webnovel

Duapuluh Sembilan

Pintu besar perlahan terbuka. Dua orang paruh baya berdiri di baliknya dengan tangan perempuan melingkar ke lengan kiri suaminya. Wajah penuh kerinduan tergambar jelas di keduanya.

Perempuan paruh baya itu bertubuh sedang, wajah tenang, bermata hijau zamrud, bentuk mata sipit, bibir tipis merah, mengenakan gaun berwarna hijau yang terlihat pas dan cocok di tubuhnya.

Sang suami mengenakan jas berwarna senada. Mengenakan kemeja putih, dasi, celana, dan rompi hitam. Tubuh yang tegak dan jangkung, mata hitam tajam seperti seekor elang, sedikit kerutan disekitar pipinya akibat terlalu banyak tersenyum. Tidak hanya mereka berdua yang menyambut kedatangan Koby dan Anna.

Perempuan paruh baya segera melepaskan tangannya dan berjalan menghampiri Anna dan Koby. Dia ingin memeluk Koby yang sedang menggandeng Anna. Akan tetapi, semua tertahan oleh senyuman Anna. Robby ikut menyambut dengan berdiri di belakang orang tuanya seraya menarik sabuk dari celananya. Koby yang melihat pemandangan ini mulai merasakan ketakutan. Tubuhnya semakin bergetar dan keringat dingin keluar semakin banyak. Tapi, perlahan dia mengalihkan pandangannya untuk membuat dirinya tetap tenang.

Perempuan itu membungkukkan tubuhnya dengan rasa hormat. "Nona Holmes, sungguh mengejutkan anda mau datang ke kediaman saya." Sapanya. Laki-laki yang berada di belakang perempuan itu, ikut membungkukkan tubuhnya di samping istrinya.

"Selamat datang, Nona Holmes. Senang bertemu lagi denganmu, anakku." Sapa laki-laki itu dengan wajah penuh kerinduan menatap Koby.

"Maafkan saya yang berpakaian tidak pantas untuk bertamu. Saya tidak bisa meminjam pakaian induk semang karena terlalu kecil untuk saya." Ujar Anna dengan senyuman tenang di wajahnya.

Pasangan Harris terkekeh mendengar pernyataan Anna. "Bentuk tubuh anda selalu indah, Nona Holmes. Mari masuk!' ajak Nyonya Harris.

Koby hanya terdiam, menggandeng Anna tanpa melepaskannya, dan berjalan beriringan dengan Anna dengan mengacuhkan pandangan orang tuanya. Langkah kakinya perlahan menjadi lebih berat. Keringat dingin keluar dari pelipisnya. Tangan-tangan hitam muncul dari dinding mencoba meraih Koby. Suara teriakan anak kecil dan suara tawa orang mencambuk nya terdengar menggema. Tubuh Koby bergetar hebat. Anna yang berada di sampingnya telah menghilang. Koby berjongkok ketakutan, merapatkan tubuhnya sendiri, dan menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya yang berkeringat.

"Koby Harris!" Suara teriakan samar terdengar. Koby yang tengah meringkuk ketakutan mendongakkan kepalanya dan memandangi kegelapan di sekitarnya.

"Koby Harris!" Suara orang memanggil dengan khawatir. Koby segera berdiri. Dia mengenali pemilik suara tersebut. Suara seseorang yang telah membantu kehidupannya selama bertahun-tahun tanpa pamrih.

Seberkas cahaya muncul di salah satu sisi kegelapan. Koby yang menyadari kehadiran cahaya itu, tanpa ragu berjalan menghampiri. Sebuah tangan kecil, indah, jemari panjang yang halus, memberikan sebuah uluran padanya. Koby memandangi siapa dibalik cahaya itu. Semua tertutupi oleh cahaya putih kecuali tangan indah itu. Koby kembali memandangi tangan tersebut dengan penuh keraguan. Apakah dia harus menerimanya atau menolaknya?

"Koby Harris." Suara panggilan itu dari seorang perempuan pemilik tangan tersebut. Tampilan Anna kini semakin jelas. Tangan ini adalah miliknya. Koby mendongak secara perlahan. Tangannya perlahan mengikuti menerima uluran tangan itu.

Anna yang tengah memukul lembut kedua pipi Koby berdiri dengan cepat karena terkejut. Koby terduduk di atas sofa dan tangan kanan memegangi kepalanya. Perasaan lega menyelimuti diri Koby. Dia merasa beruntung tidak perlu merasakan menaiki mobil yang dikendarai Anna dan merasa terselamatkan dari mimpi buruknya.

Anna yang berdiri di dekatnya telah menghilangkan rasa keterkejutannya. Dia bercekak pinggang dan tersenyum tenang. "Koby Harris, segera cuci wajah anda dan berganti pakaian. Bukankah anda ingin mengunjungi keluarga tercinta?"

Koby menundukkan kepalanya dan merasa keraguan menyelimuti dirinya. Anna menghela napas dan duduk di dekat Koby. "Jika anda belum siap untuk bertemu lagi dengan mereka, lebih baik kita menundanya. Saya akan meminta Nyonya Poole untuk menyiapkan makan malam." Ucapnya.

Anna merasa kondisi Koby mungkin terlihat baik, tapi kondisi mentalnya masih belum membaik sama sekali. Anna tidak mau Koby kembali seperti kejadian pagi ini. Koby masih terlalu lemah menghadapi traumanya. Akan tetapi, Anna percaya dengan kekuatan tekad Koby.

"Tidak perlu, Nona Holmes. Kita akan pergi. Saya ingin tidur dengan nyenyak." Ujar Koby seraya berdiri. Anna tersenyum tipis saat mendengar dan melihat Koby terlihat tenang seperti dia yang selalu bersiap menangani sebuah kasus.

Anna memandangi punggung Koby yang perlahan menjauh dan menghilang di balik tirai merah. "Bukankah anda selalu tidur nyenyak, Tuan Harris? Bahkan anda mendengkur dengan keras." Ejek Anna seraya tertawa lirih. Suara Koby yang kesal dengan meneriakkan namanya membuat Anna merasa sedikit lega. Anna segera pergi keluar dari kamar Koby dengan membawa gaun berwarna kuning muda milik induk semang.

Dalam waktu sepuluh menit, Koby keluar dari bali tirai dan Anna masuk ke dalam kamar Koby. Koby memandangi Anna dari ujung kaki hingga ujung rambut. Anna mengenakan gaun berwarna kuning muda dan beberapa pernik-pernik di sekitar gaunnya. Gaun itu terlihat kontras dengan tubuh Anna dan terlihat berbeda dari biasanya. Gaun klasik dan rambut berkepang di satu sisi. Serta, riasan wajah natural masih menghiasi wajahnya. Koby tidak bisa memalingkan wajahnya dari Anna.

Anna yang merasa diperhatikan mulai tidak nyaman. "Kenapa? Apa gaun ini tidak cocok untuk saya?" Tanya Anna dengan wajah kebingungan. Jujur saja. Anna sedikit terkejut dengan gaun milik Nyonya Poole. Induk semang meminjamkan gaun masa mudanya, tapi masih terlihat bagus. Anna lebih terkejut kalau ternyata Nyonya Poole dimasa mudanya memiliki tubuh yang cukup bagus.

Koby segera menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan diri. "Tidak. Anda hanya ... Terlihat berbeda dari biasanya." Jawab Koby dengan tulang pipi yang memerah dan membuang mukanya. Untuk sesaat dia mulai terpesona dengan penampilan Anna.

Anna dengan wajah kebingungan menundukkan kepala dan melihat gaun yang telah melekat di tubuhnya. Dia memang merasa ini berbeda dari biasanya dan riasan di wajahnya sedikit berlebihan. Dalam hati Anna menyetujui perkataan Koby mengenai dirinya yang berbeda dari biasanya. Anna mengembuskan napas panjang.

"Saya telah menghubungi mobil tambangan untuk menjemput kita. Lebih baik kita menunggu di bawah." Ajak Anna. Koby menganggukkan kepalanya dan berjalan di belakang Anna.

Jantung Koby berdebar dengan kencang dan tangannya mengeluarkan keringat dingin. Perasaan was-was dan pikirannya sedikit kacau. Koby merasa dia tidak akan bisa berbicara apapun di kediaman Keluarga Harris. Dia tidak tahu bagaimana mengatakan keinginannya dan berbagai macam hipotesis terus bermunculan, tapi dia sedikit merasa lega karena tidak perlu membiarkan Anna untuk menyetir.

Anna memperhatikan Koby yang terlihat khawatir di sebelahnya. Mereka belum berangkat, tapi pemeran utama sudah mengalami kekacauan dalam dirinya. Tangan kanan Anna menggapai dan memegang tangan kiri Koby.

Koby merasa terkejut, tapi dia tahu Anna mencoba menenangkannya. Koby menggenggam erat tangan Anna. Seluruh pikirannya perlahan tenang dan perasaan was-wasnya perlahan menghilang. Dalam hati Koby merasa bersyukur.