webnovel

Internal Zone

Kehidupan setelah perang dunia ke empat benar-benar meninggalkan kenangan buruk bagi seorang anak kecil yang menderita Amnesia Disosiatif bernama Yuri. Bersama Ibu angkatnya Lousiana Matthew, mereka mencoba membuka satu per satu tabir yang akhirnya bendera putih pun dikibarkan dan menanggalkan kenangan masa lalu untuk dikubur selamanya. Bersama ke empat saudara angkatnya, Yuri saat ini menikmati kehidupan barunya di tempat penampungan yang dikelola oleh Ibu angkatnya tersebut. Dengan penetapan zona yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan konflik yang sering terjadi dan menjadi pemicu potongan-potongan kecil ingatan yang mulai kembali. Yuri mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

Redi_Indra_Yudha · Sci-fi
Not enough ratings
50 Chs

Foreigners

Setelah melewati perbatasan Zona Hijau dan Zona Kuning, Yuri masih terpaku dengan benda yang telah diberikan oleh penumpang yang duduk disebelahnya. Pada zaman dimana Yuri hidup dan tinggal sekarang, flashdisk bukan menjadi barang umum dikarenakan peredarannya telah ditiadakan dan terganti dengan AD yang dapat dimiliki oleh siapapun.

Flashdisk saat ini banyak diganti dengan modul-modul atau chip berbasis Intelligence Automatically System ( IAS ) dan hanya dapat dipergunakan sebagai barang publik apabila mendapatkan izin dari akademi pendidikan pusat. Hal ini dikarenakan, akademi pendidikan yang memiliki otoritas penuh terhadap penggunaan teknologi terbatas.

******

******

"Aku juga sebenarnya tidak mengetahui pasti benda apa ini sebenarnya, dan apa maksud dari perkataan penumpang tersebut," gumam Yuri sembari bersandar dengan melihat ke arah jendela bus.

"Apa aku hubungi Bram saja dan memintanya untuk memeriksa benda apa itu sebenarnya," gumam Yuri kembali.

Dengan berbagai pemikiran dan pertimbangan, serta rasa tidak tahu akan benda yang diberikan tersebut, Yuri hanya bisa menunggu dengan perasaan sedikit khawatir terhadap penumpang yang bermasalah tersebut sampai bus yang ditumpanginya berhenti di tempat pemberhentian.

"Huuuhhhhh ... lebih baik aku memikirkannya setelah tiba kembali ke tempat penampungan, agar mereka berdua tidak merasa khawatir atau merasa curiga kepadaku," gumam Yuri.

******

Sementara, Charlotte dan Lune masih memiliki kecurigaan terhadap perubahan tingkah laku Yuri sejak kepergian penumpang yang duduk disebelahnya tersebut dibawa pergi oleh pihak keamanan.

"Apa Yuri baik-baik saja, Kak Lune!? Aku sedikit kha---," ucap Charlotte yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya.

"Apa kau tidak bisa menjaga bicaramu dengan baik, Charlotte," ucap Lune dengan menahan emosinya sembari menutup mulut Charlotte dengan telapak tangan kanannya.

"Hmm ... hmmm ....," ucap Charlotte sembari menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Phuaahh ... aku bukannya sengaja untuk mengucapkan hal tersebut, Lune," ucap Charlotte.

"Yang jelas ... saat ini kau jangan terlalu banyak bertindak yang akan menimbulkan kecurigaan Yuri. Karena, aku juga tidak ingin perjalanan ini berakhir dengan tidak baik sebelum aku mendapatkan apa yang aku mau," jelas Lune.

"Baiklah ... setidaknya aku juga dapat berjalan-jalan dengan ditemani oleh Yuri," sahut Charlotte.

"Hmmm ...." Gumam Lune sembari menatap tajam ke arah Charlotte.

"A-apa ada yang salah dengan ucapanku ... sebelumnya tidak ada masalah," gumam Charlotte gugup.

"Dia ini ... jangan sampai membuat Yuri merasa curiga yang berlebihan dan mengetahui perihal yang tidak ingin aku jelaskan panjang lebar kepadanya. Hal tersebut akan sangat merepotkan saja," gumam Lune.

Kendaraan umum yang dinaiki oleh Yuri, Lune dan Charlotte telah memasuki kawasan perkotaan dengan melewati berbagai distrik setelah tidak berapa lama melewati pos penjagaan perbatasan antar zona. Meskipun Zona Hijau cukup diidamkan oleh para warga dari Zona Kuning dan Zona Merah, pada kenyataannya hal tersebut tetap kembali kepada perspektif dan pola pikir masing-masing individu.

Sembari memandang ke arah jendela bus melihat berbagai aktivitas warga maupun bangunan-bangunan yang dilewati, Charlotte berkata "Tidak ada yang menarik disini, semuanya biasa saja."

"Kau itu terlalu banyak mendengar omong kosong yang terlalu tinggi dari orang-orang yang memiliki impian tinggi namun tidak tahu apa yang ada dihadapan mereka ketika telah berada ditujuannya," jelas Lune.

"Hmm ...." gumam Charlotte yang mendengar ucapan Lune.

"Apa dia ini tidak bisa merubah pandangannya sedikit saja, bagaimanapun zaman telah berubah dan tidak sama persis seperti dulu," gumam Charlotte kembali dengan masih melihat ke arah luar jendela bus.

"Hanya dengan merubah pandangan dan sikap, nasib dan takdir tidak dapat hanya ditentukan dari itu saja, bukan!?" ucap Lune kembali.

"Tapi ... ada saatnya untuk menerima saat ini dan melepas masa lalu, bukankah itu lebih bagus, Lune?" Tanya Charlotte.

"Kau tahu apa soal perubahan," ucap Lune pelan sembari menggertakkan giginya.

"Huuhhhh ... kau ini," ucap Charlotte sembari menggenggam tangan kiri Lune yang telah mengepal dan bergetar hebat.

"Tenang ... saat ini aku juga tidak berada di posisi yang dapat memberikanmu sebuah kritik dan saran, karena berkat dirimu juga aku tetap bisa menikmati hidup dan masih berada disini. Meskipun aku adalah orang asing bagimu," ucap Charlotte yang secara tiba-tiba memeluk Lune agar lebih dapat menenangkan dirinya.

"Aku sangat berterima kasih padamu, Lune," bisik Charlotte.

"Kau jangan terlalu bersikap yang berlebihan seperti ini, Yuri tidak akan percaya kalau Charlotte yang saat ini sudah sangat berbeda jauh dengan apa yang dipikirkan olehnya," ucap Lune sembari melepas pelukan tersebut.

"Ehh ...." ucap Charlotte terkejut.

"Hehehehehehe ... apa kau malu, aku tidak pernah mendengar seorang Lune menjadi pemalu seperti ini," ucap Charlotte seketika dengan maksud mengejek Lune.

Tanpa banyak bicara, Lune segera mengarahkan kepalan tangan kanannya ke arah wajah Charlotte yang tidak siap menerima serangan mendadak dari Lune dan hanya bisa memejamkan ke dua matanya. Namun, Lune hanya bisa tersenyum kecil dan menjentikkan jarinya ke arah dahi Charlotte.

"Aduh ... sakit tahu," ucap Charlotte sembari memegang dahinya.

"Apa kau mau lagi?" Tanya Lune merasa senang.

"Yee ... tidak mau, hmphh ...." jawab Charlotte kesal sembari mengelus dahinya yang lumayan terasa sakit.

"Aduuh ...." ucap Charlotte.

"Apa Kakak tidak bisa untuk pel---," ucap Charlotte tidak dapat meneruskan perkataannya karena Lune kembali memberikan hukuman yang sama seperti tadi.

Berkali-kali Lune melancarkan serangannya ke arah dahi Charlotte yang tidak bisa untuk menghindar. Para penumpang yang melihat ke arah mereka hanya bisa tersenyum dan tertawa, tapi tidak bagi Yuri. Pada akhirnya, tanpa mereka bertiga sadari bahwa bus telah berhenti di tempat pemberhentian.

"Apa kalian sudah selesai dengan tingkah laku kalian yang seperti anak-anak ini," ucap Yuri kepada Lune dan Charlotte yang masih sibuk berdebat dan saling hukum satu sama lain.

"Kau tidak perlu ikut campur, aku juga merasa bahwa bus ini telah berhenti untuk beberapa saat, aku hanya ingin menghajarnya terus sampai tidak ingin mengulang perbuatannya kembali," ucap Lune sembari berdiri dari tempat duduk penumpang.

"Huuhhh ... apa tidak ada perkataan lain yang dapat kau ucapkan," gumam Yuri melihat ke arah Lune yang telah melangkahkan kakinya untuk pergi ke pintu keluar bus.

"Apa kau bisa untuk turun sekarang, Charlotte?" Tanya Yuri.

"Huhuhu ... Yuri, lihat perbuatan Lune kepadaku," jawab Charlotte sembari menunjuk ke arah dahi dan pipinya yang memerah.

"Sudah, sudah ... lebih baik kita turun saja terlebih dahulu, jangan sampai mengganggu kerja Bapak Supir dan kenyaman penumpang lainnya," ucap Yuri sembari mengulurkan tangan kanannya.

"Baiklah," balas Charlotte sembari menyambut uluran tangan Yuri.

Mereka berdua pun segera melangkahkan kaki menuju ke pintu keluar bus, dan sebelum turun Yuri menyisihkan waktunya sesaat untuk meminta maaf atas tingkah laku Lune dan Charlotte apabila sampai mengganggu kenyaman semua orang yang ada di dalam bus, serta tidak lupa juga kepada supir bus.

"Jadi, mau kemana kita sekarang, Lune?" Tanya Yuri.

"Kau disini hanya untuk menemani kami berdua, jadi ... jangan terlalu banyak bertanya," jawab Lune.

"Heeehhhh ...." Yuri berteriak dalam hatinya.

"Tenang saja ... nanti kalau Yuri lelah dan lapar, bilang saja padaku. Biar aku yang mencarikan tempat makan enak sekaligus tempat yang paling nyaman untuk melepas lelah," jawab Charlotte tiba-tiba sembari merangkul lengan tangan kiri Yuri.

"Kau ini ... apa masih ingin seperti tadi?" Tanya Lune mengingatkan Charlotte untuk menjaga sikapnya apabila tidak ingin mendapatkan hukuman yang telah diterima selama berada di dalam bus.

"Eh ... tidak mau," sahut Charlotte sembari berlindung di belakang Yuri, dan menutup dahinya dengan ke dua telapak tangannya.

"Sudah ... sudah, baiklah. Hari ini kau bosnya, Lune," balas Yuri yang tidak ingin membuang-buang waktu.

"Aku bersyukur kalau kau bisa mengerti apa yang aku maksud, daripada harus membuang-buang waktuku untuk menjelaskan secara rinti dan detail apa yang hanya bisa kau lakukan hari ini," jelas Lune.

"Kau sendiri berbicara terlalu lama," gumam Yuri sembari mengernyitkan dahinya dan tersenyum kecil.

"Perjalanan kita masih jauh dari tempat yang dituju, aku akan mencari taksi di depan sana. Kalian berdua duduk saja di halte ini untuk sementara," ucap Lune.

"Apa perlu aku temani, Lune?" Tanya Charlotte.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Charlotte tersebut, Lune segera melangkahkan kakinya untuk pergi mencari taksi. Sementara, Yuri hanya bisa tersenyum kecil kembali melihat sikap Lune dan segera duduk di halte bus tersebut.

"Biarkan saja, lebih baik kita menunggu disini sesuai apa yang dikatakannya," ucap Yuri.

"Hmm ...." gumam Charlotte dengan masih berdiri dan memandangi punggung Lune yang semakin menjauh.

"Bagaimana, Lune?" Tanya Charlotte.

"Apa maksud dari pertanyaanmu, Charlotte?" Yuri berbalik bertanya.

"Bukankah pertanyaanku cukup sederhana, bagaimana menurut pandanganmu tentang Lune, hanya itu," balas Charlotte.

Yuri cukup terkejut mendengar hal tersebut, meskipun Yuri pernah mengatakannya sewaktu di taman bermain saat ia baru pemulihan dan ingin mencari udara segar. Namun, Yuri merasa heran mengapa Charlotte memberikan pertanyaan itu kembali. Dengan masih menatap punggung Charlotte yang berdiri membelakanginya, Yuri merasa memang ada yang aneh dengan sikap Charlotte hari ini.

"Bukankah aku sudah pernah mengatakannya kepadamu sebelumnya, apa harus aku mengulanginya kembali," balas Yuri.

"Apa mesti aku mengatakannya kembali padamu, Charlotte? Apa masih tersimpan rasa ragu akan jawaban yang pernah aku katakan sebelumnya, dan menurutmu masih ada kebohongan yang tersimpan di dalamnya?" Tanya Yuri berkali-kali.

Akan tetapi, apa yang dikatakan oleh Yuri tidak terlalu ditanggapi oleh Charlotte meskipun tidak berapa lama ia pun duduk. Namun, meski Charlotte berada dekat dengannya, Yuri merasa ada sesuatu yang membuat mereka berdua berada di antara dua jurang yang saling berhadapan dengan curam yang dalam.

"Mengapa Charlotte tidak membalas perkataanku," gumam Yuri penasaran sembari melihat ke arah Charlotte yang sedang berusaha untuk tidak menanggapinya dengan melihat AD.

"Baiklah, kalau itu memang yang ingin kau ketahui, aku akan memberita---" ucap Yuri tidak menyelesaikan perkataannya karena AD milik Charlotte ada seseorang yang berusaha untuk menghubunginya.

Meskipun AD milik Charlotte berada dalam mode diam, tapi ada kedipan layar AD milik Charlotte tersebut menyala. Selain dari ekspresi Charlotte yang sedikit agak terkejut melihat siapa yang berusaha menghubunginya. Pada akhirnya, Yuri mengurungkan niatnya untuk memberitahukan kembali apa yang ingin di dengar oleh Charlotte.

"Gawat ... mengapa Kak Lune harus menghubungi di saat seperti ini?" Tanya Charlotte kepada dirinya sendiri dalam hati.

"Ada apa, Charlotte?" Tanya Yuri.

"Ahahaha ... tidak ada apa-apa, hanya saja Lune menghubungiku. Akan aku jawab terlebih dahulu panggilan darinya, maaf," jawab Charlotte kemudian berdiri dan memasang earphone di telinga kanannya, lalu menyalakannya.

"Ohhh ... baiklah, lebih baik kau segera kau jawab panggilan darinya, daripada nanti akan mendapatkan hukuman seperti tadi, hehehehe ...." Ucap Yuri.

"Apa ... jangan-jangan Kak Lune mengetahui apa yang aku tanyakan kepada Yuri. Tapi, bagaimana Kakak Lune bisa mengetahuinya," gumam Charlotte dengan rasa penasaran namun bercampur waspada.

"Maaf, Yuri. Terima kasih," balas Charlotte.

"Ada apa sebenarnya dengan Charlotte hari ini, sungguh aneh sekali sikapnya," gumam Yuri.

Dengan tidak membuang-buang waktu, Charlotte tiba-tiba berdiri dan sedikit melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Yuri untuk menerima panggilan dari Lune meski ia tidak tahu mengapa Lune menghubunginya saat ini.

"H-halo, L-Lune ... ada apa?" Tanya Charlotte terbata-bata.

"Apa kau terkejut sampai harus berkata terbata-bata seperti itu, Charlotte?" Lune balik bertanya.

"B-bukan seperti i-itu, Lune. Aku hanya terkejut saja menerima panggilan darimu saat sedang berdua dengan Yuri," jawab Charlotte berusaha menenangkan dirinya.

"Hmm ... benarkah seperti itu," balas Lune.

"Apa tidak ada hal lain yang seharusnya dapat kau katakan padaku, Charlotte?" Tanya Lune kembali.

Meskipun cukup lama mengenal Lune, sepertinya Charlotte tetap selalu siaga dan tidak menghilangkan kewaspadaannya terhadap lingkungan sekitarnya. Apa dikarenakan Lune meminta untuk menjadi diri sendiri meski tetap harus memperhatikan batasan-batasan yang telah diberitahukan sebelumnya membuat Charlotte lalai.

"Maaf, Lune. Saat ini Yuri masih berada di dekatku, jadi aku tidak bisa berbicara terlalu kuat," ucap Charlotte.

"Lalu," balas Lune singkat.

"Baiklah, mungkin kau menghubungiku dikarenakan atas pertanyaan yang aku berikan kepada Yuri, bukan begitu, Lune?" Tanya Charlotte.

"Kau cukup pintar seperti biasa, tapi dikarenakan kau terlalu santai dan sudah terbiasa berada dan ikut denganku cukup lama, mengapa kau sampai bertindak bodoh seperti itu," jelas Lune panjang lebar.

"Apa ada yang salah dengan pertanyaanku, Lune?" Tanya Charlotte.

"Tentu saja, itu adalah pertanyaan yang seharusnya tidak keluar dari mulutmu," jawab Lune dengan emosi.

Charlotte yang mengetahui nada bicara Lune yang mulai berubah berusaha untuk tidak mengucapkan perihal apapun yang akan membuat situasi semakin tidak terkendali. Charlotte hanya bisa diam untuk sesaat dan menunggu respon dari Lune.

"Huuhhh ... maaf, aku hanya tidak menyangka bahwa kau akan memikirkan pertanyaan seperti itu untuk kau tanyakan kepada Yuri," ucap Lune sembari mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Ahahahaha ... tidak apa-apa, aku saja yang terlalu banyak bicara yang tidak penting untuk dibicarakan. Di lain waktu, aku akan berusaha dan berhati-hati," balas Charlotte.

"Oh ... iya, darimana kau tahu aku bertanya so---" ucap Charlotte yang tidak dapat menyelesaikan pertanyaannya karena sambungan komunikasi langsung diputuskan sepihak oleh Lune.

"Kak Lune ... Kak Lune, tidak pernah berubah sama sekali, selalu membuat orang kesal tapi tidak bisa untuk berbuat lebih," gumam Charlotte.

Tidak berapa lama kemudian Charlotte kembali ke halte untuk menemani Yuri yang sedang menyalakan rokoknya dan berkata, "Maaf, Yuri."

"Fiiuhhhh ...." Kepulan asap rokok mengudara.

"Ahahaha ... tidak apa-apa. Apa ada sesuatu yang mendesak," ucap Yuri.

"Tidak ada yang penting, lebih baik kita menikmati waktu yang singkat ini berdua sebelum Lune datang dan mengganggu," ucap Charlotte yang tiba-tiba memeluk lengan tangan kiri Yuri.

"Ehhh ... ada apa dengannya?" Tanya Yuri kepada dirinya sendiri dalam hati.

"Hehehehehe ...." Tawa kecil Charlotte tidak perduli dengan rasa terkejut Yuri akan tindakannya yang tiba-tiba.

Tanpa memperdulikan rasa penasaran yang semakin bertambah, Yuri hanya ingin menikmati rokoknya untuk saat ini. Sementara, Charlotte masih asyik menyandarkan tubuhnya ke arah Yuri sembari masih tertawa kecil dan terkadang senyum sendiri tanpa ada alasan yang jelas.

******

******

Setelah meninggalkan Yuri dan Charlotte berdua di halte bus dan beberapa saat lalu menghubungi Charlotte untuk tidak berbuat yang membuat Yuri curiga, akhirnya Lune berhasil menemukan satu taksi yang sedang beristirahat tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa kau sedang tidak bertugas?" Tanya Lune yang telah berada di dekat supir taksi tersebut.

Supir taksi yang kebetulan sedang bersandar di kursi pengemudi dengan menutup mukanya dengan topi yang digunakan bukan sebagai pakaian resmi pengemudi taksi, Lune hanya bisa menunggu untuk mengetahui apakah supir taksi tersebut sedang tidur atau tidak agar bisa mencari taksi lain daripada harus menunggu supir taksi tersebut bangun.

"Ohh ... iya, Nona. Apa Anda ingin memesan pelayanan taksi saya," jawab supir taksi tersebut.

"Maaf mengganggu istirahatnya, kalau tidak bisa aku bisa mencari taksi lain," ucap Lune yang hendak melangkahkan kakinya untuk segera pergi dan mencari taksi lain.

Tidak disangka, langkah kaki Lune yang baru saja diambil terhenti oleh sebuah ucapan supir taksi tersebut dan membuat bibir Lune tersenyum kecil. Tanpa membuang-buang waktu dan pintu penumpang telah dibuka, Lune segera menaiki taksi tersebut.

"Aku tidak menyangka pekerjaan kalian sungguh profesional, mari kita pergi untuk menjemput dua orang lagi di halte bus di sana," ucap Lune.

"Baik, Nona Lune," balas supir taksi tersebut.

Jangan lupa untuk rate dan power stonenya agar cerita ini terus berkembang. Terima Kasih.

Redi_Indra_Yudhacreators' thoughts