webnovel

Duapuluh delapan

Koby mengembuskan napas panjang. Dia menutup mata dan menggelengkan kepalanya. "Maafkan saya. Saya belum mendapat kabar apa pun dari kepolisian. Saya menduga kalau pembunuhan ini dilakukan oleh orang luar yang dibantu oleh orang dalam. Tetapi, saya tidak menemukan petunjuk apa pun. Surat cinta dari Nyonya Baker untuk Tuan Alex Baker sudah cukup. Hanya saja, ada sesuatu yang aneh." Jawab Koby dengan wajah serius memandangi Anna.

Anna menganggukan kepalanya. Dia tahu mengenai surat cinta tersebut, tapi itu tidak terlalu cukup untuk mengetahui siapa pembunuh asli. Bisa saja disebutkan kalau Nyonya Baker bekerja sama dengan Tuan Alex Baker untuk membunuh Tuan Holan Baker agar mereka bisa bersama. Sayangnya, hal tersebut tidak bisa menjadi bukti yang kuat.

Anna merenungkan tulisan kecil Han. Seorang laki-laki muda. Anna mengingat kembali saat berada di rumah Tuan Baker dan orang-orang yang datang ke pemakanan. Ada beberapa gadis muda seusianya. Laki-laki muda yang berada di rumah Tuan Baker hanya ada dua orang, yaitu Koby Harris dan Brandon Baker. Han di dalam kamus Anna adalah iblis tua yang senang bermain. Dia tidak menganggap Han sebagai seorang laki-laki muda.

Perlahan Anna mengembuskan napas panjang. Dia mempercayai Han lebih dari apapun. Seperti yang tertulis, Brandon Baker adalah pembunuh ayahnya sendiri, Holan Baker. Anna mengingat kembali kejadian saat Brandon Baker mengantar pamannya ke depan peti mayat Tuan Holan Baker.

Anna merasa kesal pada dirinya sendiri karena lebih memperhatikan Nyonya Baker dan Tuan Alex Baker. Tidak. Ada satu yang tertangkap dari ekor matanya. Senyuman tipis yang samar dari bibir Tuan Alex Baker. Wajah yang tenang untuk menenangkan seorang wanita. Tidak hanya itu. Kilatan cahaya kebencian samar muncul di mata Tuan Alex Baker. Hal yang paling mengejutkan, tatapan bersalah dan benci memandangi pasangan tua itu adalah Brandon Baker.

Anna yang memikirkannya merasa terkekeh. Dia kesal dan mencemooh dirinya sendiri. Hal yang selalu menjadi perhatiannya selama bertahun-tahun, membaca bahasa tubuh dan wajah seakan lenyap seketika. Tidak biasanya dia akan seceroboh ini.

Koby yang memperhatikan Anna hanya terdiam. Tidak biasanya Anna akan menunjukkan banyak ekspresi wajah dalam satu waktu. Koby merasa dia merasa bersalah. Dia telah membawa begitu banyak masalah dalam kehidupan Anna tanpa memperhatikan masalah dalam diri Anna.

"Nona Holmes, apakah anda mau menemani saya pergi ke kediaman Keluarga Harris nanti malam?" Tanya Koby dengan senyum lembut di wajahnya.

Dia bertekad ini akan menjadi masalah terakhir untuknya. Terus berlari tidak akan menyelesaikan masalah. Dia juga tidak mau terus berlindung di balik punggung Anna. Dia harus belajar bagaimana menghadapi masalahnya sendiri tanpa bantuan siapa pun.

Anna memandang Koby dengan wajah terkejut. "Apa anda yakin? Setelah yang terjadi tadi pagi ...." ucapannya terpotong saat tangan Koby menyentuh tangan Anna. Anna memandangi Koby dengan wajah khawatir.

"Saya harus segera menyelesaikannya. Saya sudah terlalu lama menjadi beban bagi anda. Masalah saya tidak serumit masalah anda. Setidaknya, ini membantu anda meringankan salah satu beban anda." Ujar Koby seraya tersenyum. "Anda adalah seorang perempuan baik dan satu-satunya sahabat terbaik saya. Saya tidak mau sahabat terbaik saya terus menerus menanggung semua masalah saya. Saya adalah laki-laki, orang yang seharusnya lebih dewasa dibandingkan dengan anda. Saya harus bisa menghadapinya seperti, anda di masa lalu." Imbuhnya dengan tersenyum.

Anna memandangi Koby dengan wajah khawatir. Pernyataan Koby benar. Koby adalah seorang laki-laki dewasa. Harga dirinya sebagai seorang laki-laki pasti akan terluka jika seorang perempuan melindunginya. Anna menutup mata dan mengembuskan napas panjang.

Anna tersenyum dan memandangi Koby dengan perasaan bangga. "Baiklah. Saya akan menemani anda. Saya harus menegur mereka karena tidak membiarkan anda sendirian. Tuan Harris, apa yang akan anda lakukan di sana?" Tanya Anna dengan wajah penasaran.

Koby tersenyum miring. Matanya menampilkan kilatan kebencian yang teramat dalam. "Seharusnya ini adalah pilihan yang harus saya lakukan sejak meninggalkan rumah itu. Saya akan keluar dari Keluarga Harris." Jawab Koby dengan penuh tekad dan menggenggam erat tangan Anna.

Anna hanya tersenyum mendengarnya. "Tuan Harris, anda menyakiti tangan saya." Sindirnya dengan halus. Koby melepaskan genggamannya seraya terkekeh.

"Maafkan saya." Sesal Koby.

...

Waktu bergulir dengan cepat. Koby dan Anna pergi ke kediaman Keluarga Harris mengendarai mobil Anna. Koby duduk di sebelah sopir dengan mata terbelalak, kedua tangannya memegangi kursi dengan erat, dan dadanya kembang kempis. Ada perasaan menyesal di hatinya.

"Kita sampai." Ucap Anna dengan santai melepaskan sabuk pemangannya.

"Saya bersumpah tidak akan membiarkan anda menyetir lagi, Nona Holmes." Ujar Koby mencoba menenangkan dirinya. Dadanya naik turun, keringat dingin keluar di pelipisnya, dan tubuhnya bergetar dengan hebat.

Anna yang mendengarnya terkekeh, "Maafkan saya. Setidaknya kita sampai dengan cepat." Anna segera keluar dari mobilnya. Dia melihat ke arah Koby yang masih dengan ketegangan di wajahnya.

Kemampuan menyetir Anna tidaklah buruk baginya. Dia lebih mengutamakan kecepatan saat berkendara. Tentu dia juga berhati-hati walaupun tak jarang menabrak trotoar. Bagi orang lain, Anna seperti seorang pengemudi yang mengantarkan orang ke dalam neraka dengan cepat.

Han telah mengajarinya namun, usahanya telah sia-sia. Dia tidak akan membiarkan nona mudanya untuk menyentuh kemudi. Dia dan Ardian telah menyembunyikan kunci cadangan setiap kendaraan di Kediaman Holmes. Akan tetapi, hari ini, Anna telah menyembunyikan kunci kendaraan yang dipakainya.

Kaki Koby bergetar, tubuhnya lemas, dan tatapan matanya berubah menjadi waspada. Dia melihat sekeliling halaman depan rumahnya.

Sebuah taman kecil yang ditumbuhi bunga matahari dan jalan setapak menjadi pemisah taman kecil itu dengan sebuah rumah berlantai dia bercatkan kuning pucat. Dua pintu masuk berukuran dua meter lebih lima puluh senti dengan ukiran seekor elang mengepakkan sayapnya dan menoleh ke sebelah kiri.

Anna melirik ke arah Koby yang berdiri di sebelah kanannya. "Pakaianku sungguh tidak pantas untuk bertamu." Sindir Anna pada dirinya sendiri.

Anna tidak mengganti pakaiannya. Dia masih mengenakan kemeja dan celana milik Koby. Anna hanya melepaskan rompi karena merasa sedikit sesak. Koby memandangi Anna dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tidak ada bedanya Anna mengenakan gaun atau pun kemeja. Koby tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Anda tidak memiliki daya tarik perempuan di mata saya. Bolehkah saya menggandeng tangan anda?" Tanya Koby.

Anna tersenyum miring dan mengulurkan tangannya. Koby menerima uluran tangan Anna dan menggandengnya dengan erat. Anna merasakan keringat dingin keluar dari telapak tangan Koby dan merasakan getaran dari tangannya. Laki-laki di sebelahnya ini, merasa gugup di balik senyuman tenangnya.

Keputusan Koby untuk keluar dari keluarganya adalah pilihan terbesar dan akan menimbulkan banyak pertentangan dari berbagai pihak. Posisi Koby sebagai seorang anak, dia pasti akan dicap sebagai anak yang tidak memiliki rasa Terima kasih dan bersyukur telah dibesarkan dari keluarga bangsawan. Akan tetapi, apabila Koby memilih untuk tidak melakukan hal tersebut, tentu ketakutannya akan semakin membesar.