webnovel

Inggrid Shit List

Warning!!! Rate M untuk adegan dewasa dan kata-kata kasar. Volume 1-2 Jika membuat Inggrid jatuh cinta sama artinya dengan kemenangan terbesar dalam hidupnya. It's okay, Mika akan membuat wanita tidak peka itu jatuh cinta padanya dan setelah itu CAMPAKKAN! Volume 3-4 Pengalaman ditolak oleh cinta pertama membuat Hellen trauma untuk jatuh cinta dan pekerjaannya sebagai editor membuatnya semakin sibuk untuk sekedar keluar minum kopi dengan lawa jenisnya. Tapi siapa sangka jika keputusannya untuk pergi ke pesta ulang tahun teman kantor membuatnya bertemu dengan seorang dokter mesum bernama Arka Bagaskara! "Kau mau minum apa?" "Susu kalau boleh?" "Baiklah," "Dari sumbernya langsung?" Ya, ketidak beruntungan Hellen karena dia harus terperangkap dengan sosok dokter mesum tapi tampan.

Yuni_Saussay · Urban
Not enough ratings
206 Chs

20. Burning in the Midnight

WARNING!!! Part ini mendung unsur 21+ untuk yang dibawah umur mohon lebih bijak.

....

Cklek!

Mika terkesiap saat mendengar pintu balkonnya dibuka seseorang. Dari atas ranjangnya, dia melihat siluet seorang wanita berdiri di ambang pintu. Saat siluet wanita itu mulai melangkah, saat itu juga kinerja jantung Mika dipompa dengan tidak wajar.

"Inggrid, kau kah itu?" tanyanya, pencahayaan kamar yang redup membuat Mika tidak bisa mengenali si penyusup, ia hanya berharap kalau sosok itu bukanlah gadis SMA genit di ujung blok. Demi Tuhan, gadis itu sudah seperti penyakit di matanya. "Inggrid?" Mika kembali mengulang pertanyaannya dan perasaannya semakin tidak karuan saat sosok itu tidak memberikan jawaban.

"Inggrid jangan main-main!" Mika tercekat saat wanita itu sudah berdiri di ujung ranjang dan kemudian merangkan naik. Mika pernah melihat adegan seperti ini di film erotis yang ditontonnya.

"Ing—" Mika tercekat, sekarang dia sudah duduk di atas pangkuannya, tepat di atas ularnya yang tertidur, posisi ini benar-benar sangat berbahaya. Bagaimana kalau—

Wanita itu membekap mulut Mika, "Sssst... kau bisa membangunkan seluruh orang di rumah ini." bisiknya dengan suara serak.

—ular peliharaan dibalik celananya bangun?

Mika mendesah, antara merasa lega dan juga tersiksa. Lega karena yang menyusup ke kamarnya adalah Inggrid, ia tidak bisa membayangkan akan seperti apa jadinya kalau yang menyusup dan duduk di pangkuannya adalah Rena, mungkin sekarang dia sudah diterkam oleh gadis genit itu.

Dan ... Mika merasa tersiksa karena hasrat lelakinya yang mulai terpancing. "Apa yang kau lakukan di kamarku?" Ia bertanya seraya menyingkap rambut panjang Inggrid ke belakang, menyelipkan helaian panjang itu dibalik daun telinga.

"Hmm ... memang kau pikir kenapa aku datang ke sini?" Mika memejamkan mata, suara serak Inggrid terdengar begitu seksi ditelinganya. "Tentu saja karena aku ingin menemuimu."

Sedetik lalu perasaan Mika hampir membumbung tinggi, namun saat ia mencium bau alkohol yang menguar dari mulut wanita ini, Mika mendesah kecewa. Ia kira malam ini akan menjadi malam kemenangannya. "Kau mabuk."

Inggrid menggeleng, terdengar kikikan lembut dari mulutnya. "Aku tidak mabuk, lagipula bagaimana orang suci sepertimu tahu aku mabuk atau tidak sedangkan kau tidak pernah-"

Dalam satu kali sentakkan kini posisi mereka berbalik, saat ini tubuh Inggrid yang berada di bawah, kedua tangan wanita itu sudah diamankan pada masing-masing sisi kepala.

Mika membungkam mulut Inggrid, ia memasukkan lidahnya ke dalam dan mengeksplorasi rasa wine yang masih tersisa di mulut wanita itu, "Kau minum red blend berapa botol?"

"Wooo ... kau tahu apa yang kuminum?" decak Inggrid, ia cukup kagum dengan tebakannya yang sangat tepat. "Aku kira orang sepertimu tidak mungkin tahu tentang minuman branded."

Mika mengernyitkan dahinya, "Orang sepertiku?Kau tidak boleh meremahkan seseorang hanya karena kau tidak pernah melihatnya main di kelab."

Mika terdiam, tatapannya mengunci tatapan Inggrid, napasnya terasa sesak bersamaan dengan desiran yang begitu meningkat. Saat merasakan jemari lentik yang merangkum wajahnya dan memberikan belaian lembut di sana, Mika memejam seketika, meresapi rasa hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya.

"Kenapa kau begitu membenciku, Mika?" bisik Inggrid dan seketika itu Mika membuka kelopaknya.

"Inggrid, aku-" untuk yang kedua kalinya mulut Mika dibungkam oleh telapak tangan Inggrid.

"Ssst... aku mengerti. Tidak ada orang sepertimu yang mau berteman dengan pembuat onar. Duniamu yang sempurna akan runtuh jika berteman dengan orang seperti kami." ucap Inggrid.

Mika menghela napas, entah meg.napa dadanya merasa sesak. "Aku-" ucapan Mika kembali teredam, kali ini bukan dengan telapak tangan Inggrid namun dengan bibir ranumnya.

"Tidakkah kau pernah melihatku sebagai seorang wanita? Bukan sebagai objek pemuas egomu yang setinggi langit itu?" ucap Inggrid setelah melepaskan pagutannya namun tidak membuat jarak yang berarti. "Aku menyukaimu, sudah sejak lama."

Mika tidak bereaksi, pikirannya mendadak kosong. Bahkan saat bibirnya kembali dikecup lembut pun ia tidak bereaksi, ia merasa- oh, Tuhan, inilah yang ia tunggu-tunggu.

Ciuman ini berbeda dengan beberapa ciuman sebelumnya. Ini terasa pas, terasa begitu benar, terasa membakar dan juga memabukkan dalam satu waktu. Mika mengerang saat lidahnya dihisap kuat oleh Inggrid.

"Oh, Tuhan ..." desis Mika saat Inggrid beralih mengecup lehernya, menghisap nadi kehidupan di sana dengan lembut. "Shit, Inggrid!" ia mengumpat saat tubuh Inggrid yang duduk di atas pangkuannya tidak bisa diam, mengusik ular berbisa miliknya yang semula sedang tertidur kini mulai menunjukkan eksistensinya.

"Apa, Mika?"

"Kau harus berhenti!" Mika meneguk ludah sebelum mencengkeram pinggul Inggrid agar gerakan konstan itu berhenti.

"Kau tidak suka?" wanita itu bertanya, gerakan pinggulnya memang sudah berhenti, namun itu bukan sebuah akhir.

Inggrid menurunkan kepalanya, bibirnya memberikan kecupan-kecupan ringan pada kulit terbuka Mika. "Ahhh ... " Pria itu mengerang saat lidah dan mulut panas Inggrid menghisap kuat putingnya. Tidak hanya di sana, kini lidah hangat itu merambah semakin ke bawah, Mika panik bukan main.

Tidak mau membuat kesalahan fatal, Mika segera bangkit dari posisi rebahnya. Dirinya butuh pengalihan, apapun asalkan dapat membuat kegilaan ini selesai, agar otaknya bisa berpikir rasional.

"Kau mabuk dan aku tidak mau membuatmu menyesal." desis Mika, ia mencoba membuat sang tetangga sadar dari euphoria nikmat yang menyesatkan ini. "Pulanglah!" titahnya sebelum melenggang pergi ke kamar mandi.

Craaaasss!!!

Air dingin yang menyembur dari shower membuat tubuh Mika berjengit antara tersiksa dan lega secara bersamaan.

Kejantanannya sudah sangat keras, mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk membuatnya tertidur kembali. Mengambil sabun, ia kemudian melumuri bagian alat vitalnya dengan busa kemudian menggerakkan tangannya di atas sana perlahan. "Aaah ... " Mika mengerang panjang, gerakan tangannya menjadi lebih cepat.

"Fuck!" umpatnya keras, ada jemari lain di atas alat vitalnya, bergerak beriringan dengan jemarinya.

Sejak kapan Inggrid masuk? Apa karena suara gemericik air sampai ia tidak menyadari langkah wanita ini?

Kedua lengan Inggrid melingkari pinggangnya dari belakang, "Kau tidak bisa memuaskan dirimu sendiri, kau butuh seseorang untuk membantumu." ucapnya dari balik bahu.

Mika menumpukan kedua tangannya pada dinding kaca, menyerahkan aktifitas tersebut pada wanita di belakangnya. Napas Mika tersenggal, gerakan tangan Inggrid yang begitu konstan membuat sebuah erangan kembali lolos. "Oh, ya, lebih cepat."

Ini terdengar menjijikan, tidak seharusnya seorang pria memohon untuk dipuaskan oleh wanita. Tapi persetan! Siapa yang akan peduli, tidak akan ada seorang pun yang bisa menolak kenikmatan dunia.

"Sedikit lagi, lebih cepat."

Inggrid terkekeh di balik punggungnya, "Seperti ini?" ia menggumam, kedua tangannya meremas lembut milik Mika sebelum menggerakkannya dengan cukup brutal.

Mika merasakan lututnya mulai lemas, ia bahwa merakan tubuhnya yang gemetar karena gelombang napsu, "Ah, ya ... oh, tidak, aku— Arrrgh!"