Syifa berlari sebelum gerbang itu ditutup. Namun
sayang usahanya tak berguna. Gerbang itu sudah
ditutup terlebih dahulu. Beberapa anak OSIS sudah siap
menunggu orang orang yang datang telat.
Syifa menatap kesal ke arah anak OS IS yang bernama
Nala. Entah gara gara apa pokoknya Syifa benci sama
orang itu. Dengan santai Syifa mendekati pagar sekolah.
Dia tak sendiri tapi masih ada anak anak lain yang telat.
"Telat?" tanya Nala ketika Syifa mengh ampiri mereka.
"Buta lo?" Syifa malah memutar balikkan pertanyaan.
Syifa menghentakkan kakinya dua kali. Kenapa ia harus
berurusan dengan anak OSIS.
"Cepet gue di hukum apa?? Gak usah banyak basa basi
deh. Waktu gue gak banyak." kesal Syifa.
Nala menatap aneh ke arah Syifa. Padahal dulu mereka
itu berteman dengan baik. Rumah mereka berdekatan,
ya bisa di bilang tetangga. Kadang suka pulang bareng
tapi sekarang udah ngga.
"Udah masuk aja gapapa. Kamu cuma telah 2 menit kok."
Nala pergi dari hadapan Syifa.
Nala duduk disebuah kursi yang memang untuk anak
anak OSIS. Syifa masih berdiri hingga ada seseorang
yang sepertinya tak sengaja menabrak dirinya.
Syifa meringis kesakitan karena tangannya sedikit
tergores oleh pagar. Syifa memegang goresan
ditangannya kemudian berbalik badan hendak melihat
siapa orang yang menabraknya.
"Maaf." Bright memang tak sengaja karena tadi ia berlari
dan ada orang yang mendorongnya.
Syifa menganggukkan kepalanya. Ia pergi dari hadapan
Bright. Syifa berjalan menuju ke kelas yang ia sudah
yakin gurunya sudah masuk.
Tapi saat ia hendak masuk, seseorang mengagetkannya
dari belakang.
"Duh kaget woy!" bentak Syifa sambil memegang
jantung nya yang dag dig dug.
"Telat aja terus sampe mampus." Tissa merangkul
pundak Syifa lalu membawanya ke kelas.
Ketika masuk ke kelas ternyata gurunya belum datang.
Satu keberuntungan masuk dalam hari ini. Syifa
menaruh tas nya di kursi.
Tapi ia tak duduk di kursinya. Ia lebih memilih
duduk bersama teman temannya yaitu
Rama,Zidan,Akbar,Gibran dan Tissa. Syifa lebih memilih
berteman dengan lelaki karena lebih seru saja. Ia tak
terlalu akrab dengan perempuan di kelasnya kecuali
Tissa.
"Parah lo dosa weh!" Rama mendorong bahu Zidan
sambil tertawa. Syifa yang baru datang hanya bisa
melongo saja.
"Emang Zidan kenapa?" Syifa mengangkat dua alisnya.
"Dia menghamili anak orang." jawab Rama tanpa rasa
berdosa. Sontak Syifa terkejut bukan main. Zidan yang
di cap anak baik dan alim tapi ternyata..
"Serius???" pekik Syifa tak percaya membuat teman
teman nya semakin tertawa terbahak bahak.
Syifa mencibirkan bibirnya. Memangnya apa yang lucu?
"Mana cewenya?" tanya Syifa lalu Rama menunjuk
nyamuk yang berada ditangan Zidan. Nyamuk itu
sudah sangat membesar dan berwarna merah. Mungkin
karena nyamuk itu menghisap darah Zidan.
"Nyamuk? Apa sih maksudnya?" kesal Syifa semakin tak
mengerti.
"Ranking 1 tapi masalah kaya gini gak ngerti." Cibir
Akbar yang langsung mendapat cubitan dari Syifa.
"Serius nanya." Syifa mulai serius.
"Nih jadi tuh si nyamuk kan menghisap darah nya si
Zidan kan?" Rama mulai menjelaskan kemudian Syifa
mengangguk saja seperti anak kecil yang sedang belajar
berhitung.
"Di nyamuk itu ada darah nya Zidan. Nah nanti tuh
nyamuk bakal berkembang biak kan? Berarti nanti itu
anaknya si Zidan dong." Jelas Rama masih terbahak
bahak.
Syifa Menghela napasnya kasar. Teman temannya ini
memang rada gila.
***
"Bright Bright ini ada Syifa nih." Teriak Tissa ketika
melihat kehadiran Bright bersama teman temannya di
Kantin.
Syifa membulatkan matanya tak percaya dengan apa
yang diucapkan oleh Tissa. Seperti tak punya Urat malu
saja.
"Bukan temen gue sumpah." cibir Akbar menggelengkan
kepalanya melihat aksi Tissa.
Tanpa Syifa duga ternyata Bright menghampiri mereka
sendirian.
"Boleh pinjem Syifa bentar?" Tanya Bright kepada teman
temannya.
Teman temannya mengangguk saja kecuali Rama. Ia
menatap tak suka ke arah Bright. Bright menarik tangan
Syifa entah kemana tujuannya. Syifa melepas tautan
tangan diantara mereka.
"Kenapa di lepas?" Bright menatap wajah Syifa yang
sepertinya sudah gugup.
"Gapapa." Iontar Syifa kecil tapi masih bisa terdengar
oleh Bright.
"Ke perpustakaan yuk." ajak Bright dan Syifa hanya
mengangguk saja.
Syifa merasakan ini seolah olah ia masih berpacaran
dengan Bright. Ia ingin sekali balikan dengan Bright tapi
ia rasa tak mungkin. Syifa sudah menyakiti perasaan
Bright.
Mereka sudah sampai di perpustakaan. Ada beberapa
murid disana yang sedang belajar dan juga ada Nala
yang sedang menulis.
Setelah sampai di rak buku buku Bright melepas
genggaman mereka lalu menghampiri Nala.
"Gak ke kelas lo?" Bright menghampiri Nala. Nala
mendongakkan kepalanya.
"Gak. Kan lagi istirahat gimana sih?" sahut Nala lalu
melanjutkan menulis.
Dari jauh Syifa menatap kesal ke arah Nala dan Bright
yang tampaknya sedang asik mengobrol hingga lupa
bahwa disini ada Syifa yang sedang menunggunya.
Menunggu Bright menghampirinya. Syifa rasa tak ada
gunanya ia disini. Lebih baik ia pergi dari sini daripada
ia harus marah terhadap Bright dan Nala karena telah
mendiamkan Syifa. Lagipula Bright dan Syifa kan sudah
jadi mantan.
Syifa tak berhak cemburu.