webnovel

I Am Wrong

Suatu hubungan akan harmonis ketika ada kepercayaan dan kejujuran. Jika tak ada dua hal itu maka hubungannya akan hancur. Perkenalkan dua sejoli yang saling mencintai tapi karena ego masing masing mereka sekarang seperti orang asing. Syifa hadju, gadis susah move on. Bright vachirawit, lelaki yang membohongi perasaannya sendiri.

femine9 · Teen
Not enough ratings
2 Chs

2

"Padahal hampir tiap hari gue kodein si Bright. Tapi

ternyata dia cuma penonton story wa." keluh Syifa.

"Dia sebenernya tau kalo lo lagi ngasih kode ke dia.

Tapi dianya sih owh aja." ceplos Rama membuat Syifa

melototkan matanya.

Ada benarnya juga yang dikatakan oleh Rama. Bright

dan dirinya sudah putus 2 bulan yang lalu. Atau jangan

jangan Bright sudah move on darinya? Tapi mengapa

secepat itu.

"Eh eh nanti kelas kita digabung sama kelas sebelah."

teriak Aril sang ketua kelas.

"Gitu aja heboh alay." ejek Syifa lalu ia merebahkan

badannya di atas meja.

"Syifa." Panggil Tissa pelan.

"Apa?"

"Kelasnya Bright sama kelas kita di gabung." ucap Tissa.

Syifa terdiam kemudian mengangkat bahunya acuh

tak perduli. Tissa pikir Syifa akan shock atau kaget tapi

ternyata reaksi Syifa hanya biasa biasa saja. Sepertinya

Syifa sedang bete.

"Emang kenapa? Lagian gue bukan siapa siapa nya dia

tuh." balas Syifa membuat teman temannya terdiam.

"Gue kan bilangnya kelasnya bukan orangnya.

Ternyata bener lo belum move on." Ledek Tissa sambil

mengangkat alisnya bergantian.

Syifa memutar bola matanya malas. Ia mengambil novel miliknya lalu pura pura membacanya agar ketika Bright lewat ia tak harus melihat lelaki itu. Segerombol murid murid dari kelas sebelah masuk ke kelas ini. Ada yang mengambil kursi lagi, ada yang duduk dilantai termasuk Bright.

Sepertinya hari ini akan ada persentasi. Bu Adel masuk

ke kelas dengan sejumlah kertas yang bertumpukan.

"Duduk di kursi dong jangan disini." ucap Bu Adel

terhadap murid murid yang duduk di lantai.

Murid murid itu mendecak kesal. Lalu akhirnya mereka

duduk di kursi. Bright tak mendapatkan meja.

"Boleh gabung?" Bright menghampiri Syifa yang duduk

bersama Zidan.

"Gue nanya ke Zidan." Sial, Syifa sangat malu. Di

sampingnya, Zidan hanya terkekeh.

Syifa sangat berharap Zidan tak mengizinkannya.

Ia benar benar malu dan gugup. Syifa memalingkan

wajahnya. Zidan mengangguk kemudian sedikit bergeser agar Bright bisa duduk bersamanya. Syifa tak melihat itu.

"Dan pinjem bul-" Syifa menoleh ke Zidan namun ia tak

melihat Zidan tetapi ia melihat Bright tersenyum dengan

wajah tampannya.

"Kok kamu disini?" Mendengar pertanyaan Syifa, Zidan

memundurkan badannya agar tak terhalang oleh Bright.

Syifa mengedipkan matanya, ia sedang duduk dengan

mantannya. Bagaimana ini? Gawat sekali.

Gimana nih? Persentase tapi disebelah ada dia!!! Gilaa

nanti gue gugup!! Syifa membatin.

Semua kertas sudah dibagikan. Mereka disuruh

membaca terlebih dahulu lalu dipahami. Setelah selesai

satu persatu disuruh maju dan menjelaskan.

"Syifa Hadju ayo maju."

Syifa mengangguk kaku. Ia berjalan dan tak sengaja

menginjak sepatu milik Bright. Bright meringis kesakitan

dan saat itu juga Syifa merasa urat malunya sudah

hilang.

Ia benar benar malu dan gugup. Disini banyak orang

dan mungkin sudah pada tau kalo mereka berstatus

sebagai mantan.

"Eh maaf." Bright mengangguk saja.

"Kalo sama doi sih gapapa di injek juga. Tapi kalo gue

injek aja langsung di jotos." sindir Marcel dari belakang.

Bright mengacuhkan ucapan Marcel. Ia lebih memilih

melihat Syifa yang akan persentase.

"Hai semua. Jadi kehadiran saya disini untuk

mengakhiri." Syifa mulai berbicara tapi yang

diucapkannya ternyata salah. Hal itu dikarenakan Syifa

sangat gugup saat ini.

"Eh maksudnya mengawali." sela Syifa membuat

semuanya tertawa akibat tingkah lucu dari gadis ini,

Tissa menahan malu seolah olah ia merasakan apa yang dirasakan oleh Syifa. Bright sudah menahan senyumannya tapi tak bisa. Syifa menatap gugup ke arah Bright lalu ia memalingkan wajahnya dan mulai persentase.

Setelah selesai Syifa diberi nilai dan kembali ke tempat

duduk.

"Lo cute banget sih." puji Bright.

"Makasih. Lo juga cute kok." balas Syifa.

"Gue lucu juga? Iya dong." bangga Bright pada dirinya

sendiri.

Zidan yang sedari tadi menguping hanya bisa diam saja.

Ia mencerna pembicaraan dua manusia ini. Mereka

terlihat cocok tapi kenapa harus putus.

Ini harus di selidiki.

***

"Syifa cantik ya pantes aja banyak yang suka sama dia."

puji Dio terhadap Bright yang baru datang di kelas.

"Cantik tapi sa yang egois." sela Marcel.

"Egoisnya?" tanya Dio.

Bright hanya diam saja mendengar percakapan teman

temannya. "Dia ninggalin pas lagi sayang sayangnya."

sahut Marcel sebelum ia pergi ke kantin.

"Terus sekarang perasaan lo ke Syifa gimana Bright?" Dio bertanya kepada Bright.

Lelaki itu terdiam. "Perasaan gue ke dia? Udah ilang kali

haha." Tawa hambar dari Bright.

"Serius? Masa move on cepet banget sih. Kan kalian aja

pacaran tu hampir dua tahun. Pasti move on nya lama

dong."

"Ini gue bukan Syifa ya." peringat Bright.

"Terus kok lo kaya deketin Syifa gitu sih?"

"Balas dendam boleh kan? Nanti gue tinggali lagi dia pas lagi sayang sayangnya." balas Bright.

****

Tok tok tok

Syifa mengetuk kelas 12 IPS 2. Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampilkan sosok lelaki tampan idaman para hawa. Lelaki ini sangat tinggi. Syifa jadi merinding berada disebelahnya karena dirinya sangat pendek sekali jika dibanding lelaki di depannya ini.

"Yang namanya Kevin di panggil sama Bu Leni." Syifa

menyampaikan in formasi itu.

Lelaki itu mengangguk lalu ia hendak pergi tapi ia di

hadang terlebih dahulu oleh Syifa.

"Yang namanya Kevin nya gimana?" tanya Syifa polos

membuat lelaki ini terkekeh.

"Gue Kevin. Lo Syifa kan?"

Syifa menutup mulutnya. Ia benar benar malu. Tadi

masalah Bright dan sekarang apa lagi.

"Santai aja sama gue sih." seru Kevin lalu Syifa

mengangguk.

"Yuk sini gue anter ke kantor," ajak Syifa.

"Gak usah, gue bukan murid baru yang harus dianter,"

cegah Kevin.

"Ih bukan gitu, kan tadi gue disuruh nah nanti kalo

gaada gue terus nanti tuh guru nanyain gimana?"

Kevin mengangguk mengiyakan.

"Lo jago bahasa inggris ya?" tanya Kevin memulai

pembicaraan selama di jalan.

"Lumayan lah."

"Keren." puji Kevin.

"Makasih." jawab Syifa.

Kevin mengangguk. Ia ingin sekali bisa bahasa inggris

tapi ia malas belajar.

"Bisa gak lo ajarin gue bahasa inggris?" tanya Kevin dan

Syifa hanya mengangguk saja.

Lagipula tak ada salahnya bukan berbagi ilmu.

"Minta nomor lo dong." Kevin mengambil hpnya lalu

membuka aplikasi Whattsapp.

Kevin menyerahkan hpnya lalu diterima oleh Syifa.

Syifa mengetik nomornya disitu. Setelah selesai ia

menyerahkan kembali hpnya kepada sang pemilik.

"Makasih." ucap Syifa.

Kevin mengerutkan dahinya.

"Seharusnya gue yang bilang. Makasih ya Syifa." ucap

Kevin kemudian Syifa pergi.

"Baik banget, jarang ada cewe kaya dia." gumam Kevin.