webnovel

Vania van Einzswerg

Ayah dan ibu Edward terdiam. Melihat anak mereka yang pulang membawa cucu mereka. Masalahnya sejak kapan Edward menikah? Atau mungkin Edward menghamili gadis di luar sana? Dari gelagatnya saja mereka sudah terlihat panik. Karena kami bangsawan, akan memalukan jika beritanya tersebar. Padahal apa yang mereka pikirkan sepenuhnya salah.

Vanessa von Alecia, saat ini ada di kediamanku. Aku yang membawanya. Sesuai dengan yang kutawarkan padanya, kini Vanessa menjadi anak angkatku. Meski sampai saat ini aku belum menikah, maksudku Edward. Pasti akan ada rumor buruk yang muncul, tapi siapa yang peduli. Itu bukan masalah besar.

Tentu saja Vanessa saat ini menyamar. Rambutnya hitam sekarang. Dia akan memakai nama Vania, aku tidak bisa menemukan nama yang lebih cocok. Membuat nama itu cukup sulit. Kepala keluarga Einzswerg, yang saat ini adalah ayahku sebagai Edward, menentang pengadopsian ini. Aku tidak tahu bagaimana Edward yang sebenarnya. Jadi cukup sulit bagaimana bersikap seperti Edward yang biasanya, di sekitar orang-orang terdekat Edward. Namun aku tetap kukuh dengan pengadopsian Vania, meski mereka merasa Edward bersikap aneh.

"Apa yang dikatakan Mori memang benar. Ed, ibu merasa kau aneh belakangan ini. Sejak insiden dungeon, kau selalu terlibat masalah dan melakukan hal-hal yang tidak terpikirkan. Apa sebenarnya tujuanmu mengadopsi anak ini, dan mungkinkah dia anak kandungmu?"

Tidak. Dia anak pahlawan terkuat yang dipuja-puja seluruh dunia, adalah hal yang tidak mungkin kukatakan. Di saat itu juga, aku merancang sebuah cerita. Vania adalah anak sebatang kara yang tinggal di pinggiran desa Hage, dan berhasil kuselamatkan saat insiden Assassin of the Moon. Karena dia sebatang kara, aku tidak tega dan memutuskan untuk mengadopsinya. Mereka berdua percaya. Dan tampak terharu. Bukankah ini menunjukkan arah yang baik? Ya. Akhirnya setelah perdebatan panjang, pengadopsian Vania diterima.

Kecuali satu hal yang kulupakan. Satu hal merepotkan dari orang yang merepotkan juga. Elvina. Dia menemuiku sesaat setelah aku bertemu orang tua Edward. Dia memintaku untuk memberi penjelasan. Dan aku terpaksa mengulangi lagi cerita tadi. Aku yakin saat ini Elvina cukup terkejut. Rumor pasti mengatakan bahwa aku membawa pulang anak kandungku, yang entah siapa ibunya. Dengan dalih pengadopsian.

"Aku ... selalu percaya padamu. Karena sudah mendengarnya langsung darimu, aku sangat lega, sayang. Ma–maksudku Edward," ucapnya malu-malu.

Benarkah? Kau selalu percaya padaku? Aku tidak peduli. Yang pasti dia wanita yang akan merepotkan nantinya. Di kehidupan ini, aku tidak ingin menjalin hubungan apa pun yang akan mengganggu tujuanku. Rasa suka dan sayang darinya mau pun orang tua Edward hanya akan menjadi halangan. Untuk saat ini, biarkan saja. Sekarang aku harus mengakrabkan diri dengan Vanessa, bukan, saat ini dia adalah Vania.

***

"Tunjukkan padaku gaya berpedangmu." Itu yang kuminta begitu semua urusan pengadopsian selesai.

"Butuh usaha keras untuk meyakinkan ayah agar bisa mengikutimu. Mengetahui bagaimana seorang Edward adalah apa yang diminta ayah sebagai izinnya. Dan sekarang aku malah disuruh menunjukkan gaya berpedang? Kenapa kau malah menyuruh-nyuruh?"

Mungkin dia masih menyimpan benci. Atau mungkin dia memang orang yang tidak suka dimintai melakukan sesuatu dan diperintah. Kau saat ini berada di genggaman tanganku. Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, yang bukan hal buruk, maka lakukan saja tanpa ada banyak bicara. Namun aku hanya diam melihatnya.

Pada akhirnya, dia menunjukkan gaya berpedangnya. Bukan di kediaman ini, tapi di tempat yang tidak ada orang. Untuk menghilangkan risiko kematian, katanya. Itu hal yang wajar. Gaya berpedang miliknya persis sama dengan milik ayahnya, Irrham. Kudengar gaya berpedang itu diajarkan oleh salah satu dewa dunia ini yang memberinya pedang sihir, senjata dewa miliknya. Lalu Irrham memadukan gaya pedang itu dengan seluruh gaya pedang yang dipelajarinya di dunia ini. Menciptakan sesuatu yang lebih kuat. Itu memang hanya rumor. Namun tetap saja ada beberapa kebenaran di sana.

Dulu saat masih menjadi Andra, aku pernah melihatnya bertarung beberapa kali. Pergerakannya, caranya mengayunkan pedang, sangat berbeda dari semua yang pernah kulihat. Gaya berpedang yang kuat, tidak pernah bisa ditebak mau pun diikuti. Aku yakin saat ini Irrham itu jauh lebih kuat. Dan tujuanku yang sebenarnya dari menyuruh Vania menunjukkan gaya pedangnya, adalah menirunya.

Saat ini aku harus menjadi lebih kuat. Melihatnya mengayunkan pedang, juga suatu bentuk latihan. Dan benar saja. Bahkan tanpa aura, Vania mampu membuat kerusakan fatal hanya dengan pedang biasanya. Aku paham dasaran gaya pedangnya.

Belum selesai. Setelah itu aku menemui Mori. Aku baru tahu ternyata pelatih Edward dan kakaknya adalah Mori. Orang tua itu mampu melatih muridnya menjadi sangat kuat seperti Edward dan kakaknya yang anggota Earth Division. Mori kebingungan saat aku memintanya melatihku dalam hal pertarungan.

"Saya sudah melatih anda bertahun-tahun sejak kecil. Tidak ada lagi yang bisa saya ajarkan," katanya.

"Kalau begitu, ulangi lagi. Naikkan intensitasnya, sehingga aku tidak perlu bertahun-tahun untuk dapat ke level yang sama, dari saat kecil hingga sekarang."

Yang kusuka dari Mori adalah profesionalisme. Dia langsung melaksanakan apa yang kuperintahkan. Dan hari-hari berat masa pelatihan dimulai. Saat ini Mori pasti bingung dengan kemampuan yang kumiliki. Jika tanpa perintah mutlak dan sihir, aku bukan apa-apa. Mungkin hanya sekelas prajurit rendahan. Meski aku sudah berlatih dengan Syd, jenderal kekaisaran Alecia dulu.

Pada awalnya, saat aku masih hidup sebagai Andra, aku hanya orang yang lemah. Di bumi, fisikku di bawah rata-rata. Daya tahan tubuhku buruk. Hanya karena terkena hujan atau meminum air dingin, aku bisa demam berhari-hari. Tubuhku memang sakit-sakitan sejak kecil. Saat berpindah ke dunia ini, kupikir aku akan sedikit lebih kuat. Ternyata sama saja, tidak ada yang berubah. Kecuali lidah dan perintah mutlakku. Namun di tubuh Edward saat ini, rasanya tidak ada batasan. Tubuh sehat yang kuat. Aku tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku perlu menjadi lebih kuat untuk memenuhi keinginanku. Tanpa terlalu bergantung pada perintah mutlak.

Mungkin sekitar enam bulan lamanya. Aku berlatih secara tertutup. Hanya Mori dan Vania yang mengetahui keberadaanku. Di khalayak ramai, aku mengatakan butuh waktu untuk pulih. Earth Division juga tidak bergerak untuk mencari masalah, ada kemungkinan itu karena Vania.

Dan yang paling penting hubunganku dengan Vania semakin dekat. Perhatian, aku hanya perlu memberikan itu. Mau bagaimana pun, dia hanyalah anak-anak. Memberinya es krim, mengajaknya jalan-jalan, atau pun mengajarinya beberapa hal yang tidak akan pernah dia tahu saat menjadi Vanessa. Aku telah membentuk pribadi yang baru pada dirinya. Entah sebagai apa dia menganggapku saat ini. Namun aku yakin, sedekat apa pun kami, dia masih membenciku. Bukan hal yang buruk, dia memang harus membenciku. Karena di masa depan, akan lebih banyak kesengsaraan yang menimpanya. Bukan hanya seperti bibinya Aulia dan para penduduk desa Hage.

***

"Sekarang mungkin kita harus kembali, Vania."

"Itu bagus. Aku benci tempat suram ini. Sampai sekarang aku tidak mengerti kenapa kita harus ke sini."

Ah, aku lupa menceritakan tempat berlatihku ini padanya. Tidak. Malah lebih baik tidak usah kuceritakan. Soalnya tempat ini, hanya gua terasing di bawah tanah. Meski tempat ini sangat berarti bagiku dulu, saat masih hidup sebagai Andra.

"Kata Mori, di seluruh kekaisaran beredar rumor tentang kita. Alasan sebenarnya dari Edward van Einzswerg memulihkan diri secara tertutup, adalah karena dia butuh waktu dengan anak perempuannya."

Butuh waktu dengan anak perempuannya. Tidak sepenuhnya salah, aku memang butuh waktu untuk mendekati Vania.

"Itu rumor yang bagus, Vania. Kalau begitu, mulai saat ini, kau harus memanggilku ayah di depan orang lain."

"Rasanya menjijikkan. Aku tidak mau." Ah, dia langsung menolak. "Kecuali kau mau memberitahu tentang kemampuan sihir kata-katamu itu. Aku akan memikirkannya."

Ah, dia licik. Sebenarnya itu bukan syarat yang buruk. Dia harus mengetahui seberapa bahaya kemampuan ini. Untuk menghilangkan kemungkinan dia mencoba sesuatu yang merepotkan.

"Boleh saja. Aku akan memberitahumu. Setelah kita keluar dari sini."

Dia tampak sedikit tidak percaya. "Tepati janjimu, ayah. Ha, tetap menjijikkan memanggilmu seperti itu. Aku harus minta maaf pada ayahku yang asli."

Kami keluar dari tempatku berlatih. Dan langsung disambut oleh ... musuh. Bagaimana mereka tahu posisiku? Jawabannya adalah Mori. Mereka mengikat Mori dengan rantai sihir. Sepertinya Mori tidak melawan, berarti dia sengaja melakukannya. Agar bisa melihat perkembanganku, hanya itu yang bisa kusimpulkan.

Namun orang-orang di depanku saat ini, bukan orang biasa. Mereka ... anggota Earth Division. Dan ada seorang pahlawan yang juga ikut. Ini kesempatan yang bagus untukku mengetahui perkembangan selama ini. Aku akan mengalahkan mereka, tanpa sihir dan kemampuan perintah mutlak.

"Vania, mundur dan lihatlah dari belakang. Ayahmu ini akan menunjukkan sesuatu yang luar biasa."

"Berhenti seperti itu. Rasanya menjijikkan."