webnovel

Meet

RivailleEren / RiRen

.

.

.

Bruggh

Suara bedebum terdengar menggema di sebuah rumah. Seseorang pertama kali memasukinya setelah 2 tahun tidak dihuni.

Hatchi...

Suara orang bersin yang terdengar saat sebuah debu menerpa hidung seseorang itu.

"Kotor sekali." Ucapnya lalu berjalan menuju kamarnya dengan menyeret kopernya.

"Sudah berapa lama rumah ini tidak dihuni? Padahal pemandangan arsitektur di luar sangat indah, apalagi yang di dalamnya. Pasti lebih indah jika ini semua bersih." Ucapnya lagi saat matanya tak berhenti menelisik seluruh sudut pandang rumah itu seraya menaiki tangga lantai dua.

Satu jam telah berlalu, tapi semua pekerjaan bersih-bersih belum selesai. Tinggal memindahkan barang-barang tidak terpakai ke dalam gudang di halaman belakang.

Selama 35 menit mondar-mandir dari rumah ke halaman belakang. Kaki Eren Jeager tak sengaja tertimpuk sesuatu dari atas tumpukan kursi bekas. Eren menunduk mencoba melihat apa yang baru saja mengenai kakinya.

'Buku' pikir Eren lalu mengambilnya.

Eren membolak-balik sampul yang terlihat kasar dari luar tapi halus saat disentuh tangan.

Tangannya mengusap sampul depan yang telah tertutupi debu. Meniupnya beberapa kali dan membuatnya bersin lebih dari satu kali.

Meaning of colours

Tangannya kembali berulah membuka tiap lembaran buku yang telah usang, membaca setiap kata yang tertulis dengan tangan seseorang yang pastinya mempunyai jiwa seni tinggi. Eren tahu kalau buku ini berisi definisi warna berdasarkan kepribadian seseorang. Eren kemudian keluar dengan tetap membawa buku tua itu ikut bersamanya. Eren masih penasaran, yang Eren tahu warna hanya terdiri dari beberapa tapi kenapa buku ini sangat tebal hingga mencapai 111 halaman.

Sampai di halaman sepuluh Eren tak lagi menemukan tulisan, coretan atau bahkan goresan kecilpun tak ada. Eren terus saja membukanya hingga hampir diakhir lembaran tiba-tiba Eren menjerit kecil dan tanpa sengaja menjatuhkan buku yang tadi dipegangnya. Jari telunjuknya tergores entah apa yang ada dibuku itu, membuatnya mengeluarkan darah dan setetes jatuh di lembaran kosong buku di bawah kakinya yang masih terbuka.

Tanpa Eren sadari darah itu memudar meresap di lembaran buku itu dan hanya beberapa detik warna buku itu kembali seperti semula tanpa ada noda darah Eren tadi.

Setelah melumat jarinya yang berdarah, Eren kembali mengambil buku itu lalu keluar dari gudang tersebut.

Setelah meletakkan buku itu dimeja dekat ranjangnya Eren berlalu keluar dari kamarnya untuk membersihkan badannya yang sudah terasa lengket.

Di atas meja buku usang tadi tiba-tiba bergerak kemudian terbuka dengan kasar dan berhenti dihalaman 101.

Halaman yang semula bersih tanpa ada goresan kini terbentuk goresan garis melengkung dengan tidak beraturan menyebar membentuk lingkaran merah ditengah buku. Beberapa detik setelahnya sebuah cahaya hitam keluar dari lingkaran merah itu. Cahaya hitam itu bergelung membentuk sosok hitam didalamnya.

'Eren Jeager.' suara berat itu terdengar dari sosok itu kemudian menghilang bersamaan kembali tertutupnya buku usang itu saat suara pintu kamar terbuka.

"Akhirnya selesai juga." Ucap Eren lalu berjalan menuju jendela besar yang ada di kamarnya.

...

Eren sedang bermain bersama kedua orangtuanya di padang rumput yang hijau dan cuaca yang sangat cerah.

Senyum bahagia terpatri di wajahnya, senyum yang telah lama hilang kini kembali.

Tiba-tiba semua kebahagian ini, senyuman kedua orangtua Eren menghilang digantikan padang pasir yang tandus dengan gumpalan awan hitam dilangit. Suara melengking keras keluar dari segerombolan burung gagak  yang muncul entah dari mana. Berputar-putar di atas kepala Eren yang kini ketakutan.

"Tousan... Okasan... Kalian dimana??...." teriak Eren dengan memandang sekeliling dengan rasa takut.

"E..eeren ta-kut." suara lirih itu terdengar dengan pecahnya tangisan Eren. Eren merosot terduduk disana. Di hamparan pasir tanpa ada seorangpun.

Untuk beberapa menit Eren meringkuk ketakutan dengan badan yang bergetar, akhirnya Eren mencoba mendongak melihat sekeliling untuk kedua kalinya. Berharap semua ini hanya mimpi buruknya.

Bukannya mendapati kedua orangtuanya, wajah seseorang, dihadapannya dengan mata tajam kelabu yang memandangnya membuat Eren terperanjat kaget. Dan semakin membuat Eren ketakutan karenanya.

"Eren Jeager."

Suara itu keluar bagai panggilan kematian untuk Eren. Tangan sosok itu terulur memegang bahu Eren dan seketika itu membuat Eren tersentak bangun dari tidur malamnya.

Napasnya tersengal dengan keringat dingin sudah membasahi baju piyama atasnya. Kepala Eren menoleh ke arah meja nakas samping kirinya.

Pukul 03.00 am

Matanya kini menerawang ke depan. Mencoba mengingat mimpinya tadi.

"Siapa dia?" tanyanya pada diri sendiri.

..

Hari ini tanggal 7 April tepat dimana kedua orangtuanya meninggalkan Eren untuk selamanya.

Di bawah terik matahari dengan langit yang begitu cerah, disana di tempat pemakaman umum Eren Jeager dengan setelan hitamnya berada. Duduk didepan nisan kedua orangtuanya.

Dengan telaten Eren membersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar kedua nisan itu. Lalu menaruh bunga krisan dimasing-masing nisan.

"Tousan... Okasan... Senang bertemu kalian kembali." ucap Eren dengan tersenyum getir.

Tbc

Ps:

Warna yang tertera disini adalah hitam, merah dan putih.