webnovel

Empat belas

Ardian menuruni tangga dengan santai. Tanpa dia duga, para gadis langsung mengelilinginya. Ardian menyapa mereka dengan senyuman. Siapa yang tidak mau dengan laki-laki yang tampan, memiliki berbagai perusahaan yang tersebar di seluruh tanah Eropa.

Andrew Smith segera menghampirinya. "Tuan Holmes, maafkan saya yang tidak menyapa anda dengan benar sebelumnya." Sesal Andrew seraya sedikit membungkukkan tubuhnya.

Para gadis itu segera berdiri di belakang Ardian. "Tidak, Tuan Andrew Smith." Ujar Ardian dengan Tenang. Perlahan Ardian memutar tubuhnya dan memandangi para gadis yang mengelilinginya. "Maafkan saya. Saya perlu ruang untuk bicara dengan Tuan Andrew Smith." Pintanya dengan halus dan mengajak pergi Andrew ke tempat yang cukup tenang.

Ardian dan Andrew berdiri di dekat piano. Banyak orang berada di tengah-tengah ruangan menikmati para pedansa dan beberapa orang berada di dekat area makanan dan minuman. "Tuan Holmes, saya ingin melamar Anna sekali lagi." Ujar Andrew dengan tatapan penuh keyakinan.

Ardian tidak terkejut sedikit pun. Dia tahu, laki-laki di hadapannya sangat menyukai adiknya. Akan tetapi, Ardian tidak bisa bertindak seenaknya karena menyangkut masa depan Anna.

"Apakah Anna menyetujui hal ini?" Tanya Ardian dengan tenang. "Anda tahu, Anna tidak suka menarik kata-katanya." Imbuhnya.

Andrew terdiam seraya mengepalkan kedua tangannya. Andrew sudah tahu kalau Anna tidak akan menjilat ludahnya sendiri dengan alasan apa pun. Ardian memandangi Andrew dengan tatapan menyesal seraya menepuk pundak Andrew. "Maafkan saya." Sesal Ardian, lalu pergi meninggalkan Andrew sendirian.

Andrew mengembuskan napas panjang. Dia memutar tubuhnya dan memandangi Ardian yang berjalan menuju meja makanan dan minuman. Perasaan frustasi dalam dirinya memberontak untuk keluar. Tidak ada orang yang berada dipihaknya untuk membiarkan Anna Kembali ke pelukannya termasuk, Ardian.

Ardian berjalan menghampiri Anna yang sedang menegak wine. Ardian menggelengkan kepala melihat lima gelas kosong di dekat Anna. "Jangan terlalu banyak minum. Seorang gadis harus menjaga tubuhnya dengan baik." Sindir Ardian seraya tersenyum lembut seraya mengambil salah satu gelas di atas meja.

Anna tidak peduli perkataan Ardian, dia menegak gelas keenamnya dengan cepat. "Aku haus. Ardian, dari mana kau? Aku tidak melihatmu sepanjang pesta." Ungkap Anna dengan wajah kebingungan.

Ardian hanya tersenyum dan menghabiskan segelas wine. "Aku hanya melihat sekeliling dan berbincang dengan beberapa orang. Di mana Han?" Ardian kembali bertanya dengan wajah kebingungan. "Apa dia sedang mencoba gadis lain?" Tanyanya lagi.

"Han tidak memiliki waktu untuk itu. Kita bisa pulang tanpanya." Jawab Anna dengan santai. Ardian menganggukkan kepalanya. Dia harus menyetir. Itulah yang dia pikirkan, tapi jarang sekali Anna akan pulang tanpanya.

"Apa dia bisa pulang nanti? Kita tidak bisa meninggalkannya." Ungkap Ardian dengan khawatir.

Anna menghela napas dan memandang Ardian. "Ardian, percaya padaku. Han bukan anak kecil." Ujar Anna seraya tersenyum dengan penuh keyakinan. Ardian menganggukkan kepalanya. "Mari kita pulang!" Ajak Anna.

Ardian memandangi Anna seraya tersenyum. "Kau sepertinya cukup lelah. Kita berpamitan dengan Tuan Smith dan Pangeran Harry." Ujar Ardian dengan santai. Anna menganggukkan kepalanya setuju.

Anna sebenarnya tidak terlalu lelah. Anna hanya ingin menyendiri dan menjauh dari keramaian. Pernyataan Koby membuat otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih. Di sisi lain Tuan Alex Baker membuat suasana hatinya memanas. Anna tidak mau ada korban kemarahannya, selain Han.

Anna hanya ingin Han menjadi sasaran kemarahannya karena Han akan menerima semua perlakuan buruk Anna. Anna juga tidak mau kondisi emosinya terus terombang-ambing. Sebenarnya, Anna bisa mengendalikan emosinya. Hanya saja pikirannya sedang dalam keadaan kalut.

Posisinya di sisi Ibunda Pangeran Harry cepat atau lambat akan merenggang. Terlebih dia bertanya dengan dingin pada seorang pangeran. Anna harus menyiapkan diri agar tidak terhindar dari hukuman atau kejadian tidak terduga lainnya.

Tetap tersenyum bukanlah solusi untuk menyembunyikan keresahan dalam diri Anna. Anna memerlukan rencana agar semua berjalan normal kembali dan segera mengungkapkan pembunuh orang tuanya yang sebenarnya.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, seraya menyetir Ardian sesekali melirik adiknya dengan wajah khawatir. Ardian merasa Anna terlihat lebih resah dibandingkan biasanya. Ardian paham betul, adiknya akan selalu tenang tidak peduli apa pun yang terjadi. Malam ini, ada sesuatu yang membuat Anna sedikit berbeda.

"Anna!" Panggil Ardian dengan lembut seraya melirik Anna yang duduk di sampingnya. Anna hanya diam tidak menjawab panggilannya.

"Anna!" Panggil Ardian lagi. Anna tetap bergeming. Ardian menghela napas seraya menggelangkan kepalanya dengan ringan.

Tangan kanan Ardian perlahan mengenggam tangan kiri Anna. Anna yang merasa tangan kirinya disentuh oleh sesuatu segera menariknya dan memandang Ardian dengan wajah terkejut. Ardian hanya tersenyum dengan tenang dan memandangi Anna dengan wajah khawatir.

"Ada apa? Apa kau mengkhawatirkan Pangeran Harry atau Han?" Tanya Ardian dengan santai tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Anna mengembuskan napas panjang. "Bukan. Aku hanya memikirkan produk terbaru untuk tahun depan." Jawab Anna dengan tenang.

Anna menjawab pertanyaan Ardian dengan asal. Anna tidak mungkin akan memikirkan produk baru lagi sebelum produknya tahun ini keluar. Sebuah jam tangan yang Anna berikan pada Jhonatan adalah produk terbarunya dan belum terjual di pasaran.

Ardian tetap tersenyum lembut. "Jangan berbohong. Produk jam tanganmu belum dipasarkan, bagaimana mungkin kau akan memikirkan produk baru lagi." Bantah Ardian dengan lembut.

Anna hanya tertawa lirih. "Baiklah. Aku hanya sedang memikirkan nasib Tea bee Factory dan ingin tahu lebih banyak mengenai Tea Ker Inc. di Waterloo." Akunya.

Anna tidak sepenuhnya berbohong. Dia juga memikirkan pembicaraannya dengan Alex Baker, tapi Anna tidak ingin memberitahu Ardian mengenai seseorang yang akan mencoba mengkambing hitam dirinya dan merebut kepemimpinannya. Dia tidak ingin saudara tuanya khawatir.

Ardian menganggukkan kepalanya dengan ringan. "Jangan terlalu dipikirkan." Ujarnya seraya menggengam tangan kiri Anna. Kali ini, Anna membalas genggaman tangan Ardian. "Biarkan mereka yang menentukannya dan kau hanya perlu melihat saja. Apa itu Tea Ker Inc.? Ini pertama kalinya aku mendengar nama perusahaan itu." Imbuh Ardian dengan wajah kebingungan.

Anna menganggukkan kepalanya. "Aku bertemu dengan seseorang yang memiliki perusahaan tersebut. Seperti halnya Tea Bee Factory, mereka memproduksi teh dan hanya diperuntukkan masyarakat Waterloo. Beliau mengatakan kalau perusahaannya baru berdiri satu tahun yang lalu. Aku akan meminta Han untuk menyelidikinya." Ungkap Anna.

Ardian hanya terdiam. "Anna sangat mengandalkan Han." Gumamnya dengan nada yang tidak bisa diartikan. "Bicara tentang Han, ke mana dia pergi? Tidak biasanya dia pergi meninggalkan Anna sendirian." Tanya Ardian dengan penasaran.

"Aku memintanya untuk pergi ke suatu tempat." Jawab Anna.

Ardian hanya terdiam menganggukan kepala. Dia melirik Anna sekilas dan menoleh lagi. Dia hanya tersenyum saat melihat Anna tertidur di sampingnya. Tangan kanannya tidak dipenggang erat lagi oleh Anna. Ardian mengelus lembut pipi adiknya seraya tersenyum.

Ardian kembali berkonsentrasi mengendarai mobilnya dan membiarkan Anna tertidur. Jarang sekali dia melihat Anna tertidur dalam mobil kecuali, setelah menghabiskan belasan minuman beralkohol.

Mey dan Johan menyambut kedatangan Ardian. Ardian yang memakirkan mobil di halaman depan, meminta para pelayannya untuk tenang dengan mengisyaratkan jari telunjukkan ke arah mulut. Ardian membuka pintu mobil satunya dan menggendong Anna yang tengah tertidur lelap seperti putri. Johan tanpa basa-basi segera membawa mobil tersebut ke garasi setelah Mey mempersilakan Majikannya masuk ke dalam rumah.

Anna merasa keadaannya terdengar sangat tenang dan tidak mendengar suara deru mobil yang dikendarai bersama Ardian. Perlahan dia membuka matanya. Anna menyadari Ardian tengah menggendongnya. "Aku pasti berat. Turunkan saja aku." Ujarnya dengan nada berat. Anna merasa rasa kantuknya belum menghilang. Kepala Anna bersandar di dada kanan Ardian.

Ardian bisa mencium aroma buah maple dari rambut Anna. "Anna tidak berat sama sekali. Tidur saja." Ujarnya dengan lembut. Ardian sebenarnya merasa berat badan Anna menaik. Dia berpikir berat Anna mungkin terpengaruh dengan pakaian pestanya. Ardian merasa sebagai seorang kakak, dia harus bisa memberi yang terbaik untuk adik perempuannya.

Hubungan Anna dan Ardian sangat erat. Hal ini membuat orang lain terkadang merasa iri. Selain itu, usia mereka hanya terpaut lima tahun. Jika orang yang tidak mengenal mereka dengan baik, mereka berdua lebih terlihat seperti sepasang suami istri.

Jika ditambahkan dengan desas-desus mengenai alasan Anna memutuskan pertunangan dengan Andrew, Anna diduga memiliki hubungan terlarang dengan kakak laki-lakinya, Ardian. Yang Mulia Ratu juga pernah mempertanyakan hal ini dan akan menurunkan perintah agar segera menikahkan Putranya, Pangeran Harry dengan Anna. Akan tetapi, Anna segera mengakatan kalau itu sebuah rumor yang tidak mendasar dan memberikan penjelasan pada Yang Mulia Ratu alasan putusnya pertunangan Anna.

Yang Mulia Ratu yang mendengar penjelasan Anna dan membiarkan kejadian ini sebagai angin lalu. Sebenarnya, sangat besar harapan Yang Mulia Ratu untuk Anna menerima putranya. Beliau percaya, apabila Anna menjadi ratu dalam kerajaannya, Anna tidak akan mengecewakan dirinya.