webnovel

Indescriptible

Venusya Geova Kyle- Gadis dengan paras yang menawan yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya jatuh hati padanya. Sikapnya yang dingin namun hatinya yang hangat bak bidadari itulah hal yang unik dan antik dari dirinya. Namun demikian tidak berarti semua laki-laki terpikat olehnya. Aldrich Alexander Supernova- satu-satunya laki-laki yang tak tertarik dengan semua hal unik dan antik yang mengenai gadis itu. Sikapnya yang dingin namun berhati peduli. Niat yang sangat kukuh dari seorang Venusya Geova Kyle untuk mendapatkan hati seorang Aldrich Alexander Supernova mungkin akan terlihat fana bagi siapa saja yang melihatnya. Apakah niat dari seorang gadis dingin yang bersikukuh untuk mendapatkan hati seorang Aldrich akan menjadi sebuah kenyataan?

whysrch · Teen
Not enough ratings
52 Chs

fourteen•Waktu luang

Venus memanglah sangat identik dengan apapun hal yang berkaitan dengan Korea. Ia sangat suka berbagai Drakor dan K-Pop. Hampir sudah semua Drakor ia tonton. Dan hampir semua konser grup Korea Venus sudah tonton. Dirinya memanglah bisa dibilang Korea fanatik.

"Ven nonton apa sih? Drakor ya pasti?" Tebak Mars yang sudah sangat hafal.

"Penting banget ya buat tahu." Judes Venus.

"Udah lah Ven, kakak minta maaf ya. Hari Minggu nanti kakak traktir deh, bebas." Bujuk Mars.

"Traktir kemana," tanya Venus yang masih melihat layar laptopnya.

"Terserah Venus," balasnya.

"Ok, Venus maafin. Udah sana pergi! Venus mau nonton Drakor dulu." Usirnya pada Mars.

"Kalo ngusir lihat-lihat dulu kali," sinis Mars yang melihat Venus tertawa sendiri menonton Drakor.

Seketika Venus menengok ke arah Mars yang tengah memandang dirinya." Udah di lihat kan. Udah sana pergi!" Usirnya kembali.

"Kata semua orang dia pinter. Tapi kok kadang-kadang dia agak sedikit bodoh ya." Mars berbicara sendiri seperti orang mencari kebenaran.

Mars menutup knop pintu kamar Venus. Ia keluar dari kamar adik satunya itu dan menuju ke dalam kamarnya. Tak beda jauh dengan Venus, Mars menonton Marvel kesukaannya. Ia membuka laptopnya dan segera mengotak-atik laptopnya menuju dimana film Marvel berada.

"Nah, ini dia." Mars memencet tombol mulai.

Seketika layarnya dipenuhi oleh wajah-wajah karakter film tersebut. Ia teriak-teriak histeris ketika pemain favoritnya muncul di dalam film berikut. Dia tak sadar jika suaranya itu terdengar sampai kamar Venus dan mamanya. Tanpa ia sadari sudah ada 2 orang perempuan yang berada di pintu kamarnya.

"BERISIKKKK!!!" Teriak mereka bersama.

"Mama? Venus? Kalian ngapain disitu? Mau nonton bareng sama Mars ya. Sini-sini." Mars bergeser sedikit ke arah kanan dan menyuruh kedua perempuan itu duduk bersama dirinya.

"Heh kak, bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak. Suaranya itu sampai ke kamar Venus tau nggak." Sentaknya. "Bisa nggak sih kalau nonton itu tenang, diem, nggak usah teriak-teriak?" Tambahnya.

"Iya Mars. Suara kamu tuh sampai kamar mamah tau nggak. Sampai kaget Mama dengernya tadi." Hera mengelus dadanya.

"Iya ya? Tapi kok Mars nggak ngerasa ya?" Tanpa rasa bersalah, Mars malah bertanya pada dirinya sendiri.

"Astaghfirullah bapak Marshen Nasution. Kan Anda yang berteriak-teriak sendiri, kenapa bapak bertanya pada diri sendiri. Kenapa nggak sekalian bertanya pada rumput yang bergoyang aja." Kesal Venus namun tetap tenang.

"Udah-udah nggak usah berantem. Ayo Ven kamu pergi ke kamar. Udah malam. Dan kamu Mars, jangan teriak-teriak di kamar. Mama kaget tau nggak." Hera menutup kamar Mars dengan pelan.

Mereka berdua menuju ke arah yang berbeda. Hera ke arah bawah dan menuruni anak tangga yang cukup banyak. Sedangkan Venus, ia pergi ke arah kanan jarak 3 ruang dengan Mars. Ia berjalan sembari menggerutu tak habis-habis. Ia menutup pintu kamarnya dengan kasar.

Venus kembali melanjutkan untuk menonton Drakor di kamarnya. Berbeda dengan Mars yang akan teriak histeris jika pemain yang ia suka keluar, Venus diam dan biasa saja ketika pemain yang ia suka keluar.

Tiba-tiba tak terasa, air mata keluar begitu ada adegan sedih yang ada dalam film itu. Ia menangis kecil tanpa ada suara sesenggukan. Setelah sadar bahwa ia menangis, dengan cepat ia mengelap matanya itu dengan selimut yang ada di sebelah kanannya.

"Kok sedih ya," ucapnya sendiri.

"Lagian robot Nam Shin kenapa harus ditembak sih. Argh..... Jahat deh. Kan kasihan kang Soo bong harus nangis menerima kepergian si robot." Venus tiba-tiba marah tak karuan.

"Tuh orang jahat pasti ada karmanya." Venus menyumpah dan menunjuk orang itu.

Memang saat ini Venus tengah menonton Drakor yang berjudul 'Are you human too'. Kesekian Drakor yang ia tonton. Venus memang mempunyai banyak stok drama. Sudah hampir semua drama ia tonton. Tak hanya drama Korea saja, tetapi terkadang dia juga menonton drama China. Drama China yang sudah ia tonton seperti my girlfriend is Alien, put your on my shoulder dan masih banyak lagi.

Jika ada gelar ratu drama, maka Venus lah pemenangnya. Dengan beraneka macam drama yang ada, Venus sudah hampir menonton semua drama yang ia punya. Namun, Venus juga tak pernah lupa akan tugasnya sebagai pelajar. Ia hanya menonton drama itu ketika memang hari Sabtu atau ada waktu senggang yang waktu itu tidak ada tugas sama sekali.

Venus tertidur pulas di meja belajarnya setelah hampir 4 jam menonton Drakor. Dengan posisi duduk dan tangan digunakan sebabgai alas kepala, Venus tertidur dengan wajah yang sangat natural.

**********

"Ven, bangun nak! Udah pagi. Ayo sarapan." Hera sang mama memanggil Venus dari lantai bawah.

"Mah Venus kok belum kesini?" Mars bertanya karena belum melihat batang tubuh Venus.

"Tadi Mama udah panggil Mars. Coba kamu lihat adek kamu!" Suruh Hera.

"Yaudah mah, Mars ke atas dulu ya." Mars segera menaiki anak tangga menuju kamar Venus.

Ia membuka knop pintu kamar Venus. Ia tersenyum manis melihat sang adik tertidur pulas di meja belajarnya yang dipenuhi oleh tempelan-tempelan catatan. Ia menghampirinya sang adik dan mengelus lembut rambut adiknya itu.

"Kak Mars! Kok kakak disini?" Venus bertanya sembari masih mengumpulkan nyawanya.

"Iya. Tadinya kakak udah dibawah sama Mama mau makan. Tapi kakak nggak lihat kamu disitu, jadinya kakak kesini," ucapnya.

Venus tersenyum lebar mendengar ucapan kakanya itu." Yaudah kalau gitu kakak turun dulu aja. Venus mau siap-siap dulu, nanti Venus nyusul ke bawah." Pinta Venus tak luput dengan senyum indah sari bibirnya.

"Yaudah kalau gitu kakak turun dulu ya. Jangan lama-lama." Mars membalikkan badan dan keluar dan kamar Venus lalu turun menyusuri anak tangga menuju ruang makan.

Setelah bangun dari alam mimpinya berkat sang kakak, Venus segera mengambil handuk dan mandi lalu bersiap seperti biasanya. Setelah ia rasa ia sudah siap, Venus segera mengambil tasnya dan turun untuk menuju ruang makan. Ia menemui disana sudah ada kakaknya dan mamanya yang mungkin sudah lama menunggu dirinya.

"Kamu udah siap sayang," ucap hera menyiapkan makanan.

"Iya mah. Maaf ya mah, Venus lama." Seru Venus membenarkan posisi duduknya.

"Ven nanti barang kakak aja berangkatnya. Kakak soalnya lagi ada urusan sama temen kakak, dan jalurnya satu arah sama sekolah kamu." Tawar Mars yang masih mengoleskan selai ke rotinya.

"Yaudah kalau gitu nggak apa-apa. Lagian juga satu arah kan jadi sekalian aja," ucapnya.

"Kalau gitu nanti kak Mars sekalian aja jemput Venus ya!" Pinta Venus kembali.

"Ok bos siap." Setuju Mars dengan satu tangan membentuk seperti hormat bendera.