webnovel

Chapter 02

Hari ini adalah hari minggu, jadi sekolah diliburkan pada hari itu. Pada pagi hari yang cerah, ada dua orang gadis kembar kira-kira berumur 14 tahun sedang berjalan sambil melompat-lompat di kompleks perumahan di dekat rumah Maru. Mereka bernyanyi dengan riang gembira.

♪Onii-chan! Oni-i-chan! Suki suki da-i-suki! La lala la la la la la!♪

Mereka menyanyikan lagu itu di sepanjang perjalanan dengan riang gembira. Setelah lama berjalan sambil menyanyi, mereka tiba di depan rumah Maru. Salah satu dari mereka membunyikan bel.

"Onii-chan, kami datang berkunjung!"

Mereka mengatakannya secara bersamaan. Setelah itu pintu terbuka, mereka segera masuk ke dalam rumah dan segera memeluk kakak laki-laki mereka. Akan tetapi, yang membuka pintu bukan Maru tapi Haruna, ia baru selesai mandi dan hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya. Kedua gadis kembar itu terkejut.

"Aaa Aaaa Aaaaa Aaaaaa..."

"Onii-chan telah...Onii-chan telah...Onii-chan telah berubah menjadi perempuan!!!"

Mereka berpelukan sambil menangis, mereka ketakutan dan tidak terima kakak laki-laki mereka berubah menjadi kakak perempuan. Haruna tidak mengerti, ia sedikit menelengkan kepalanya ke samping, lalu muncul tanda tanya di samping kepalanya. Maru keluar dari ruangan sebelah, ia mendengar suara ribut-ribut dan segera memeriksanya.

"Ada apa ini, pagi-pagi sudah berisik."

"Onii-chan!?"

Kedua gadis kembar itu berteriak secara bersamaan. Maru terkejut dengan kedatangan kedua adik perempuannya.

"Chizuru!? Yuzuru!? Kalian datang berkunjung?"

"Iya, kami kesini mampir untuk main dengan Onii-chan!"

"Padahal kalian sudah SMP, masa kalian masih mau main denganku."

"He he he he he!'

"Oh iya Onii-chan, siapa kakak yang di sana itu?"

"Oh, dia Haruna...Aaaaaaaaaaaa!!!"

Maru berteriak sangat kencang hingga membuat dunia seolah bergetar.

"Maru, berisik."

"Kau pikir ini salah siapa!!!"

"Onii-chan, siapa dia, apa dia kekasihmu?"

Haruna mengangguk dengan ekspresi wajah polos.

"Maru harus bertanggung jawab."

Chizuru dan Yuzuru terkejut, mereka tidak menyangka kakak laki-laki mereka akan melakukan hal semacam itu.

"Onii-chan no baka!!!"

Yuzuru menangis, ia segera pergi ke dalam kamarnya. Chizuru kesal karena Maru telah membuat Yuzuru menangis, ia mengambil ancang-ancang seperti seorang petinju boxing dan mengarahkan tinjunya ke arah Maru, tapi tinjunya hanya diarahkan bukan mengenai Maru.

"Apa yang sedang kau lakukan, Chizuru...?"

"Aku sedang mencoba memukul wajahmu dengan tinjuku!!!"

"Heee..."

Kemudian Haruna datang menghampiri Maru.

"Ada apa?"

Tiba-tiba Haruna memukul wajah Maru dengan sangat kuat menggunakan tinjunya hingga membuat Maru tumbang dan pingsan. Chizuru terkejut dengan apa yang telah Haruna lakukan.

"Aa Aaa Aaa apa yang kau lakukan pada Onii-chan!?"

"Kau bilang kau ingin mencoba memukul wajahnya dengan tinjumu, jadi aku mempraktikkannya agar kau tahu bagaimana cara memukul dengan benar."

"Dasar bodoh!!!"

Chizuru mengambil koran yang telah digulung menjadi pemukul, kemudian ia memukul wajah Haruna. Haruna sama sekali tidak menghindar, ia hanya bengong melihat Chizuru akan memukul wajahnya dengan gulungan koran. Pukulan Chizuru tadi sangat kuat hingga membuat kepalanya benjol.

"Aduh..."

Haruna merespons rasa sakit itu beberapa saat setelag benjolannya muncul, ia bahkan meresponsnya dengan nada datar. Jika Haruna adalah gadis normal, ia pasti akan berteriak kesakitan, tapi kenyataan tidak seperti itu. Chizuru berpikir lebih baik ia menolong kakak laki-lakinya yang pingsan daripada menanggapi Haruna. Chizuru menghampiri Maru yang tergeletak di lantai, ia berusaha membawa Maru ke kamarnya. Sementara Haruna hanya diam berdiri di sana, ia bingung kenapa ia ditinggal sendiri di sana tanpa ada yang memberikannya baju untuk ia pakai.

Sementara itu, Chizuru merangkul Maru ke kamarnya, ia menidurkan Maru di tempat tidur. Chizuru benar-benar kelelahan, membawa Maru ke kamarnya benar-benar menguras tenaganya. Kemudian Yuzuru masuk ke dalam kamar Maru, ia penasaran melihat Maru sampai dirangkul oleh Chizuru.

"Chizuru, apa yang terjadi pada Onii-chan?"

"Onii-chan baru saja ditonjok sampai pingsan oleh wanita itu!!!"

"Yang benar!?"

"Itu benar, oleh karena itu kita harus melindungi Onii-chan dari wanita itu! Yuzuru, apa kau mau melakukannya!"

"Iya, ayo kita lakukan! Ayo bersama kita bunuh siapa pun yang berani mengganggu Onii-chan!"

Tiba-tiba saja wajah Yuzuru terlihat menakutkan, aura membunuhnya sangat kuat hingga membuat Chizuru jadi merinding. Chizuru juga terkejut, ia baru mengetahui kalau Yuzuru memiliki sifat seperti itu.

"Tidak tidak tidak tidak, kau tidak perlu membunuhnya! Dan wajahmu terlihat menyeramkan, aku jadi takut!"

"Benarkah? Ah kamu jangan bercanda!"

Yuzuru tersenyum manis seperti gadis yang polos. Tak lama kemudian, Haruna datang ke kamar Maru, ia juga sudah memakai pakaiannya. Chizuru dan Yuzuru langsung waspada ketika Haruna memasuki kamar Maru.

"Apa yang kau lakukan di sini, dasar wanita kasar!!!"

Chizuru bertanya seperti sedang membentak. Haruna tidak menunjukkan ekspresi wajah apa pun, ia dengan lugunya menunjuk dirinya sendiri.

"Itu benar, apa yang kau lakukan di sini!!!"

"Mulai sekarang aku tinggal di sini dengan Maru. Kalian adalah adik Maru kan? Jadi mohon beri kami restu."

"Restu!?"

Chizuru terkejut, wajahnya memerah karena perkataan Haruna tadi. Di pikiran Chizuru, Maru dan Haruna telah melakukan hal yang tidak senonoh yang membuat Maru harus bertanggung jawab, karena itulah Haruna meminta restu darinya. Padahal bukan itu kenyataannya, Haruna hanya asal bicara, ia tinggal di rumah Maru hanya karena alasan pribadi, namun Chizuru maupun Yuzuru tidak mengetahui hal itu.

"Sialan, beraninya kau melakukan itu dengan Onii-chan!!!"

Yuzuru marah besar, ia menyerang Haruna dengan sebuah pisau. Akan tetapi, pisau yang Yuzuru pegang hanya pisau mainan, ia memukul-mukul Haruna sambil menangis. Pukulannya terlihat lemah dan sama sekali tidak terasa sakit.

"Aduh..."

Haruna mengatakan itu beberapa saat setelah dipukul, nada suaranya datar dan wajahnya tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Chizuru hanya bengong melihat mereka berdua, ia kecewa dengan adegan barusan. Tak lama kemudian, Maru telah sadarkan diri. Chizuru dan Yuzuru segera menghampiri Maru.

"Onii-chan, apa kau baik-baik saja?!"

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja."

"Syukurlah!"

Yuzuru merasa lega, ia meletakkan kedua tangannya di depan dadanya dan menghembuskan napas lega. Maru segera beranjak dari tempat tidurnya, ia menghampiri Chizuru, Yuzuru dan Haruna.

"Baiklah, akan aku perkenalkan kalian sekali lagi. Haruna, mereka berdua adalah adik perempuanku, Kazehaya Chizuru dan Kazehaya Yuzuru."

"Salam kenal."

Chizuru dan Yuzuru menundukkan kepala mereka sebagai tanda perkenalan. Kemudian Maru melanjutkan perkenalan.

"Namanya Yuzurika Haruna..Elstein... Untuk beberapa alasan, dia akan tinggal bersamaku."

"Salam kenal."

Haruna menundukkan kepalanya sebagai tanda perkenalan.

"Tunggu sebentar, apa maksudnya dengan beberapa alasan? Apa yang telah terjadi sampai-sampai Onii-chan mengizinkan dia tinggal di sini?"

"Ceritanya panjang..."

"Kalau begitu pendekkan saja ceritanya."

"Mudah bagimu bicara!!! Aaahh... Baiklah. Jadi begini ceritanya..."

Maru menceritakan tentang alasan mengapa Haruna diizinkan tinggal bersamanya, ia menceritakannya kepada Chizuru, Yuzuru dan Haruna.

"Tunggu sebentar, kenapa kau juga ikut mendengarkan!!! Ini tentang dirimu, seharusnya kamu sudah tahu!!!"

"Aku ingin dongeng sebelum tidur."

"Minta didongengi sama nenekmu sana!!!"

Maru berteriak ini dan itu. Akan tetapi, teriakannya sia-sia karena Haruna sudah tertidur beberapa saat setelah Maru berteriak. Maru semakin kesal dengan Haruna, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena takut dieksekusi oleh ayah Haruna.

"Onii-chan, kau sudah bisa mulai cerita sekarang."

"Baiklah, jadi begini ceritanya..."

Maru menceritakan semuanya kepada Chizuru dan Yuzuru. Sebagian dari cerita itu mereka paham, tapi setengahnya lagi tidak masuk akal.

"Jadi begitu ya."

"Onii-chan pasti kesulitan harus tinggal dengan gadis seperti dia."

"Kalau Onii-chan mau, kami bisa tinggal di sini untuk menjaga Onii-chan dari gadis itu."

"Maunya sih begitu... Bagaimana dengan sekolah kalian, kalian tidak mungkin bolak-balik dari rumah ibu dan ayah ke rumahku kan? Kalau kalian tinggal di sini, bukankah perjalanan ke sekolah akan semakin jauh, nanti kalian terlambat gimana?"

"Onii-chan benar, lalu apa yang akan Onii-chan lakukan?"

"Jalani semuanya dengan tabah...Mungkin..."

Maru sudah pasrah, ia pasrah sejak pertama kali bertemu dengan ayah Haruna. Tampangnya tidak hanya seram, ia juga memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat inggris. Maru tidak mungkin menang melawan bangsawan inggris yang dihormati dan disegani oleh masyarakat inggris. Tiba-tiba Maru teringat sesuatu.

"Oh ya aku sampai lupa, aku harus menulis naskah novel untuk Lomba Menulis Novel tahun ini!"

"Heee... Memangnya kapan naskah itu dikumpulkan?"

"Deadline nya dua minggu lagi, naskahku masih belum selesai setengahnya!"

"Semangat Onii-chan. Kami mungkin tidak tahu apa-apa soal menulis novel, tapi kami akan selalu mendukungmu."

"Terima kasih Chizuru, Yuzuru, berkat kalian aku jadi sedikit bersemangat. Yosh, akan aku selesaikan naskahnya tepat sebelum deadline!!!"

"Itu baru Onii-chan, yang semangat, berjuanglah!"

Maru segera pergi ke meja kerjanya, ia menghidupkan laptopnya dan mengambil beberapa buku untuk dijadikan referensi. Maru membuat naskahnya di laptopnya, ia menggunakan aplikasi microsoft word untuk menulis naskah novelnya. Setelah laptopnya menyala, ia membuka file microsoft word yang berisi naskah novelnya yang belum selesai. Chizuru dan Yuzuru penasaran seperti apa Maru ketika sedang menulis novel, mereka pergi menghampiri Maru.

"Onii-chan, apakah ini naskah novel yang akan Onii-chan tulis?"

"Benar."

"Apa judulnya?"

"Reincarnation of Darkness."

"Wahhh... Seperti apa ceritanya?"

"Hmmm... Raja iblis kegelapan dimasa lalu bereinkarnasi menjadi elementer kegelapan. Dia bergabung dengan sebuah organisasi rahasia, lebih mirip seperti akademi. Akademi Element Knight yaitu akademi yang melatih penguasa elemen yang disebut elementer. Tokoh utama adalah reinkarnasi raja iblis kegelapan dan ia juga adalah satu-satunya penguasa elemen kegelapan. Dia bersama teman-temannya berjuang melawan monster yang mengancam keselamatan dunia. Dan... Ahhh... Aku tidak bisa mendeskripsikannya lebih banyak lagi!!! Jadi, bagaimana menurutmu?"

"Biasa saja."

"Kurang menarik."

"Haaaahh... Adik-adikku saja tidak menyukai ceritaku, apalagi para pembaca yang lain!!!"

Maru langsubg depresi, ia menyerah sebelum mencoba.

"Onii-chan tenanglah! Come back!!!"

"Jangan murung begitu Onii-chan, setidaknya cerita itu tidak terlalu jelek. Jadi tetap semangat, ya?"

Pada akhirnya Maru kembali menjadi dirinya sendiri, ia mulai menulis atau mengetik kembali ceritanya. Tak lama kemudian, Haruna terbangun dari tidurnya, ia pergi menghampiri Maru karena penasaran dengan apa yang sedang Maru lakukan.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku sedang menulis naskah novel."

"Naskah novel? Apa kau ingin ikut serta dalam Lomba Menulis Novel tahun ini?"

"Jadi kau tahu soal lomba itu ya! Haruna, aku ingin minta pendapatmu tentang ceritaku."

"Sini kulihat."

Haruna melihat ke monitor, ia membaca sekilas naskah novel yang Maru tulis. Maru sangat gugup, Haruna lumayan jago dalam membuat komik, artinya ia sudah pasti bisa menilai cerita yang menarik itu seperti apa.

"Bagaimana menurutmu?"

"Naskah ini tidak layak disebut sebagai novel, naskah ini harus dilenyapkan, penulisnya lebih baik mati."

"Separah itukah?!"

Maru kembali depresi, kali ini jauh lebih buruk dari yang sebelumnya. Tiba-tiba Chizuru dan Yuzuru melempar Haruna dengan bantal tepat mengenai wajahnya, Haruna terpental hingga tergeletak dilantai.

"Lebih baik kau tidur saja!!!"

Chizuru dan Yuzuru berteriak secara bersamaan. Haruna kembali tertidur, sementara Maru masih depresi karena komentar pedas dari Haruna tadi.

Pada pagi hari yang berawan, Maru dan Haruna berangkat ke sekolah bersama. Di perjalanan menuju sekolah, mereka mendapat hambatan. Ada pekerjaan konstruksi memperbaiki jalan berlubang. Lubangnya cukup dalam dan lebar, jadi mereka tidak bisa melewati jalan itu.

"Ada pekerjaan konstruksi ya? Tidak ada pilihan lain, Haruna, ayo kita ambil jalan lain... Ehhh!?"

Tiba-tiba Haruna berlari kencang, ia melompat ke arah tembok dan berlari ditembok ke seberang jalan yang berlubang itu. Maru tercengang, ia tidak menyangka Haruna akan melakukan hal senekat itu.

"Maru, ayo cepat kesini, nanti kita bisa terlambat!"

"Oke!"

Maru mengambil ancang-ancang, kemudian ia berlari kencang ke arah tembok. Maru melompat dan berlari di tembok itu. Akan tetapi, baru beberapa langkah, Maru terjatuh dan masuk ke dalam lubang. Pakaian Maru jadi kotor terkena lumpur dan tanah, ia terpaksa pulang ke rumah untuk mengganti seragamnya dengan seragam yang bersih. Namun itu akan memakan waktu yang cukup lama, ia bisa-bisa terlambat masuk ke sekolah. Begitulah gambaran yang ada di pikiran Maru.

"Maru, ayo cepat kesini, nanti kita bisa terlambat!"

"Kau duluan saja, aku akan lewat jalan lain..."

Maru berbalik, ia kembali ke persimpangan di dekat rumahnya dan mengambil jalan lain menuju ke sekolahnya. Sementara Haruna melanjutkan perjalanannya menuju ke sekolah. Pada akhirnya Maru berhasil sampai di sekolah lima menit sebelum bel masuk berbunyi, Haruna juga sudah sampai di sana sepuluh menit yang lalu.

Jam pelajaran telah selesai, bel berbunyi menandakan waktu istirahat. Seluruh murid segera istirahat, ada yang ke kantin, ada yang duduk-duduk di bawah pohon atau kursi taman, ada yang di atap gedung sekolah, dan ada juga yang masih di kelas. Maru dan Haruna duduk-duduk di bawah pohon. Maru sedang melanjutkan menulis novelnya di laptopnya sambil memakan roti melon dan meminum minuman kaleng, sementara Haruna menggambar pemandangan di buku gambarnya. Mereka menghadap ke arah yang berlawanan dan tidak banyak mengobrol, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Maru sedikit merasa canggung duduk bersebelahan dengan Haruna, Maru berpikir kalau ia harus mengobrol dengan Haruna. Akan tetapi, Maru tidak tahu apa yang akan ia bicarakan dengan Haruna, itu membuatnya bertambah canggung. Maru telah memutuskan kalau ia akan memulai obrolan dengan Haruna.

"Haruna, kau suka menggambar ya?"

"Iya, aku suka."

"Apa kau pernah mengikuti kompetisi atau lomba menggambar sebelumnya?"

"Pernah, tapi saat aku masih SD."

"Aku tahu, lomba yang diadakan oleh sekolah ya?"

"Sepertinya begitu."

"Apa kau tidak berniat mengikuti lomba atau kompetisi lagi?"

"Aku Mau!"

Tiba-tiba Haruna jadi semangat, ia mengatakannya tepat di samping Maru. Maru terkejut ketika mengetahui bahwa Haruna ada di sampingnya. Kemudian Maru membuka Google di laptopnya dan mengetik sesuatu.

"Coba lihat kesini, ini adalah info tentang kompetisi menggambar tahun ini. Hmmm... Kompetisi menggambar yang diadakan tahun ini ternyata banyak juga. Haruna, kau mau ikut serta kompetisi yang mana?"

"Ini."

Haruna menunjuk sebuah artikel yang ada di layar monitor laptop Maru. Maru membaca judul artikel tersebut.

"Kompetisi membuat komik? Apa kau mau ikut serta dalam kompetisi ini?

"Iya!"

Haruna menjawab dengan semangat, ia bahkan mengangguk beberapa kali.

"Kalau begitu sudah diputuskan. Ehhh, sepertinya panitia penyelenggara lomba dan tanggal batas penerimaan naskahnya sama denganku."

"Benarkah?"

"Iya, ayo kita sama-sama berjuang, Haruna!"

Maru tersenyum, Haruna tidak mengerti kenapa Maru tersenyum, ia sendiri tidak pernah tersenyum sama sekali.

Setelah jam sekolah selesai, Maru dan Haruna pulang ke rumah dan melanjutkan pekerjaan mereka. Maru melanjutkan menulis naskah novelnya di laptopnya, sementara Haruna membuat persiapan untuk membuat komiknya seperti membuat alur cerita, menggambar karakter utama dan karakter lainnya, dan lain sebagainya.

"Aahhh... Lelahnya! Oh iya, sudah waktunya makan malam. Haruna, kau mau makan apa untuk makan malam?"

"Hamburger."

"Boleh juga. Tapi, aku tidak tahu cara membuatnya."

"Kami bisa membuatnya!"

Tiba-tiba Chizuru dan Yuzuru muncul, Maru sedikit merasa terkejut.

"Chizuru!? Yuzuru!? Apa yang kalian lakukan di sini!?"

"Kami mau menginap di sini malam ini!"

"Iya benar. Apa tidak boleh...?"

Chizuru dan Yuzuru menatap Maru dengan tatapan memelas, entah kenapa Maru merasa tidak tega. Maru sendiri juga tidak tahu alasannya kenapa, mungkin karena mereka berdua adalah adik perempuannya.

"Baiklah, kalian boleh menginap di sini."

"Benarkah? Asyik, terima kasih Onii-chan!"

"Oh iya, dari tadi ada yang mengganggu pikiranku. Yuzuru, kenapa kau membawa tas penuh dengan senjata tajam, tali, racun dan buku tentang 10 cara membunuh yang baik dan benar?"

"Oh ini, untuk jaga-jaga jika Haruna-san mencoba mengambil keperjakaan Onii-chan. Jika dia melakukannya, aku tinggal membunuhnya."

"Menakutkan, Yuzuru menakutkan!!!"

Maru dan Chizuru berteriak secara bersamaan, sementara Yuzuru memegang pisau sambil tersenyum. Setelah itu, Chizuru dan Yuzuru mulai memasak di dapur, mereka akan membuat hamburger. Chizuru yang mengurus daging hamburgernya, sementara Yuzuru yang memotong-motong sayuran dan rempah-rempah untuk hamburgernya.

"Aku tidak tahu kalau kalian bisa membuat hamburger."

"He he he he, bagiku ini hanyalah hal kecil!"

"Ibu yang mengajarkannya kepada kami. Oh iya, waktu Chizuru pertama kali membuat hamburger, bentuk hamburgernya sangat berantakan, ia juga memasaknya terlalu lama hingga gosong. Dan juga..."

"Yuzuru hentikan, kau membuatku malu!"

Chizuru mencoba menutup mulut Yuzuru ketika Yuzuru hendak menceritakan hal memalukannya kepada Maru. Wajah Chizuru memerah, ia benar-benar malu seolah ia akan menangis, ia bahkan tidak sanggup bertatap muka dengan Maru. Maru tersenyum, ia mengelus kepala Chizuru dengan lembut.

"Tidak apa-apa Chizuru, kau sudah berusaha. Anak baik anak baik!"

"Be-berhentilah mengelus kepalaku! Ja-jangan salah paham ya, aku sama sekali tidak senang jika kau mengelus kepalaku

(Loh, kenapa dia malah bersikap tsundere kepadaku...?)

Dalam kebingungan Maru berbicara di dalam hatinya. Setelah itu, mereka makan malam bersama. Maru baru pertama kali ini memakan hamburger seenak ini, Maru memakan hamburger itu dengan lahap, sementara Haruna memakan hamburger itu seperti biasa. Haruna adalah keturunan bangsawan inggris, ia sudah pasti pernah memakan makanan yang enak-enak sebelumnya. Oleh karena itu, ia biasa-biasa saja ketika memakan hamburger buatan Chizuru dan Yuzuru. Meskipun begitu, ia tetap menikmati makan malam ini. Senyuman dan kegembiraan saat makan malam membuatnya senang. Meskipun begitu, Haruna sama sekali tidak tersenyum, ia juga tidak memahami rasa senang di hatinya. Haruna bingung dengan perasaannya sendiri, rasa nyaman yang ia rasakan, senyuman dan kegembiraan yang ia lihat, ia sama sekali tidak memahaminya.