webnovel

I Love You Bastard

Gempita atau yang kerap disapa Gempi belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta selama hidupnya. Meski banyak lelaki tampan yang terkenal dengan nilai akademisnya, yang menaruh suka padanya, Gempi sama sekali tidak tertarik dengan mereka. Apakah Gempi akan menemukan cinta sejatinya? Dengan siapa kira-kira Gempi akan jatuh cinta.

Lampu_Merah · Teen
Not enough ratings
2 Chs

Martabak Keju

Sesuai janji, ayah pulang lebih awal dari biasanya. Membawa martabak keju untuk menghiburku. Dua Minggu ini aku berdiam diri di rumah. Menunggu pengumuman ujian perguruan tinggi yang kulakukan secara online seminggu yang lalu.

Aku sebenarnya ingin keluar rumah sekedar untuk jalan-jalan seperti remaja kebanyakan. Tapi, aku tidak punya banyak teman di sekolah. Dan tidak ada yang dekat denganku. Itu karena aku kurang bisa bergaul dengan yang lain.

Berada seharian di rumah sama sekali tidak membuatku bosan. Menurutku ini malah membuatku nyaman. Aku tidak tahu hanya saja menurutku dunia luar terlalu bising untuk diriku yang mencintai sunyi.

"Makan gih. Mumpung masih anget." Ayah menyodorkan ke hadapanku setelah ia mengambil satu.

"Yah. Kalo semisal Gempi ga masuk di universitas itu, gimana yah?" Jujur, aku masih dibayang-bayangi akan kegagalan masuk di universitas yang aku suka.

"Ya gak papa sih. Kamu kuliahnya di sini aja. Lagian ayah khawatir kalau kamu kuliahnya di luar kota." Jawab ayah. Kali ini tangannya meraih cangkir kopi dan menyesapnya sedikit.

"Tapi kan Gempi maunya di situ ayah."

"Ya kalau enggak masuk mau gimana lagi Gempi sayang." Tangan ayah kembali meraih martabak keju di hadapanku.

"Gempi tetap mau kuliah di sana."

"That's okay. Tapi tanpa bantuan ayah. Ayah tidak akan ikut campur."

"Ayah..." Aku mulai merengek. Sebenarnya bisa saja aku menyuruh ayah untuk memasukkan aku ke universitas tersebut dengan jalur khusus. Tapi ayah selalu menolak ketika kuminta. Alasannya yah, di sini juga ada universitas yang tidak kalah bagus, dia khawatir kalau harus melepaskan aku di daerah yang baru sendirian. Dan segenap kekhawatiran khas orangtua lainnya.

"No. Still no." Jawab ayah. Lalu menyambar remote dan menyalakan tv.

"Gak boleh. Ini punya Gempi!" Dengan cepat aku langsung mengamankan martabak telurku dari jahilnya tangan ayah yang hendak mengambil kembali.

"Kan ayah yang beli."

"No. Still no." Ucapku sembari menirukan ayah. Pria itu malah tertawa dan aku bertambah kesal.

NEXT...