webnovel

ICE BOY Lola

Pangeran es itu nyata, dan aku tertantang untuk mendekatinya. Walaupun harus menghadapi seribu kepribadian yang dia miliki. - Lola Amaria. Penasaran siapa pangeran es itu? langsung baca aja yuk. Cover : Pinterest ( Picture ).

Caa_Jie · Teen
Not enough ratings
2 Chs

1 | Awal Yang Malas.

Hari yang malas untuk berangkat sekolah, Lola tantang dengan tidur kembali, menarik selimut lagi yang langsung dapat teriakan dari Mas Langit, Abang cowok satu-satunya yang super nyebelin dan sumber dari semua masalah hidup Lola.

Motor astrea berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang begitu sepi, hanya ada satpam penjaga yang sigap membuka gerbang. Pertama kali sekolah dianter sama cowok petakilan dan kelakuannya menurun kepada Adiknya, Mas Langit terus saja mengoceh sepanjang jalan tanpa henti, membicarakan omlet telur yang tiap hari dibuatin ibu sampai segelas susu yang tidak sempat ia minum karena lupa.

"Dek, sekolah mu kaya kuburan sepi banget." Mas Langit melihat suasana sekolah yang sepi tidak seperti sekolah pada umumnya, yang tiap pagi rame dengan terikan guru kesiswaan di depan gerbang sekolah untuk mengecek satu persatu murid tentang kerapihan seragam.

"Lah, ini gara-gara Mas, bujukin ibu buat sekolah disini mana baru dibangun, angkatan pertama pula muridnya cuma tiga puluh orang, gurunya sebelas, satpam satu, untung saja masih ada yang mau jadi kepala sekolah." Lola menjelaskan keadaan sekolah nya dengan wajah sedih.

"Hehe, biar kamu gak banyak digangguin para fuckboy Adek sayang."Ucap Mas Langit melihatkan wajah khawatirnya, yang sebenarnya dia juga fuckboy kelas kakap yang sedang mencoba mengalihkan isu dihadapan adik satu-satunya.

"Sok perhatian banget yang ada aku jomblo terus, mubajir kecantikan ku selama ini Mas." Lola merajuk.

"Cuma ibu yang bilang kamu cantik, aku sih enggak." Ucap Mas Langit yang langsung pergi, menghindar dari pukulan maut yang akan diberikan Lola kepadanya. Dia masih kuliah semester 4 yang vibesnya dapet banget untuk cowok seusianya clasik dan simple.

Lola berjalan tanpa semangat melihat keadaan sekolah yang begitu sepi, karena belum ada peminat lagi untuk tahun ini tidak ada mos, tidak ada adik kelas dan tidak ada kakak kelas, kami angkatan pertama lewat jalur paksaan ternyata, paksaan orang tua tepatnya.

"Lola."

Teriakan itu berasal dari Nanza partner segala hal di sekolah ini, dia adalah bendahara cantik yang sedang mengejar Raka Fatian ketua basket yang tidak mau membayar uang kas, karena satu-satunya cara adalah mengejar dan memaksanya.

Lola Amaria pemeran utama di cerita Ice Boy ini, ia memiliki sifat yang Lemot mungkin itu alasan Ibunya memberikan nama Lola karena waktu lahir kedunia begitu lama sampai mau menginjak sepuluh bulan pas lahir mungil dan cantik, anugrah terindah lama-lama di perut Ibu.

Menjadi angkatan pertama, yang tidak pernah merasakan senior junior, membuat Lola sangat bosan, tapi ada plus minusnya karena semua bisa jadi apapun di SMA Angkasa 2. Dalam artian semua ekstakulikuler kami kelola bersama, meskipun hanya tiga puluh orang, yang membuat kami berhasil menguasai segala bidang walaupun hanya dengan cara otodidak.

Ketika sampai dikelas, tiba-tiba Arsa menyodorkan es teh manis kepada Lola.

"Nih es teh manis kedua buat kamu, biar nanti pas upacara tenggorokanmu gak kering." Tingkah Arsa seperti membujuk anak kecil agar tidak menangis karena bosan, dia murid pindahan dari sekolah internasional ke negri yang selalu bertingkah aneh yang berkesan lucu, dan begitu humble ke semua orang, satu lagi dia termasuk cowok ganteng dan berkat dia murid disekolah ini genap menjadi tiga puluh orang.

"Makasih Sa, tapi kan kalo upacara gak boleh sambil minum." Jawab Lola yang mengambil es teh manis dari tangan Arsa, yang keliatan begitu enak dan Lola langsung saja meminumnya.

"Disekolah dulu, aku juga suka pura-pura pingsan walaupun  upacaranya indoor." Cengir Arsa, yang berniat ingin memberi tahu trik pura-pura pingsannya.

"Kalo nanti yang gotongnya cowok ganteng aku mau, tapi kalo si Raka yang gotong baru diangkat juga pasti udah ngakak, soalnya muka dia mood banget buat ketawa haha." Jawab Lola yang membayangkannya saja tidak bisa menahan tawa.

"Udah ayok kelapangan, mau mulai tuh." Ajak Lola yang langsung menyerat Arsa, CEO baru es teh disekolah.

"Tunggu La, perut ku tiba-tiba ingin rapat sebentar di toilet." Arsa menahan tangan Lola dan melepaskannya untuk berlari ke toilet.

"Yakk... Arsa kamu cuma alasan nanti ketangkap Pak Damu loh." Teriak Lola kesal, yang tidak didengar olehnya, karena Pak Damu guru killer yang selalu keliling sekolah mengawasi ketika upacara dan tentunya Arsa berakhir dihukum menghormat bendera.

Setelah tiga sementer kami lewati dengan sepi, disekolah besar yang sedikit penghuni, kami memutuskan untuk mengadakan sosialisasi ke sekolah menengah pertama. Agar banyak peminat dan sekolah tidak jadi ditutup.

Karena kami juga sebentar lagi kelas tiga, yang akan ada rencana pertukaran pelajar ke SMA Angkasa 1 yang diminta langsung oleh Pak Damu kepada kepala sekolah demi menghadapi ujian nasional, dengan cara mengasingkan kami kesana selama satu semester untuk mempersiapkan ujian.

Kami briefing untuk sosialisasi minggu depan di kantin sekolah dengan musik yang selalu berputar 3 menit sekali ditemani es teh manis pesanan Arsa, yang dipimpin oleh Nanza selaku bendara cantik yang jago public speaking diantara kami.

"Duduk lebih dari 8 jam bisa meningkatkan resiko kematian, biar gak cepet mati gimana kalo hari ini kita jalan." Rayu Raka Fatian kepada Nanza yang mendapat lemparan spidol yang berhasil ia tangkap.

"Emang iya? duduk lama bisa mati?" Tanya Lola dengan polosnya.

"Iya langsung ke surga Lola haha." Jawab Raka dengan santainya dan mendapat anggukan dari Lola mempercayai apa yang dikatakan Raka.

"Tetap duduk, kalo enggak aku naikin dua kali lipat uang kas khusus buat kamu." Ancam Nanza. Raka tiba-tiba diam mendengar perkataan Nanza Karena dia takut dengan ancamannya, membayangkan Nanza akan menagihnya sampai kapan pun.

"Nanti ketika sosialisasi beberapa perwakilan sekolah harus bisa menjelaskan keunggulan dan bagaimana ekstrakulikuler disini, biar si Raka ada temennya, gak main basket sendirian." Ucap Nanza mengakhiri briefing hari ini.

Setelah briefing selesai, Lola menunggu Mas Langit di depan gerbang dengan ditemani Nanza, yang sudah bilang otw dari 1 jam yang lalu tapi belum juga datang.

 "Mungkin ada acara berak berjamaah dulu di kampusnya." Monolog Lola yang sudah berakar menunggu Abangnya datang.

"La, dia siapa dari tadi liat ke arah kita? Abang grab atau pacar kamu?" Tanya Nanza, melihat cowok ganteng dihadapannya yang terus memerhatikan mereka, dengan handphone ditangannya yang sesekali dia lihat.

"Grab mungkin, lagi nunggu." Jawab Lola santay dengan memasang kan earphone ditelinganya.

"Tapi ganteng banget tau, kayanya dia bukan grab deh, liat tuh dia mendekat kearah kita." Ucap Nanza yang kali ini membuat Lola melihat sekilas cowok tersebut, yang terlihat sedikit ragu berjalan kearah mereka.

"Hai, kamu Lola? Aku temannya Langit, dia nyuruh aku buat jemput kamu, sebelumnya kenalin aku Razan." Razan kemudian melangkahkan kaki ke arah motornya yang terparkir lumayan jauh, dari tempat Lola berdiri.

Lola pasrah saja dengan kelakuan Abangnya, dia mengikuti Razan dari belakang dan meninggalkan Nanza yang masih melongo dengan ketampanan Razan yang menjemput temannya. "Dia bilang gak boleh Deket sama cowok sembarangan, tapi apa ini nyuruh orang seenaknya." Monolog Lola kesal.

"Wah, berasa liat oppa Korea astaga." Ucap Nanza, karena style Razan yang membuat dia jatuh cinta pandangan pertama, sifat tegas sebagai bendahara tiba-tiba hilang dari dirinya.

Dijalan, Lola memilih diam sebelum Razan yang memulai percakapan. Lola hanya menikmati musik kesukaannya dengan sesekali mengikuti lirik lagu tersebut dalam diam.

"Dek, kamu diam mulu dari tadi, laper ga? mampir makan dulu yu?" Ucap Razan yang tidak jelas didengar oleh Lola.

"Hah, apa ka?" Tanya Lola, memastikan dia tidak salah dengar.

"Ga jadi deh."

"Oh, ayo ka aku temenin kalo mau makan dulu." Jawab Lola yang membuat jantung Razan dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Anjir, ngapain jawab hah dulu sih, kalo denger." Monolog Razan, yang gemas dengan kelakuan adik temannya ini, cewek emang gitu.

Razan memutuskan untuk memakan serabi di pinggir jalan, dengan susu jahe cocok dengan cuaca yang sedikit dingin sore ini. Dia melirik Lola yang asik dengan handphone nya.

"Hei, mau gak serabinya? lagi dengerin lagu apa sih?" Razan merebut earphone milik Lola sebelah yang membuatnya kaget, karena tidak mendengarkan apa-apa, kemudian melihat Lola aneh dengan mengangkat satu alisnya.

"Heem, aku hanya lupa tidak menekan tombol pause." Jawab Lola benar-benar polos, dengan tingkahnya yang sedikit gugup dihadapan Razan.

"Udah, aaaa." Razan menyuapkan serabi yang bertoping kacang pedas kepada Lola yang reflek membuat dia membuka mulut, Razan melihat pipi Lola blusing, yang membuatnya menahan senyum sebisanya.

Mereka terlihat begitu dekat, meskipun baru beberapa jam bertemu. Langit tiba-tiba mendung seakan-akan merestui mereka untuk pulang bersama. Razan mengeluarkan jas hujan kelelawar dari jok motornya, yang membuat Lola bersembunyi dibalik jas hujan tersebut sampai dia ketiduran dengan musik yang masih setia menemani mereka sepanjang jalan.