webnovel

I Am Wrong

Suatu hubungan akan harmonis ketika ada kepercayaan dan kejujuran. Jika tak ada dua hal itu maka hubungannya akan hancur. Perkenalkan dua sejoli yang saling mencintai tapi karena ego masing masing mereka sekarang seperti orang asing. Syifa hadju, gadis susah move on. Bright vachirawit, lelaki yang membohongi perasaannya sendiri.

femine9 · Teen
Not enough ratings
2 Chs

1

Syifa berlari sebelum gerbang itu ditutup. Namun

sayang usahanya tak berguna. Gerbang itu sudah

ditutup terlebih dahulu. Beberapa anak OSIS sudah siap

menunggu orang orang yang datang telat.

Syifa menatap kesal ke arah anak OS IS yang bernama

Nala. Entah gara gara apa pokoknya Syifa benci sama

orang itu. Dengan santai Syifa mendekati pagar sekolah.

Dia tak sendiri tapi masih ada anak anak lain yang telat.

"Telat?" tanya Nala ketika Syifa mengh ampiri mereka.

"Buta lo?" Syifa malah memutar balikkan pertanyaan.

Syifa menghentakkan kakinya dua kali. Kenapa ia harus

berurusan dengan anak OSIS.

"Cepet gue di hukum apa?? Gak usah banyak basa basi

deh. Waktu gue gak banyak." kesal Syifa.

Nala menatap aneh ke arah Syifa. Padahal dulu mereka

itu berteman dengan baik. Rumah mereka berdekatan,

ya bisa di bilang tetangga. Kadang suka pulang bareng

tapi sekarang udah ngga.

"Udah masuk aja gapapa. Kamu cuma telah 2 menit kok."

Nala pergi dari hadapan Syifa.

Nala duduk disebuah kursi yang memang untuk anak

anak OSIS. Syifa masih berdiri hingga ada seseorang

yang sepertinya tak sengaja menabrak dirinya.

Syifa meringis kesakitan karena tangannya sedikit

tergores oleh pagar. Syifa memegang goresan

ditangannya kemudian berbalik badan hendak melihat

siapa orang yang menabraknya.

"Maaf." Bright memang tak sengaja karena tadi ia berlari

dan ada orang yang mendorongnya.

Syifa menganggukkan kepalanya. Ia pergi dari hadapan

Bright. Syifa berjalan menuju ke kelas yang ia sudah

yakin gurunya sudah masuk.

Tapi saat ia hendak masuk, seseorang mengagetkannya

dari belakang.

"Duh kaget woy!" bentak Syifa sambil memegang

jantung nya yang dag dig dug.

"Telat aja terus sampe mampus." Tissa merangkul

pundak Syifa lalu membawanya ke kelas.

Ketika masuk ke kelas ternyata gurunya belum datang.

Satu keberuntungan masuk dalam hari ini. Syifa

menaruh tas nya di kursi.

Tapi ia tak duduk di kursinya. Ia lebih memilih

duduk bersama teman temannya yaitu

Rama,Zidan,Akbar,Gibran dan Tissa. Syifa lebih memilih

berteman dengan lelaki karena lebih seru saja. Ia tak

terlalu akrab dengan perempuan di kelasnya kecuali

Tissa.

"Parah lo dosa weh!" Rama mendorong bahu Zidan

sambil tertawa. Syifa yang baru datang hanya bisa

melongo saja.

"Emang Zidan kenapa?" Syifa mengangkat dua alisnya.

"Dia menghamili anak orang." jawab Rama tanpa rasa

berdosa. Sontak Syifa terkejut bukan main. Zidan yang

di cap anak baik dan alim tapi ternyata..

"Serius???" pekik Syifa tak percaya membuat teman

teman nya semakin tertawa terbahak bahak.

Syifa mencibirkan bibirnya. Memangnya apa yang lucu?

"Mana cewenya?" tanya Syifa lalu Rama menunjuk

nyamuk yang berada ditangan Zidan. Nyamuk itu

sudah sangat membesar dan berwarna merah. Mungkin

karena nyamuk itu menghisap darah Zidan.

"Nyamuk? Apa sih maksudnya?" kesal Syifa semakin tak

mengerti.

"Ranking 1 tapi masalah kaya gini gak ngerti." Cibir

Akbar yang langsung mendapat cubitan dari Syifa.

"Serius nanya." Syifa mulai serius.

"Nih jadi tuh si nyamuk kan menghisap darah nya si

Zidan kan?" Rama mulai menjelaskan kemudian Syifa

mengangguk saja seperti anak kecil yang sedang belajar

berhitung.

"Di nyamuk itu ada darah nya Zidan. Nah nanti tuh

nyamuk bakal berkembang biak kan? Berarti nanti itu

anaknya si Zidan dong." Jelas Rama masih terbahak

bahak.

Syifa Menghela napasnya kasar. Teman temannya ini

memang rada gila.

***

"Bright Bright ini ada Syifa nih." Teriak Tissa ketika

melihat kehadiran Bright bersama teman temannya di

Kantin.

Syifa membulatkan matanya tak percaya dengan apa

yang diucapkan oleh Tissa. Seperti tak punya Urat malu

saja.

"Bukan temen gue sumpah." cibir Akbar menggelengkan

kepalanya melihat aksi Tissa.

Tanpa Syifa duga ternyata Bright menghampiri mereka

sendirian.

"Boleh pinjem Syifa bentar?" Tanya Bright kepada teman

temannya.

Teman temannya mengangguk saja kecuali Rama. Ia

menatap tak suka ke arah Bright. Bright menarik tangan

Syifa entah kemana tujuannya. Syifa melepas tautan

tangan diantara mereka.

"Kenapa di lepas?" Bright menatap wajah Syifa yang

sepertinya sudah gugup.

"Gapapa." Iontar Syifa kecil tapi masih bisa terdengar

oleh Bright.

"Ke perpustakaan yuk." ajak Bright dan Syifa hanya

mengangguk saja.

Syifa merasakan ini seolah olah ia masih berpacaran

dengan Bright. Ia ingin sekali balikan dengan Bright tapi

ia rasa tak mungkin. Syifa sudah menyakiti perasaan

Bright.

Mereka sudah sampai di perpustakaan. Ada beberapa

murid disana yang sedang belajar dan juga ada Nala

yang sedang menulis.

Setelah sampai di rak buku buku Bright melepas

genggaman mereka lalu menghampiri Nala.

"Gak ke kelas lo?" Bright menghampiri Nala. Nala

mendongakkan kepalanya.

"Gak. Kan lagi istirahat gimana sih?" sahut Nala lalu

melanjutkan menulis.

Dari jauh Syifa menatap kesal ke arah Nala dan Bright

yang tampaknya sedang asik mengobrol hingga lupa

bahwa disini ada Syifa yang sedang menunggunya.

Menunggu Bright menghampirinya. Syifa rasa tak ada

gunanya ia disini. Lebih baik ia pergi dari sini daripada

ia harus marah terhadap Bright dan Nala karena telah

mendiamkan Syifa. Lagipula Bright dan Syifa kan sudah

jadi mantan.

Syifa tak berhak cemburu.