webnovel

Internal Zone

Kehidupan setelah perang dunia ke empat benar-benar meninggalkan kenangan buruk bagi seorang anak kecil yang menderita Amnesia Disosiatif bernama Yuri. Bersama Ibu angkatnya Lousiana Matthew, mereka mencoba membuka satu per satu tabir yang akhirnya bendera putih pun dikibarkan dan menanggalkan kenangan masa lalu untuk dikubur selamanya. Bersama ke empat saudara angkatnya, Yuri saat ini menikmati kehidupan barunya di tempat penampungan yang dikelola oleh Ibu angkatnya tersebut. Dengan penetapan zona yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan konflik yang sering terjadi dan menjadi pemicu potongan-potongan kecil ingatan yang mulai kembali. Yuri mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

Redi_Indra_Yudha · Sci-fi
Not enough ratings
50 Chs

Just a Moment

"Kepada semua unit, periksa kelengkapan senjata, awasi perimeter dan jaga diri kalian baik-baik. Jangan ada yang bergerak tanpa adanya perintah dariku," instruksi Kapten Victoria.

"Mari kita bertugas, Letnan," ucap Kapten Victoria.

"Siap, laksanakan, Kapten," jawab Letnan Varischa.

******

******

Thursday, 13 December 2253, 12:02:22 ( Wilayah Perbatasan )

******

"Akhirnya kita telah sampai di pos penjagaan," ucap Charlotte.

"Apa kau ini tidak terbiasa bepergian jauh, berisik sekali dari tadi," ketus Lune yang sedikit emosi melihat Charlotte.

"Aku hanya mengucapkan syukur saja, aku kira kita akan berputar kembali ... sehingga perjalanan kita akan batal," jawab Charlotte.

"Aku juga tidak ingin perjalananku dengan Yuri berakhir dengan percuma hari ini," gumam Charlotte.

Setelah hampir dua jam kendaraan umum yang ditumpangi oleh Yuri, Lune dan Charlotte bergerak secara perlahan, akhirnya tiba di pos penjagaan perbatasaan dan berhenti untuk dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap para penumpang.

"Maaf mengganggu waktunya, Pak Supir," ucap salah satu petugas yang terlihat seperti agen karena menggunakan pakaian serba hitam.

"Tidak apa-apa, silahkan Pak Petugas," balas supir bus tersebut.

"Kalian tunggu disini, kau ikut denganku untuk melakukan pemeriksaan," ucap petugas yang meminta izin dengan supir kendaraan tersebut.

"Baik," jawab para petugas militer dengan senjata lengkap yang menunggu dipintu keluar kendaraan tersebut.

Seperti kendaraan umum atau bus lainnya, pintu untuk keluar dan masuk hanya berada disebelah pengemudi sehingga tidak memungkinkan semua penumpang untuk keluar masuk dengan seenaknya tanpa sepengetahuan pengemudi. Dan, tanpa banyak obrolan tidak penting, dua orang petugas yang memakai pakaian serba hitam tersebut segera membagi tugas untuk memeriksa para penumpang.

Meskipun demikian, untuk kenyaman para warga yang ada di dalam bus tersebut, maka petugas militer yang selanjutnya dijelaskan sebagai agen rahasia A dan B tersebut menjelaskan beberapa hal terkait pemeriksaan yang sedang berlangsung. Meskipun sebagian warga hanya bisa mengeluhkan akan keterlambatan mereka sampai ke tujuan, dan terlihat jelas tidak terlalu memperdulikan perkataan agen rahasia tersebut.

"Kau periksa bagian sebelah kiri, urusan di sebelah kanan biar aku yang periksa," ucap agen rahasia A kepada rekannya.

"Baik," jawab rekannya tersebut.

"Kepada para penumpang diharapkan kerjasamanya, kami berdua hanya melaksanakan kegiatan rutin dan berdasarkan instruksi dari pimpinan pusat. Jadi, apabila ada yang merasa terganggu atas tindakan yang kami lakukan, kami mohon maaf sekali lagi," ucap agen rahasia A.

Para penumpang diminta untuk memberitahukan IP mereka yang berisi tentang biodata diri, selain dari scan tubuh untuk memastikan para penumpang tidak akan berbuat hal-hal yang berbahaya saat tiba di tujuan. Yuri duduk dibelakang Lune dengan baris yang sama, sementara Charlotte duduk disebelah Lune. Tempat duduk mereka berada di sisi sebelah kanan dan berada di posisi belakang.

"Huuuhhh," Lune menghela nafas.

"Sudah, mereka hanya menjalankan perintah atasan dan hanya memeriksa biodata diri kita saja," ucap Charlotte yang melihat ekspresi Lune yang semakin tidak senang dengan keadaan yang terjadi saat ini.

"Tsk," ketus Lune sembari menatap tajam ke arah Charlotte.

"M-maaf," sahut Charlotte yang kemudian duduk diam dan menundukkan kepalanya.

"Aku hanya ingin menenangkan dirinya saja, mengapa selalu saja aku yang salah dihadapannya," gumam Charlotte.

"Mereka ini bisa tidak untuk bepergian dengan tenang sedikit, dan tidak mengganggu kenyamanan para penumpang yang lainnya," gumam Yuri yang menggelengkan kepalanya sembari tertunduk melihat tingkah laku Lune dan Charlotte yang duduk dihadapannya.

"Apa aku harus menyesali perjalanan ini nantinya," gumam Yuri kembali.

"Apa mereka tidak bisa bersikap seperti para penumpang biasa, tapi ... penumpang yang ada di sebelahku ini juga terlihat tidak biasa," gumam Yuri sembari mencoba melirik ke arah penumpang lain yang duduk disebelahnya.

Penumpang di sebelah Yuri sepanjang perjalanan hanya melihat ke arah AD atau bertanya kepada Yuri untuk memastikan waktu dan memeriksa sesuatu di perangkat seperti Tab berulang kali. Seperti ada sesuatu yang membuatnya takut terlambat untuk segera tiba di tujuan, terlebih lagi saat ada pemeriksaan seperti saat ini ekspresi khawatir masih terlihat dengan jelas meski ia berusaha tenang.

"Apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya Yuri.

"Ahh ... tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Terima kasih," balas penumpang tersebut.

"Ohh ... baiklah," ucap Yuri.

"Mengapa harus ada pemeriksaan disaat seperti ini?" Ucap penumpang di sebelah Yuri tersebut bertanya kepada dirinya sendiri dengan nada pelan namun masih terdengar oleh Yuri yang berada disebelahnya.

"Apa kau sedang terburu-buru?" Tanya Yuri mencoba untuk mengajak berbicara sehingga dapat menenangkan penumpang tersebut.

"Ahhh ... maaf," sahut penumpang tersebut.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin mengobrol saja dengan dirimu. Jangan terlalu khawatir, pemeriksaan seperti ini tidak akan berlangsung lama," ucap Yuri.

"Huuhh ... kalau aku tahu akan seperti ini, aku berangkat lebih awal saja dari kemarin," balas penumpang tersebut sembari memeriksa waktu di AD miliknya.

"Pukul 12:05:58," ucap Yuri.

"Ahahahaha ... maaf sekali lagi," balas penumpang tersebut yang berniat untuk bertanya kembali kepada Yuri tentang ketepatan waktu di AD miliknya, namun didahului oleh Yuri yang sudah terbiasa dengan tindakannya tersebut sepanjang perjalanan.

"Tidak apa-apa, jadi ... apa kau sedang ingin berkunjung ke suatu tempat," ucap Yuri.

"Ada pekerjaan yang harus aku lakukan, dan pimpinan di tempat tersebut tidak suka akan keterlambatan dengan alasan yang tidak masuk akal, dan ada alternatif lain untuk menghindari alasan keterlambatan," jelas penumpang tersebut.

"Apa ada orang seperti itu di zaman yang sudah sekarat seperti ini," gumam Yuri.

"Ahahahaha ...." tawa Yuri pelan.

"Semoga kau beruntung untuk bisa selamat dari orang-orang seperti itu," ucap Yuri.

"Ahahaha ... terima kasih banyak," balas penumpang tersebut.

"Tapi ... aku merasa didekat diriku sendiri ada satu orang yang hampir sama dengan pimpinan orang ini," gumam Yuri yang terlintas di benaknya sosok Lune.

Lune adalah sosok yang cukup menyulitkan untuk dihadapi oleh Yuri, tentu saja hal tersebut tidak berbeda jauh dengan pimpinan penumpang yang duduk disebelah Yuri yang memiliki pimpinan seperti itu sudah cukup dapat dirasakan oleh Yuri. Bagaimanapun juga, hari-hari ditempat penampungan juga dilalui oleh Yuri tidak begitu menyenangkan apabila sudah berhadapan dengan Lune.

"Ahahaha ... " tawa Yuri pelan.

"Apa yang kalian tertawakan, apa ada yang lucu," ucap sebuah suara yang tiba-tiba memunculkan kepalanya untuk melihat keadaan yang ada dibelakangnya.

"Charlotte, duduk, apa kau tidak bisa tenang sedikit," ucap Lune.

"Aku hanya ingin melihat keadaan Yuri saja, lalu aku tidak sengaja mendengar tawa mereka. Siapa tahu aku bisa ikut mengobrol juga," balas Charlotte.

"Karena, Lune dari tadi hanya bisa memarahiku terus menerus ... padahal aku hanya ingin menghilangkan rasa bosan sembari menunggu kita melewati pos penjagaan perbatasan dan pemeriksaan ini," ucap Charlotte yang kemudian mengarahkan pandangannya ke arah Lune.

"Dia ini ... apa tidak bisa bersikap selayaknya orang dewasa," gumam Lune sembari menepuk keningnya dengan tangan kanan sembari menundukkan kepalanya karena sedikit merasa malu dengan pandangan para penumpang lainnya.

"Kau ini ...." ucap Lune singkat dengan posisi yang sama.

"Char ...." ucap Yuri terkejut.

"Ada apa?" Tanya Yuri.

"Ahaha ... tidak apa-apa, aku hanya ingin ikut kalian mengobrol saja, karena aku sedikit merasa bosan," jawab Charlotte.

"Ada apa dengan Charlotte hari ini? Tidak biasanya dia bersikap seperti ini ... tapi, aku memang sedikit merasa aneh dengan tingkah laku dan sifat Charlotte. Atau ... hanya perasaanku saja," gumam Yuri.

"Duduk saja disana dengan baik, sebentar lagi petugas pemeriksa akan kemari. Kau jangan berbuat yang tidak-tidak seperti ini, ingat ... kau itu bukan anak-anak lagi," ucap Lune yang semakin emosi sembari mulai mencengkeram pakaian yang digunakan Charlotte untuk menariknya duduk.

"Kak Lune ...." sahut Charlotte singkat karena terkejut dengan tindakan Lune.

"Kak Lune!?" gumam Yuri merasa heran.

"Ups ...." Ucap Charlotte singkat sembari menutup mulutnya dengan ke dua tangannya, lalu kembali duduk.

"Kau mau duduk sendiri, atau aku tarik bajumu supaya kau bisa duduk kembali," ucap Lune ketus sembari memberikan ultimatum dengan tatapan yang tajam.

"B-baik, baik," balas Charlotte sembari kembali duduk dan mengerti akan tatapan yang diberikan Lune kepadanya.

"Apa aku yang salah mendengar, atau ... Charlotte baru saja memanggil Lune dengan sebutan Kakak," gumam Yuri bertambah penasaran.

Penumpang di sebelah Yuri pun hanya bisa terdiam melihat tingkah laku Charlotte dan Lune, seperti kakak yang selalu menjaga adiknya dan terlihat begitu sangat akrab sekali. Tanpa memperdulikan Yuri yang masih penasaran dengan pemikirannya sendiri, penumpang di sebelahnya tersebut mencoba untuk membuka pembicaraan.

"Siapa mereka berdua? Apa kau mengenalnya?" Tanya penumpang tersebut.

"Hah ...." Ucap Yuri terkejut.

"T-tentu saja aku mengenal mereka berdua, kalau tidak ada mereka berdua ... aku juga tidak berada di sini dan menyaksikan hal yang baru saja terjadi," gumam Yuri.

"Iya ... aku mengenal mereka berdua. Yang melihat ke arah kita adalah bos dari tempat kerja paruh waktuku, namanya Charlotte. Dan, satu lagi adalah saudara angkatku, namanya adalah Lune," sahut Yuri.

"Ohh ... aku kira mereka berdua adalah kakak dan adik, ternyata yang bernama Charlotte tadi hanya pimpinan dari tempat kerja paruh waktumu saja," jawab penumpang tersebut.

"Aku sangat iri sekali denganmu, masih ada orang-orang didekatmu untuk dapat saling bertukar pendapat, berbagi perasaan suka maupun cita, maupun hal-hal lainnya," ucap penumpang tersebut sembari memalingkan wajahnya ke arah jendela bus.

"HAAAAAHHHH!!!!" Yuri berteriak kencang dalam hatinya sembari mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan penumpang tersebut.

"Kau tidak tahu bahwa apa yang kau ucapkan tersebut adalah hal yang sama sekali jarang terjadi, mau seberapa pasrah kau mengucapkan perihal tersebut ... ingin sekali aku merasakan kedamaian seperti itu," lanjut Yuri bergumam kepada dirinya sendiri.

"Apa ada yang salah dengan ucapanku?" Tanya penumpang tersebut.

"Ahahahahaha ...." Tawa kecil Yuri.

"Karena, meskipun dia ( Charlotte ) adalah pimpinan dari tempat kerjamu, akan tetapi ia tidak merasa canggung dengan keberadaan kalian disekitarnya. Baru kali ini aku melihat keakraban dan rasa nyaman antara pimpinan dengan karyawan," ucap penumpang tersebut.

"B-bukan begitu ... ceritanya cukup panjang, lagi pula kami bekerja hanya di sebuah cabang retail kecil, bukan sebuah perusahaan besar yang cukup memiliki nama," jelas Yuri.

"Huuhh ... meskipun demikian, mudah-mudahan kalian tetap bersama dan saling mendukung satu sama lain di saat suka maupun duka," gumam penumpang tersebut.

"Hal ini cukup menghiburku meski untuk sesaat, meski ... aku bisa selamat dari pemeriksaan ini," ucap penumpang tersebut dengan berbisik yang tetap saja masih bisa terdengar oleh Yuri yang berada di sebelahnya.

"Ahahahahaha ...." Tawa kecil Yuri kembali.

"Sungguh ... orang ini benar-benar sangat aneh," gumam Yuri.

Tanpa mereka berdua perhatikan, agen rahasia A telah berdiri di sebelah Yuri untuk memeriksa identitas mereka berdua. Agar tetap menjaga kondisi pemeriksaan tetap aman dan terkendali, maka agen rahasia A tersebut menunggu hingga pembicaraan antara Yuri dan penumpang lain disebelah Yuri tersebut berakhir.

"Maaf mengganggu waktunya, apakah saya sudah bisa memulai untuk melakukan pemeriksaan terhadap kalian berdua," ucap agen rahasia A tersebut.

"AHH!!!" Yuri terkejut.

"Maaf, Bapak Petugas, baiklah ...." ucap Yuri sembari menyalakan AD miliknya untuk memberikan biodata pribadi.

"Ahahaha ... tidak apa-apa, asal tugas kami tidak terlalu mengganggu kenyamanan kalian selama melakukan perjalanan," balas agen rahasia A.

"Tidak masalah, Bapak Petugas," balas Yuri.

Tidak berapa lama kemudian, meski ekspresi wajah agen rahasia A sedikit terlihat berbeda meski sudah berusaha untuk ditutupi, pada akhirnya pemeriksaan terhadap Yuri berakhir tanpa ada tanda-tanda yang mencurigakan. Maka, selanjutnya pemeriksaan berlanjut kepada penumpang yang ada di sebelahnya.

"Mohon Bapak yang ada disebelah ikut saya kemari untuk mempermudah dan tidak mengganggu Bapak (Yuri) ini," ucap agen rahasia A.

"Baiklah," jawab penumpang yang ada disebelah Yuri tersebut sembari melangkahkan kakinya untuk melewati posisi tempat Yuri duduk.

"Baiklah, silahkan nyalakan IP milik Anda," instruksi agen rahasia A tersebut.

"Apakah kau sudah selesai melakukan pemeriksaan?" Tanya agen rahasia B yang ternyata telah menyelesaikan pemeriksaan lebih cepat.

"Belum, tinggal Bapak ini saja," jawab agen rahasia A.

"Oke," sahut agen rahasia B.

Namun, hal tidak terduga saat pemeriksaan penumpang yang ada di sebelah Yuri tersebut. Dengan terpaksa, para agen rahasia tersebut segera meminta penumpang tersebut untuk ikut dengan mereka turun dari bus tersebut. Kelihatannya ada sedikit masalah saat pemeriksaan biodata penumpang tersebut.

"Pak Petugas, bisakah aku berbicara sebentar dengan pemuda ini," ucap penumpang yang bermasalah tersebut.

"Baiklah, aku akan menunggumu dipintu keluar," ucap agen rahasia A.

"Terima kasih, Pak Petugas," sahut penumpang yang bermasalah tersebut.

"Ada apa denganku? Apa tadi aku ada salah berbicara dengannya? Bagaimana ini?" Berbagai pertanyaan melintas di benak Yuri.

Agen rahasia A akhirnya menunggu penumpang yang bermasalah tersebut di pintu keluar bus, sementara agen rahasia B memerintahkan beberapa pasukan militer yang telah berjaga di pintu keluar bus untuk segera bersiap-siap dan bersiaga penuh untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Selain itu, para penumpang lain hanya saling berbisik dan bertatapan satu sama lain dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Maaf mengganggu waktumu," ucap penumpang yang bermasalah tersebut.

"Tidak apa-apa, apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya Yuri.

"Aku tidak akan mengganggu waktumu maupun para penumpang lainnya lebih lama, dan ... sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan hal ini kalau tidak terpaksa," ucap penumpang yang bermasalah tersebut.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Yuri kembali semakin penasaran.

"Aku hanya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada dirimu, dan ... tolong ini diterima," ucap penumpang tersebut sembari menjulurkan tangan kanannya keluar dari kantong celana sebelah kanan sebuah benda.

"M-maaf ... aku tidak memiliki hak apapun untuk menerima ini darimu," sahut Yuri.

"Tolong ... diterima saja, aku juga tidak memiliki banyak waktu saat ini," ucap penumpang tersebut bersikeras dan langsung meraih telapak tangan kanan Yuri, dan segera meletakkan benda tersebut sembari mendekatkan dirinya ke arah Yuri.

"Tolong kau jaga baik-baik, dan apabila kau tidak mengerti apapun tentangnya ... simpan saja terlebih dahulu sampai kau benar-benar bertemu dengan seseorang yang kau percayai untuk dapat memahami benda tersebut," bisik penumpang tersebut.

"Apakah aku akan baik-baik saja setelah menerima benda ini," gumam Yuri.

Benda yang diberikan oleh penumpang yang bermasalah tersebut adalah sebuah flashdisk berbentuk kotak berwarna hitam. Setelah memberikan benda tersebut, penumpang yang bermasalah pun memeluk erat Yuri meski tidak berangsur lama dan segera menyusul agen rahasia A yang telah menunggu di pintu keluar bus.

"Apa ada masalah, Yuri?" Tanya Lune yang berdiri dari tempat duduknya.

"Ahahaha ... tidak apa-apa," ucap Yuri terkejut dan segera memasukkan flashdisk tersebut ke dalam kantong celana sebelah kanannya.

"Hmm," gumam Lune sembari memperhatikan tingkah laku Yuri dengan seksama.

"Apa kau benar-benar yakin dan sedang tidak berbohong denganku?" Tanya Lune memastikan sekali lagi.

"B-benar ... ahahaha ...." ucap Yuri singkat diiringi tawa kakunya dan segera duduk kembali di kursi penumpang.

"Baiklah, kalau kau bilang seperti itu," balas Lune yang kemudian duduk kembali.

Tidak berapa lama kemudian supir bus tersebut diberikan instruksi untuk segera berjalan kembali melewati pos penjagaan. Dari balik jendela, Yuri masih bisa melihat penumpang yang duduk disebelahnya tersebut dibawa ke dalam sebuah ruangan dengan penjagaan yang begitu ketat dari berbagai petugas keamanan, baik MOP Zona Kuning dan Zona Hijau, pasukan militer dan agen rahasia.

"Ada apa ini sebenarnya?" gumam Yuri bertanya kepada dirinya sendiri.

Jangan lupa untuk rate dan power stonenya agar cerita ini terus berkembang. Terima Kasih.

Redi_Indra_Yudhacreators' thoughts