Terima kasih atas semangatnya" Ucapnya sambil menangis.

"Kenapa kamu malah menangis? Hahaha.." Tanya Gorgon sambil tertawa.

"Pak tua, mungkin aku akan pergi ke hutan terlebih dahulu" Ucapnya.

"Baiklah, jangan pergi jauh-jauh." Ucap Gorgon.

"Sampai nanti" Ucapnya sambil memacu kuda milik Alex.

Sebelumnya, 𝗛𝘂𝘁𝗮𝗻 𝗙𝗹𝗼𝗿𝗲𝘀 adalah nama tempat sewaktu dirinya pertama kali terseret ke dunia ini. Ia pergi ke hutan itu berharap, agar bakat dalam dirinya bisa terlahir. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan seekor monster slime. Dia mulai mencoba untuk membunuh slime tersebut, dengan menggunakan pedang yang di pinjami Gorgon sebelumnya.

"Hmm, seekor slime ya? Mungkin aku akan mencoba untuk membunuhnya" Ucapnya.

"Hiyaaaat..." Teriaknya.

"Cryaaat.." Suara membunuh slime.

"Ternyata slime ini juga mengeluarkan beberapa drop item sama seperti video game, Ini seperti cairan yang menggumpal dan sebuah mutiara" Ucapnya.

"Ehh, apa? Menghilang? Bagaimana bisa?" Ucapnya dalam hati.

"Ehh, saat aku mengambil mutiaranya itu juga menghilang, dan tubuhku mengalami 𝘿𝙞𝙨𝙩𝙤𝙧𝙨𝙞 seketika? Apa maksud semua ini?" Ucap katsu Hajime dengan kebingungan.

[𝙋𝙚𝙣𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨𝙖𝙣]

Saat mengambil mutiara dari drop monster slime tersebut, tubuh Katsu Hajime seketika mengalami distorsi hanya sekilas. 𝗗𝗶𝘀𝘁𝗼𝗿𝘀𝗶 bisa di sebut juga dengan abstrak efek atau kata lain dari 𝗕𝘂𝗴 𝗚𝗹𝗶𝘁𝗰𝗵, sebuah kesalahan dalam sistem video game yang dapat merusak jalannya permainan. Profesi IT, Gamers dan Programmer biasanya tahu akan penjelasan semacam ini.

"Tunggu tunggu tunggu, aku benar-benar sangat kebingungan dengan hal yang sedang ku alami ini" Ucapnya dalam hati yang kelihatan stres.

Ia pun mencoba kembali untuk membunuh slime, dan benar saja, efek distorsi dari drop item mutiara yang di hasilkan slime tersebut kembali terjadi sewaktu Katsu Hajime mengambilnya. Ia tersadar, bahwa efek dari distorsi ini merupakan awal petunjuk bagi dirinya. Dengan tanpa ragu, Katsu Hajime membunuh banyak monster kecil di dalam hutan ini.

"Criyaaat, Criyaat...." Suara membunuh monster.

"Criyaaat, Criyaat...." Suara membunuh monster.

"Criyaaat, Criyaat...." Suara membunuh monster.

"Ya, aku akan berusaha semaksimal mungkin. Terima kasih Pak tua." Ucapnya sambil mengingat motivasi dari Gorgon waktu lalu.

Tampaknya dia masih sangat bersemangat untuk membunuh monster-monster tersebut. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja terdengar suara ledakkan dari arah desa. Asap dari ledakkan itu terlihat sangat tebal, dari kejauhan ia juga tersentak kaget mendengar sumber suaranya.

"Boom!" Suara ledakkan.

"Apa? Jangan bilang ledakkan itu dari..." Ucapnya dalam hati dan bergegas pergi menuju desa dengan kudanya.

Tak lama kemudian setelah sampai di desanya, dia sangat kaget melihat rumah-rumah yang sudah di penuhi oleh api. Ia bergegas menuju ke kediaman Pak tua, dan benar saja, dalam rumah tersebut begitu banyak darah yang berceceran. 𝗚𝗼𝗿𝗴𝗼𝗻, 𝗔𝗹𝗲𝘅 dan 𝗝𝗲𝗿𝗿𝘆 mati terbunuh dengan sangat sadis.

Lebih parahnya lagi, 𝗥𝗮𝗳𝗮𝗲𝗹 anak dari Gorgon juga terbunuh dengan kondisi tanpa sehelai busana. Hatinya seketika menjadi begitu sesak dan hancur, air matanya juga tidak berhenti keluar. Katsu Hajime seketika itu juga merasa kehilangan sesuatu, ia merasa sangat terpukul dalam insiden tersebut.

"Kenapa air mataku ini tidak mau berhenti?" Ucapnya.

"Tidak, tidak, tidaaaaaaak." Teriak Katsu Hajime seperti orang yang gila.

"Siapa, siapa, siapaaaa... yang berani-beraninya melakukan hal semacam ini?" Berteriak dengan amarahnya yang memuncak.

"Sial, kenapa ini harus terjadi pada orang yang sudah ku anggap sebagai keluarga, walau hanya sekejap? Hiks, hiks..." Ucap Katsu Hajime sambil menangis.

"Sialan, perasaan macam apa ini? Hiks, hiks..." Ucap Katsu Hajime sambil menangis.

"Seandainya aku lebih kuat dan mempunyai bakat, pasti kalian tidak akan mati seperti ini. Hiks, hiks... Sialan" Ucap Katsu Hajime sambil menangis.