webnovel

I Want To Hug You

---WARNING ALERT!! CONTENTS ONLY FOR 18+/21+--- Genre : Yaoi, Comedy-Romance Bagi yang suka, baca ep 1. Mohon maaf sebesar-besarnya jika ada yang tidak berkenan di hati atau menyinggung. Cerita ini hanya fiksi, jika ada kesamaan, itu tidak disengaja dan mohon di maklumi. Cerita Ini hanya untuk menghibur semata. Terima kasih...

Rybee · Anime & Comics
Not enough ratings
45 Chs

30 - Kenapa aku ada di hotel dengannya?! Apa mungkin... Tidak mungkin, kan?! - Part 5

Author : Episode ini, WARNING ALERT!! 21+ ONLY. Silakan lanjut baca buat orang dewasa! Tidak dianjurkan buat anak-anak di bawah umur. Terima kasih...

*********************************

Di dalam mobil, Shunta maupun Takeru tidak berbicara apapun sepanjang jalan, mereka berdua sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Sesampainya di apartermennya Takeru, saat Takeru membuka pintu apartermennya, tanpa bicara apa pun Shunta langsung menarik paksa Takeru masuk ke dalam.

Takeru : Tu-tunggu, hei Chunta... K-kau kenapa?

Shunta menarik Takeru sampai masuk ke dalam kamar mandi, dan mendorongnya sampai ke arah cermin, memegangi kerah baju Takeru lalu membuka shower yang ada disebelah.

Takeru : Hei, a-apaan?

Shunta : Aku sedang mencucimu.

Shunta membuka paksa kemeja baju Takeru sampai kancingnya terputus. Lalu dengan geram melihat ada tanda "kissmark"nya Chihiro di lehernya Takeru.

Shunta : Misalnya di sini.

Shunta menyemprotkan air shower ke arah leher yang ada tanda "kissmark" tersebut. Sekarang Takeru menjadi basah kuyup.

Takeru : Itu...

Takeru tersentak, dia tidak menyangka Shunta bisa mengetahuinya, sekarang dia merasa takut dan sangat takut kepada Shunta.

Shunta : Lelaki tadi itu, Ayagi, dia pemeran utama di teater itu, kan? Sejauh mana kau membiarkan dia?

Takeru : A-aku tidak--

Shunta : Sejauh mana dia bermain dengan tubuhmu?

Takeru : Tidak! Aku tidak--

Takeru terduduk lemas di belakang cermin. Terdengar suara Takeru mulai bergetar, dia berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar. Dia tidak ingin menangis di depan Shunta sekarang.

Shunta : Jadi, apa kalian ada melakukan sex?!

Takeru tersentak dengan pertanyaan Shunta. Shunta menatap lurus ke arah mata Takeru dengan tajam dan dingin. Wajah Shunta sangat dekat dengan wajah Takeru.

Takeru : Tidak (takut)

Shunta meletakkan showernya di ganggangnya.

Shunta : Berdirilah yang tegak, Takeru-san. Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Jadi, katakan dengan jelas.

Meskipun Shunta tidak berteriak ataupun memukulnya, Takeru bisa merasa sangat ketakutan yang luar biasa karena kata-kata Shunta yang terus menekannya.

Takeru : A-aku tidak melakukan sex dengannya (menunduk tidak berani menatap Shunta) Aku tidak pernah melakukan sex dengannya. Tidak pernah.

Shunta : Benarkah? Apa jangan-jangan kau tidak mengingatnya?

Takeru : (suara bergetar) Tidak, tapi aku yakin tidak. Karena... Karena hanya kau yang mau melakukan itu denganku, kan?

Shunta : Hanya aku? Takeru-san, apa kau tahu seperti apa wajahmu sekarang?

Shunta langsung membalikkan tubuh Takeru dengan paksa dan memegangi kepalanya Takeru lalu mendekatkan kepalanya ke arah cermin supaya Takeru bisa melihat dirinya sendiri dengan jelas. Shunta mendekatkan wajahnya ke wajah Takeru, lalu memegangi dagunya Takeru dan memaksa Takeru untuk melihat ke arah cermin.

Shunta : Lihat dirimu. Siapa saja pasti akan tergoda dan ingin menyentuhmu bahkan lebih dari itu, sehingga membuat pasangannya menangis tanpa rasa malu.

Takeru ingin menangis, mulutnya sudah berkerut, dia berusaha menahan air matanya supaya tidak tumpah.

Takeru : Ti-tidak mungkin. Ti-tidak seperti itu.

Shunta : Itu benar. Itu sebabnya lelaki lain tertarik kepadamu.

Takeru tidak bisa menahannya lagi. Dia akhirnya menangis.

Shunta : Kenapa kau menangis?

Tanpa menunggu jawaban dari Takeru. Shunta langsung menarik Takeru keluar dari kamar mandi dengan seluruh tubuh yang masih basah, tapi Shunta tidak perduli dengan hal itu, dia mengangkat Takeru dan melemparnya di atas tempat tidur.

Takeru : Chunta, tu--

Sekarang Takeru sudah telanjang dengan seluruh tubuh yang basah sehingga tempat tidur Takeru menjadi basah kuyup. Takeru ketakutan setengah mati. Dia gemetaran dan hendak melarikan diri dari Shunta. Dia merasakan hal yang berbeda dari diri Shunta, Shunta yang sekarang bukanlah Shunta yang dia kenal seperti biasanya. Tapi, Shunta langsung menangkap lengan Takeru dan menggenggamnya dengan kuat.

Shunta : Mau ke mana? Apa kau mau lari? Kalau begitu, larilah.

Takeru : Eh? (tersentak)

Shunta : Sekali kau beranjak pergi dari kasur ini, aku tidak akan mengejarmu.

Takeru berpikir keras, "Kalau aku pergi, lalu..."

Tubuh Takeru masih gemetaran, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia sangat takut, dia ingin lari tapi...

Shunta : Oh? Kau tidak lari? Kalau begitu buka kakimu dengan lebar... Aku tidak akan memaksamu, jika kamu tidak ingin dan tidak suka, maka di detik itu, kita berhenti saja.

Takeru kaget dengan perkataan Shunta, dia tidak ingin putus hubungan dengan Shunta, meskipun dia sangat takut dengan sosok Shunta yang sekarang.

Takeru : (Suara dan pandangannya dingin)

Takeru membuka kakinya yang bergetar dengan perlahan-lahan.

Shunta : Benarkan? Lihat kau menginginkan tubuh lelaki.

Takeru : Tidak! (Hentikan! Kenapa kau mengatakan hal begitu?)

Shunta : Berarti kau tidak mau? Jadi sebenarnya selama ini dan sekarang ini kau terpaksa melakukannya? Kalau kau mau, sebaiknya kau katakan dengan jelas, Takeru-san.

Takeru : (Aku... Aku tidak pernah berpikir menginginkan tubuh lelaki lain. Aku hanya menginginkanmu, Chunta... Tapi kenapa... Kenapa aku tidak bisa mengatakannya... Kenapa...)

Shunta : Baiklah, aku mengerti, sebaiknya kita berhenti saja sampai disini...

Shunta hendak beranjak pergi, tapi Takeru langsung memegangi lengan Shunta untuk menahannya pergi.

Takeru : Tunggu! Aku menginginkannya...

Shunta langsung memegangi bahu Takeru.

Shunta : Rebahkan tubuhmu sedikit.

Shunta langsung memasukkan penisnya ke dalam lobang pantatnya Takeru. Takeru tersentak kaget karena rasanya berbeda dari biasanya. Dia memeras seprei dengan erat.

Takeru : Ugghhh... (Apa ini. Sakit... Kenapa lebih sakit dari biasanya)

Takeru menangis. Hatinya benar-benar terluka. Takeru tidak bisa menikmatinya. Dia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Sebenarnya hari ini dengan perasaan yang berat seperti ini, dia tidak ingin melakukannya, tapi dia takut kehilangan Shunta.

Takeru : Aaah!!! Ugggh...

Shunta : Takeru-san, apa kau tahu wajahmu yang seperti ini lah yang membuat lelaki lain ingin mendekatimu seperti apa yang kukatakan tadi.

Shunta melakukannya dengan sangat kasar, berbeda dari biasanya. Shunta benar-benar marah.

Takeru : Aaaaakk!! (Sakit... Aku takut...) Aaagghh....

Shunta tiba-tiba berhenti dan mengeluarkan penisnya.

Shunta : Kau selalu melarangku untuk memberi tanda tapi kau mengizinkan lelaki lain untuk memberi tanda padamu, hah?

Shunta tertawa sinis. Takeru benar-benar kaget.

Takeru : Maaf... Hiks... Chunta... Maaf... Hiks...

Shunta membalikkan tubuh Takeru dengan paksa.

Takeru : Eh?

Shunta memasukkan kembali penisnya dari belakang dengan kasar.

Takeru : Aaahhkk sakit... (menangis) Hiks... Chunta... Aaaakkk!!

Shunta : Aku akan memberi tanda dari sini!

Shunta langsung mencium leher Takeru dari belakang dengan kasar lalu mendorong masuk dan mengeluarkan penisnya lalu mendorong masuk lagi dengan kasar. Dia melakukannya berulang-ulang kali. Setiap kali Shunta mendorong masuk, Takeru merasa kesakitan yang luar biasa, dia hanya bisa menangis. Takeru sedikit menoleh ke arah Shunta lalu mengulangi perkataannya lagi.

Takeru : (menangis) Maaf... Chunta maaf... Aaahhhkkk... Kumohon jangan seperti ini, aku takut... Hiks... Maaf... Aku... Aaaahhhhkk...

Takeru menyesalinya sekarang. Dan 30 menit kemudian, Shunta menyelesaikannya. Takeru terus menangis sampai akhirnya tertidur. Pagi hari pun tiba, Shunta sudah berpakaian lengkap, dia tidak tertidur sama sekali, semalaman dia hanya duduk diam di tepi kasur. Pikirannya kacau, hatinya pun terluka. Sakit bagai tercabik-cabik. Dia sungguh tidak mengerti, dia marah, kecewa dan sedih. Dia tidak tahu kenapa bisa semarah ini dan ini pertama kali baginya. Dia menghela nafas dan beranjak pergi dari apartermennya Takeru.

Tidak lama kemudian, Takeru terbangun dari tidurnya. Dia melihat Shunta tidak ada di sampingnya.

Takeru : Hei, Chunta? Aku tidak lari, loh. Tapi kenapa kau tidak ada? Apa aku dibenci olehmu sekarang? Kenapa kau melakukan hal seperti ini padaku? Apa kau tidak mencintaiku lagi?

Takeru kembali menangis. Perasaannya hampa.

-Bersambung-