webnovel

ICE BOY Lola

Pangeran es itu nyata, dan aku tertantang untuk mendekatinya. Walaupun harus menghadapi seribu kepribadian yang dia miliki. - Lola Amaria. Penasaran siapa pangeran es itu? langsung baca aja yuk. Cover : Pinterest ( Picture ).

Caa_Jie · Teen
Not enough ratings
2 Chs

2 | Modus Kebetulan Razan.

Sesampainya di depan rumah Lola, Razan tidak merasakan pergerakan Lola. Dia sedikit kaget dan langsung membuka jas hujan yang mereka pakai dan menengok sedikit ke arah belakang.

Dibalik jas hujannya, gadis cantik tertidur dengan posisi sangat imut, memegang tas yang dipakai Razan dengan erat sebagai pegangan.

"Pantes saja diem." Ucap Razan, kemudian melepaskan tas yang ia gendong dengan hati-hati, agar tidak membangunkan Lola, dia berniat menggendong nya kedalam, tapi Razan harus minta izin dulu ke Langit dengan mengirim pesan tanpa menunggu balasan.

Perlahan diangkatnya tubuh Lola, hujan mulai reda tapi masih sempat membuat baju mereka basah.

"Lo, ngapain adik gue anjir" Tanya Mas Langit melihat keadaan baju mereka yang basah dan Lola berada dipangkuan Razan dalam keadaan tidak sadar.

"Santay dong bro, gue juga udah izin masuk tadi sama ibu lo karena di luar juga hujan." Razan takut Langit salah paham dengannya.

"Kamu ya, bukannya jemput adek kamu malah nyuruh orang lain buat jemput." Ibu Dyas tiba-tiba datang dengan handuk ditangannya dan menyerahkan nya ke Razan, Lola masih saja tertidur setelah dipindahkan ke kursi yang berada di ruang tamu. "Nyaman." Gumam Lola.

"Maaf bu tadi ada urusan, dan kebetulan teman ku yang baik ini sedang free time jadi aku suruh dia buat jemput adik tersayang ku dulu." Mas Langit menggetok kepala Lola yang membuat sang pemilik kepala terbangun dan meringis kesakitan.

"Apa sih Mas, ganggu aja orang lagi tidur mimpi juga belom kelar." Nyawa Lola baru saja terkumpul yang membuat Lola sadar dengan Razan yang menatapnya, dengan senyuman yang selalu di tahan. "Kaya nahan berak aja, senyum mah senyum ke." Monolog Lola geli melihatnya.

"Eh ka Razan makasih ya." Ucap Lola dan berlalu ke kamarnya untuk melanjutkan tidur.

"Selamat tidur kembali Lola." Ucap Razan gugup dan melihat kearah Langit seperti meminta persetujuan untuk mendekati adik tersayang nya.

"Gak, Lo gak boleh deketin adik gue." Langit langsung mengerti arti tatapan Razan kepadanya.

"Yaudah, gue berusaha sendiri aja." Ucap Razan dengan semangat.

"Eh ngapain tadi lo marah-marah anjir, gue takut di gebukin bokap lo." Tanya Razan butuh penjelasan.

"Gue akting aja di depan Lola, takut dia pura-pura tidur." Mas Langit melihatkan box smilenya kepada Razan, yang ditatap jijik olehnya.

"Jijik gue liatnya, mending liat senyum Adek lo yang imut." Razan membayangkan Lola saat mengunyah serabi tadi yang berkesan imut dengan pipi blusing, yang masih melekat di ingatannya.

"Gue jadi nyesel nyuruh Lo jemput Adek gue."

"Hahaha, makasih calon Adek ipar."

---

Tiap pagi Lola selalu mendapat teriakan dari Mas Langit karena dia membangunkannya terlalu pagi entah terlalu rajin atau memang itu cara untuk dekat dengan Adiknya, dan selalu ada hal aneh yang bisa di lakukan olehnya.

"Mas, 5 menit lagi janji ngumpulin nyawa dulu."

Permohonan Lola tidak didengar, ia langsung menggendong Lola dan membawanya ke dalam kamar mandi, tapi yang Lola lakukan tertidur kembali di lantai kamar mandi dan meringkuk seperti bayi dan benar-benar bangun saat Mas Langit mengguyur nya dengan satu ember air.

"Aku mager Mas, mandiin sekalian." Ucap Lola pasrah dengan muka bantalnya, yang makin meringkukan badannya lagi dengan melilit kaki Abangnya.

"Yak... mending kalo kamu masih TK gue mandiin, buruan sebelum gue khilaf, atau gue panggil ibu sekarang."

" Iya Mas, aku mandi gausah panggil ibu." Lola menurutinya kali ini, dan mendorong Mas Langit keluar.

"Astagfirullah emang Abang gak ada akhlak, ini kan masih jam 5." Lola tidak sadar dan baru melirik jam dinding kamarnya, dia sudah rapi hanya tinggal sarapan dan berangkat.

"Mandi pagi kan bagus untuk kesehatan." Ucap Mas Langit santay didepan tv yang memperlihatkan kartun Spongebob.

Kejailannya membuat Lola sadar dan tersenyum, menghadapi Abang yang perhatian walaupun berlebihan dengan caranya, dan Lola melanjutkan tidurnya kembali di samping Mas Langit sambil menunggu ibu menyiapkan sarapan.

Seperti biasa Mas Langit mengantar Lola sampai depan gerbang sekolah, yang sudah ada Nanza yang sedang berdiri dan menatap ke arah Lola.

"Lola, ko bukan cowok yang kemarin sih." Nanza cemberut, karena sudah menunggu lama di gerbang, agar bisa melihat Razan mengantar temannya.

"Mas Langit, juga gak kalah ganteng ko haha." Canda Lola yang meninggalkan Nanza yang masih kesal.

"Ayo, siap-siap buat sosialisasi entar kalo Ka Razan kebetulan jemput lagi, aku janji mintain nomornya deh." Keceriaan Nanza kembali 100%, yang langsung mengejar Lola dan memeluknya dari belakang dengan erat.

"Dasar, orang kasmaran udah kaya orang gila." Ucap Lola yang tidak percaya dengan tingkah temannya ini.

"Makasih, Lola."

---

Setelah sampai di SMP Pribumi, kebetulan juga ada yang sedang sosialisasi dari SMA Angkasa 1, mereka menjelaskan tentang sekolahnya dengan begitu rinci, salah satu dari mereka membuat Lola tidak fokus melihat laki-laki yang menatap lurus dan beberapa kali mengedipkan matanya terlihat bosan mendengarkan penjelasan temannya. Wajahnya begitu dingin tanpa senyuman tidak seperti yang lain.

"Wajahnya ko mood banget dilihat." Monolog Lola, sambil berpikir aneh tentang dirinya yang mudah tertarik dengan laki-laki yang baru ia temui.

Yang dilihat Lola adalah Kala Brian ia anak kepala sekolah SMA Angkasa 1, yang dikenal memiliki banyak kepribadian, bisa dingin ataupun humble tergantung siapa lawan bicaranya. Kebetulan ia sedang melihatkan sifat dinginnya, yang membuat Lola tertarik dengan Kala.

Alasan Kala ikut sosialisasi karena ayahnya yang memaksa dirinya, dari penelitian murid SMP lebih suka senior yang cool dan vibesnya berdamage banget contohnya seperti Kala yang menarik siswa perempuan agar bersekolah di SMA Angkasa 1, sungguh S3 Marketing yang patut diacungi jempol kaki, padahal SMA Angkasa 1 & 2, masih satu pemilik cuma yang membedakan peminatnya dan persaingan selalu dimulai saat sosialisasi.

Lola begitu gugup karena giliran sekolah nya sebenarnya lagi, Pak Damu yang mengantar Lola, Nanza, Arsa dan Raka memberikan arahan dulu agar sosialisasi berjalan lancar. Lola tiba-tiba merasakan kram diperutnya, dan ia sudah menduga tamu bulanannya datang di saat yang tidak tepat. Ia berusaha menutupi rasa sakitnya dengan meremas baju seragamnya dengan kuat.

Kala Brian berpapasan dengan Lola, ia juga tidak sengaja melihat tangan gadis itu memegang perutnya yang terlihat tidak nyaman. Kala mengamatinya sebentar, ia baru menyadari rok belakang Lola ada darah dan belum ada yang menyadarinya, karena Lola berdiri dan menghadap ke murid SMP yang masih setia untuk mendengarkan sosialisasi ke 2.

Kala mengambil hoodie miliknya, yang ia titipkan kepada Gama yang sudah meninggalkannya dari tadi. Setelah mengambil hoodie kuning miliknya ia memasuki aula lagi, menuju Lola yang sudah tidak memegang perutnya dan berusaha tenang.

Kala mendekat dan mengikatkan hoodienya ke rok belakang Lola dari arah belakang.

"Lain kali kalo lagi datang bulan pake pembalut ya kak." Ucap Kala tepat disamping telinga Lola yang kaget dengan laki-laki yang berusaha menutupi roknya.

"Aku reflek melihat ke samping, dan ada laki-laki yang sempat menganggu fokus ku tadi, saat dia melihatku lalu tersenyum dan aku membalasnya." Monolog Lola, sungguh Lola merasakan sedikit surga disana, dimatanya.

"Ya Allah, makasih banget dan maaf aku tidak menyadarinya." Wajah Lola malah blusing karena jarak Kala yang masih begitu dekat.

"Pake dulu hoodie ku, jangan pikirkan untuk mengembalikannya." Kemudian Kala pergi dan berpamitan kepada guru yang ada di aula dengan sopan.

Seketika Lola menjadi fokus semua orang yang ada di aula, semua murid SMP tersenyum melihat sedikit drama yang tidak disengaja.

"La, kamu datang bulan aku beliin dulu pembalut ya?" Tanya Arsa sedikit jealous.

"Gak usah, ini udah ketutup ko emang kamu gak malu, kamu kan cowok." Tanya Lola tidak yakin.

"Hanya ingin membuat kamu nyaman dan maaf aku tidak begitu peka dengan keadaan mu tadi"

"Makasih, aku merasa dikelilingi laki-laki baik saat ini."

---

Selesai sosialisasi Lola dan yang lain kembali ke sekolah, briefing sebentar dan langsung pulang, karena Nanza ada urusan ia tidak bisa menemani Lola sampai ada yang jemput.

Lola masih menunggu Mas Langit untuk menjemputnya, dan dugaannya benar malah Razan yang menjemputnya.

"Kalo udah sampe di rumah, aku mau ajak perang Mas Langit yang begitu mager buat jemput Adek nya sendiri." Monolog Lola yang sudah menyusun rencana.

"Eh Ka Razan, emang nya gak kuliah? ko bukan Mas Langit yang jemput." Tanya Lola basa-basi karena merasa tidak enak dengan Razan menjemputnya yang kedua kali.

"Santay aja Dek, kebetulan aku memang lagi free, dan mau ajak kamu makan serabi lagi."

"Tapi aku mau langsung pulang ka maaf, perut ku kram dari tadi." Jawab Lola beralasan.

"Aku antar ke rumah sakit aja ya." Razan begitu khawatir dengan Lola.

"Haha, ini cuma sakit datang bulan nanti juga sembuh sendiri."

"Yaudah, aku langsung antar pulang." Razan langsung menghidupkan motornya dan mengendarainya dengan pelan

"Semoga cepat membaik ya, dan salam buat Langit."

Setelah Razan pergi ia benar-benar menyesalinya, karena lupa tidak meminta nomor handphone nya, dan ia sudah janji kepada Nanza. "Ini pasti lebih seram, dari pada ditagih uang kas olehnya." Monolog Lola membayangkan reaksi Nanza. "Wah, wah orang-orang juga begitu baik hari ini, apa aku harus sedikit jahat, bisikan syetan juga suka datang tiba-tiba." Monolog Lola lagi, berdiskusi dengan pikirannya sendiri.