webnovel

5. Stella

Saat dua bulan yang lalu secara tiba-tiba pengasuh lama Hannah minta berhenti, Jolene merasa putus asa, meskipun sebenarnya ia juga tidak terlalu menyukai pengasuh lama itu, tetap saja keluarnya yang mendadak membuat dirinya kalang kabut untuk mencari penggantinya, beruntung berselang beberapa hari setelahnya, saat ia sedang kebingungan dan mengajak Hannah berbelanja di swalayan dekat rumah, tanpa sengaja ia berkenalan dengan sosok Stella yang ramah dan keibuan, dan setelah percakapan singkat mereka, Jolene akhirnya tahu, jika Stella baru saja keluar dari pekerjaannya sebagai pengasuh di sebuah keluarga artis terkemuka di Jakarta, Stella bercerita, ia sengaja retired dari pekerjaannya karena ingin beristirahat untuk menikmati masa tuanya,

Stella berasal dari kota Semarang, ia pergi merantau keJakarta untuk menjadi pengasuh anak selama hampir 30 tahun, ia lalu menikah dengan pria dari Jakarta, tapi karena tidak punya anak, Stella tetap menggeluti pekerjaannya dan menghabiskan waktunya untuk menjaga anak orang lain. wanita itu bahkan pernah diajak menetap di New York untuk mengikuti keluarga majikannya yang pindah tugas kesana, tapi setelah suaminya meninggal ia kini memutuskan untuk berhenti bekerja dan menikmati hari tuanya.

Jolene merasa gembira tidak terkira, saat Stella yang baru dikenalnya itu bersedia untuk menjadi pengasuh Hannah, Stella bersimpati atas kesulitannya, Stella tidak keberatan ketika ia menawarkan gaji seperti pengasuh lama Hannah meskipun dengan referensinya sebagai pengasuh handal dan berpengalaman. itu karena Stella merasa kesepian hidup sendiri, ia bahkan tidak keberatan jika harus tinggal menetap di flat sederhana miliknya, sepertinya ini adalah takdir mereka, dipertemukan untuk saling mengisi,

Dan setelah dua bulan ini mengenalnya, Jolene semakin bersandar padanya. dimatanya, Stella adalah wanita independent yang serba bisa, ia juga tidak suka mencampuri urusan orang lain dan juga tidak banyak bertanya, ia seolah bisa mengerti dan cukup menerima cerita Jolene tentang ayah Hannah yang meninggalkan Jolene dan Hannah.

Jolene harus mengatakan ini pada Stella dengan tegas, untuk menjaga jika Hannah bertanya tentang siapa ayahnya, maka mereka akan memiliki jawabban yang sama.

Terkadang, terbesit rasa bersalah dihati Jolene, merasa telah merampas Hannah dari kasih sayang ayah yang mungkin mencintainya, ia sering terbangun dimalam hari, menginggat bagaimana ia telah membohongi Mark tentang putrinya. yang sebenarnya telah ia lahirkan kedunia. anak berambut hitam dan bermata kelabu, sangat ceria dan cerdas seperti ayahnya.

Tapi disaat rasa bersalah terus menyerangnya, ia memantapkan hatinya, menginggatkan dirinya tentang apa yang pernah Mark lakukan padanya. baginya pengkhianatan Mark tidak termaafkan. sudah sepantasnya ia mendapatkan hukuman. dan apa yang ia lakukan sekarang adalah yang terbaik untuknya dan Hannah. karena ia yakin, jika Mark tahu tentang Hannah, Mark pasti akan langsung menuntut haknya sebagai ayah, ia tidak sanggup jika harus bertemu kembali dengan Mark. jadi ia harus menutup akses pria itu untuk masuk dalam kehidupannya lagi,

Jolene menarik nafas panjang, ia lalu membuka tas kerjanya, mengambil roti berlapis keju yang ia bungkus dengan plastic bening sebelum berangkat ke kantor pagi ini, lalu berjalan menuju dapur yang lebar dan sejuk untuk membuat secangkir kopi, dan saat Jolene mengaduk kopinya ia terkenang pertemuan pertamanya dengan Mark .... pikirannya kembali melayang kemasa lalu....

Saat itu, Jolene masih kuliah di universitas dan tengah menghadapi ujian akhir , ia belum genap 21 tahun dan masih sangat muda, Jolene sedang berada dirumah mewah di Bruges Regency House milik keluarganya sambil membaca buku tebal tentang keuangan di sofa nyaman ruang tengah rumahnya, ketika pintu terbuka dan ayahnya masuk diiringi sosok pria muda dibelakangnya,

Saat itu Jolene mengenakan celana jeans tua dan kaos santai, rambutnya diikat tinggi-tinggi diatas kepalanya, dan seandainya bisa, ia berharap dapat penampilannya lebih layak lagi, sementara itu, Mark berpenampilan sangat menawan, ia mengenakan setelan jas formal dengan dalaman kemeja putih rapi dan dasi, pacaran aura masculine dari pembawaan dirinya sungguh membuatnya langsung terpana, Jolene memperkirakan usia pria itu mungkin menjelang 30 tahun, perawakan tubuhnya sangat tinggi dan berkulit gelap, wajahnya yang berkharakter dengan rahang tegas nan kokoh sangat man-ly dan menarik perhatiannya,

Ayahnya memperkenalkan mereka berdua, "Jolene. kenalkan, ini Mark Lee... Mark, ini puteriku Jolene....",

Jolene langsung meletakkan buku tebalnya dimeja, lalu bangkit sambil mengulurkan tangannya. Mark menyambut uluran tangan Jolene dan menjabatnya dengan tegas dan dingin, entah mengapa saat tangan mereka saling melekat kala itu, tiba-tiba ia merasakan hatinya bergolak liar,

Tangan Jolene bergetar, "Apa khabar ?", Mereka berkata bersamaan, dan Mark tersenyum, senyuman nakal yang menunjukkan gigi putihnya sehingga Jolene merasa bagai terjun bebas dari atas tebing tanpa parasut. bahkan langsung membuat bayangan Jay, kekasih yang telah dipacarinya sejak masih SMA itu hilang dari pikirannya, Jay sepantaran dengannya, ia adalah putera dari teman ayahnya, dan meskipun Mark kalah tampan dan menyenangkan jika dibandingkan dengan Jay, tapi entah mengapa kehadirannya itu tiba-tiba mendominasi hatinya.

"Mark adalah pimpinan Lee's Corp. ia datang dari America untuk mempelajari metode perbankan kita", Ayahnya memberitahu Jolene tentang magsud kedatangannya, "Oiya untuk sementara, Mark akan tinggal dirumah kita, sampai ia menemukan apartment untuk disewa",

Seketika kaki Jolene terasa lemas, ia buru-buru duduk kembali disofa, dadanya berdegup sangat kencang, seolah tidak dapat menyembunyikan rasa gembiranya, sadar jika Mark sedang mengawasinya, Jolene berusaha keras untuk tetap terlihat biasa saja.

Tapi Mark terlalu pintar untuk dikelabuhi, ia menatap Jolene dengan tatapan menggoda, Jolene merasa sangat malu, dengan wajah canggung ia kemudian random mengajukan pertanyaan pertama yang timbul dikepalanya, "Bukankah metode perbankan hampir sama diseluruh dunia ?",

"Memang hampir sama. namun aku berharap dapat mempelajari cara beroperasi Bank dagang tertua diJakarta dengan semua strategy pasarnya hingga mampu bertahan dalam kepungan globalisasi ini...Maklum meskipun aku lahir dijakarta, tapi aku menjalani 29 tahun hidupku tinggal di America ",

"Duduklah.... anggap seperti dirumahmu sendiri ", Ucap Ayah Jolene sambil mempersilahkan Mark untuk duduk, Mark mengangguk sopan, dan menjatuhkan diri di kursi sofa dihadapan Jolene,

"Sayang... mungkin kau bersedia menjadi tuan rumah dan menyajikan minuman untuk tamu kita, aku akan menyuruh pelayan menyiapkan makan malam, Mark datang ke jakarta seminggu lebih awal dari jadwal yang seharusnya, dan kedatangannya akan memberi kejutan yang menyenangkan untuk Vina. Mark dan Vina adalah teman lama, mereka bertemu di New York ketika Vina tinggal disana dengan suami pertamanya",

Bibir Jolene langsung terkatup rapat ketika nama ibu tirinya disebut-sebut. sejak Ayahnya menikah lagi, ia melihat perubahan drastic pada diri ayahnya, dari seorang pria berusia 56 tahun yang berpenampilan muda dan menawan, berubah menjadi pria tua, kurus dan cekung, walaupun ayahnya itu juga tidak pernah menunjukkan hal lain selain rasa sayang kepada istri mudanya dan tampak sabar menghadapi perselingkuhannya, tapi Jolene yakin dilubuk hatinya yang terdalam, ayahnya itu menyesali pernikahannya. sering kali ayahnya berusaha membujuknya untuk dapat menerima Vina, setidaknya agar mereka bisa berteman, namun meskipun Vina mencoba mendekatinya dengan tulus, namun gaya hidup ibu tirinya yang bertolak belakang dengannya itu, membuat kedekatan mereka sangat mustahil.

Jadi yang terbaik yang bisa Jolene lakukan adalah tetap bersikap sopan dan dingin pada Vina demi ayah yang dicintainya.