1 1. Mimpi buruk

Hari yang dingin dibulan December. Jolene Alexandra tampak tertidur meringkuk di sebuah flat sederhana yang terletak dipinggir kota, bunyi deru air hujan yang turun dengan deras diluar flat membuat suasana gaduh yang damai, Jolene memeluk tubuhnya sendiri, ia tampak merasa kedinginan, wajah kuyunya terlihat letih, Jolene tampak terlelap tidur dengan wajah penuh kesedihan, ia membalikkan tubuhnya dengan tidak tenang, sepertinya Jolene sedang bermimpi tentang Mark lagi. Terlihat jelas jika kali ini mimpinya itu sangat menakutkan, ia tampak begitu gelisah, wajahnya perlahan berubah memucat, dan butiran keringat dingin mulai membasahi dahinya,

Rupanya Jolene sedang memimpikan lagi tentang pertemuan terakhirnya dengan Mark yang membekas dan terasa begitu mengerikan,

Selama lebih dari enam tahun ini, Jolene telah berusaha keras untuk melupakan sosok Mark dihatinya. ia tentu dapat mengalahkan bayangan pria itu saat pikirannya terjaga, namun ia seolah tidak berdaya saat pria itu datang menghantuinya dalam mimpinya, dan seolah memaksanya untuk mengenang kembali segala kenangan manis yang pernah mereka lalui bersama. kala pria itu berhasil mengelabuhinya dengan memberi beribu kesan yang merebut hatinya,

Tidak dapat dipungkiri, saat itu dengan segala kepolosan sikapnya, Mark berhasil membuatnya melayang dalam angan semu, Ia terjerat pada cinta palsu Mark, dan dengan bodohnya ia juga menikmati waktu indah yang diciptakan Mark dengan gairah yang menggebu-gebu.

Bahkan ia sempat meyakini jika Mark-lah satu-satunya pria yang akan ada didalam hidupnya. ia bermimpi akan mengabdikan seluruh hidupnya menjadi istri Mark yang setia.

Lalu... kemudian datanglah rasa kecewa yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. saat ia akhirnya mengetahui jika ternyata lelaki yang dicintainya itu diam-diam mengkhianati dirinya dan ayah yang dicintainya, ...

Jolene bagai terlempar ke neraka saat dengan kedua matanya sendiri, ia harus menyaksikan pengkhianatan kekasihnya itu dengan ibu tirinya. ia benar-benar terluka....

Namun begitu... ia menolak terlihat mengenaskan. ia berusaha melangkah dan berjuang menghadapi kehancurannya itu, ia memilih mengalah dan pergi meninggalkan semuanya.Ia sengaja pergi meninggalkan rumah mewah milik ayahnya di resident House, capital city dan menghilang tanpa sepatah katapun.

Namun, ditengah pelariannya, entah bagaimana ceritanya, Mark tiba-tiba berhasil menemukan dirinya yang sedang dalam keadaan terpuruk saat itu, yang hanya bisa menyewa sebuah kamar kontrakan sempit di kawasan kumuh pinggir kota sebagai tempat tinggalnya,

Jolene ingat, saat itu ia baru saja pulang dari tempat kerjanya ketika mendengar suara ketukan pintu kamarnya, ia menyangka ketukan pintu itu dari ibu tetangga kamar yang biasa membagikan masakan untuknya. karena meskipun mereka tinggal di lingkungan padat penghuni, dengan segala keterbatasannya, namun suasana dalam hunian kontrakan itu terasa sangat harmonis dan penuh kekeluargaan.

Jolene terkejut bukan kepalang, saat mendapati Mark tampak sudah berdiri didepan pintu kamarnya dengan tubuhnya yang jangkung dan ekspresi muram yang keras, ia terlihat sangat marah padanya, dengan panik Jolene berusaha menutup pintu itu, tetapi Mark bereaksi cepat darinya, ia berhasil mencegah pintu kamarnya tertutup dengan kakinya. "Biarkan aku masuk joo~ ... kita harus bicara....",

Jolene tahu, tidak ada gunanya ia bertahan. ia lalu melepas gagang pintu kamarnya dan berjalan mundur menghindarinya,

Saat Jolene sudah melepas pintunya, Mark segera masuk dan menutup pintu kamarnya itu dari dalam. "Apa lagi yang kau inginkan dariku ?", ucap Jolene sambil melipat kedua tangannya kedepan dan bicara dengan suara yang tegas.

"Kau tahu betul apa yang kuinginkan," jawab Mark sendu, ia menatap kearah Jolene yang tiba-tiba membisu, Mata Mark yang kelabu keperakan terus mengawasi Jolene lekat-lekat. "Aku sudah tahu semuanya joo~", Mark mencoba meraih tangan Jolene, Jolene langsung menghindar, ia mengambil jarak selangkah kebelakang, namun karena ruangan kamarnya tidak mempunyai space yang luas, ia tidak dapat menjauhinya dengan radikal, "Aku tidak mengerti,... apa yang kau sudah ketahui ?"

"Aku tahu, kau sedang mengandung anakku.... Vina telah mengatakannya padaku,"

Wajah Jolene yang berbentuk oval mendadak berubah pucat, mendengar nama ibu tirinya itu disebut, mendadak membuat perutnya terasa mual, dan kemarahannya seolah memuncak hebat,

ia tidak mengerti, apa magsud Vina melakukan ini ?, Apa tujuannya mengatakan kehamilannya pada Mark ?, Jolene bertanya dengan putus asa, Mengapa ?, Apa sebenarnya agenda Vina padanya ?,

Toh ia kini sudah tidak menganggunya lagi, ia kini bahkan tidak peduli lagi tentang segala yang akan dia lakukan bersama Mark dibelakangnya.

Jolene sudah berusaha keras mengubur rasa sakit hatinya atas pengkhianatan yang sudah ia lakukan padanya juga ayahnya, apakah itu masih belum cukup ?....

Jika Vina tidak mengatakannya pada Mark, ia yakin, saat ini Mark tidak akan datang mencarinya....

Jolene berusaha menguasai dirinya dan menjawab dengan mencibir. "Kau memilih mempercayai ucapan ibu tiriku yang tidak dapat di percaya... itu urusanmu sendiri... tapi jangan mengusikku, saat ini ia mungkin sedang putus asa untuk bersamamu, jadi ia menggunakan aku sebagai alasan agar bisa bicara denganmu," jawab Jolene sinis, membelokkan alasan,

Mark tidak bergeming, ia tetap dengan keyakinannya, "Tapi aku yakin, yang dikatakan Vina benar adanya !",

Jolene memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Mark yang mencerca, Mark mendesaknya. "Ayolah joo-... kau harus memberitahuku.. biar bagaimanapun aku adalah ayah bayi itu, aku berhak tahu kebenarannya...."

"Sudah kubilang, tidak ada bayi. jadi tidak ada yang perlu dibicarakan lagi diantara kita!",

Mark tidak putus asa, ia melangkah kedepan dan langsung memutar tubuh Jolene menhadap padanya, dengan lembut ia lalu membelai rambut coklat Jolene penuh cinta "Joo- please ...bisakah kau dengarkan penjelasanku ..."

Jolene segera menepis tangan Mark dari kepalanya, ia lalu kembali berjalan menjauhinya dan berkata dengan suara tegas, "Mark ! Hubungan kita sudah selesai. dan aku tidak ingin terlibat lagi denganmu.... stop mengangguku. jangan pernah menampakkan dirimu lagi didepanku. cepat pergi dari sini ",

"Joo... jangan bertindak emotional seperti ini. please....jangan kau hancurkan hidup kita dengan sia-sia, aku ingin menikah denganmu joo~.. agar aku bisa menjagamu dan bayi kita...",

Mendengar ucapan manis Mark itu membuat emosi Jolene bergolak hebat, sambil menatap Mark penuh kebencian ia berkata dengan suara bergetar, "Aku tidak akan pernah sudi menikah denganmu !!, Kau pikir aku gila ?!!", Jolene seakan tidak dapat membendung air matanya, ia melanjutkan ucapannya sambil menangis tersedu, "Setelah apa yang kau lakukan pada ayahku, apa kau pikir aku akan bersedia bertekuk lutut hanya demi menyelamatkan harga diriku ?, No way Mark !!, aku tidak akan pernah tunduk pada uang dan kekuasaanmu !!,"

avataravatar
Next chapter